Seniman Nilai Anugerah Keraton Solo Untuk Pj Walkot Lhokseumawe Belum Tepat

  • Bagikan
Pemerhati budaya Aceh berdomisili di Kota Lhokseumawe Sirajul Munir. Waspada/Ist
Pemerhati budaya Aceh berdomisili di Kota Lhokseumawe Sirajul Munir. Waspada/Ist

LHOKSEUMAWE (Waspada): Anugerah atau gelar budaya kehormatan Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) untuk Pj Wali Kota Lhokseumawe Imran oleh Keraton Surakarta dinilai belum tepat dan tidak layak, lantaran pembangunan seni budaya di Kota Lhokseumawe tidak berjalan dengan baik, Rabu (19/7).

Hal itu diungkapkan Pemerhati budaya Aceh berdomisili di Kota Lhokseumawe Sirajul Munir, menanggapi anugerah dan gelar yang diterima PJ Walkot Imran pada Selasa (18/7), malam di Solo.

Rajul mengatakan anugerah dan gelar itu seharusnya diberikan bagi mereka yang mampu mengembangkan dan melestarikan seni budaya dengan baik, terutama seni budaya kearifan lokal.

Apalagi, faktanya selama setahun terakhir, masyarakat seniman di Kota Lhokseumawe bergerak sendiri dengan sumberdaya terbatas, tanpa didukung dengan kebijakan anggaran yang sesuai, tanpa regulasi, tanpa sarana memadai dan hal-hal lain.

“Indikatornya sederhana, postur APBK Lhokseumawe tahun lalu dan 2023 untuk kegiatan seni budaya di bawah 1 persen, itupun hanya untuk sanggar internal Pemko, belum lagi soal regulasi ruang berseni yang terus berkutat di tingkat draft, ini sudah lama. Sehingga ruang gerak seni budaya di Lhokseumawe sangat terbatas,” ujarnya.

Indikator lain, Pj Walkot Lhokseumawe Imran juga belum mampu mendorong sebagian penggunaan dana CSR untuk memberdaya masyarakat seni, termasuk seniman tradisi. Contohnya seni Rapai Uroh yang telah ditetapkan sebagai ikon seni budaya Kota Lhokseumawe, faktanya akifitas mereka semakin berkurang. Bahkan nyaris kehilangan panggung lantaran minimnya panggung kreativitas yang digelar pemerintah di ruang publik.

Hal ini menunjukkan tanda dan bukti bahwa Pemko Lhokseumawe belum memiliki agenda khusus dan semangat membangun seni budaya dengan baik. Sedangkan di daerah lain di Indonesia, iklim berseni dibangun sejurus dengan jalannya pembangunan pemerintah.

“Kita semua sepakat seniman harus kreatif, namun Pj juga harus kreatif untuk mengambil kebijakan terhadap peluang-peluang memberdayakan masyarakat seni. Bila berdalih tidak ada uang daerah, berarti Pak Imran tidak kreatif, miskin ide,” ungkapnya.

Rajul juga mengharapkan Pj Walkot Lhokseumawe Imran memacu semangat Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, A Haris menjadi penjabat yang memiliki visi seni budaya. Karena kondisi buruk iklim berseni budaya di Kota Lhokseumawe saat ini tak lepas dari minimnya SDM pejabat tersebut.

“Masih ada setahun lagi bagi Pj Imran untuk berbenah, biar anugerah yang diterima sesuai dengan fakta. Langkah awal Imran bisa duduk dengan masyarakat seni tidak hanya di kota, tapi juga seniman di gampong-gampong, agar bisa melihat permasalahan seni budaya di kota ini lebih mendalam,” pungkasnya. (b09)

  • Bagikan