Tafakur Ilmu Gharibil Hadis (Menimbang Kata Dalam Dalil Hukum)

Oleh Dr. Tgk. H. Zulkarnain, MA (Abu Chik Diglee)

  • Bagikan
Tafakur Ilmu Gharibil Hadis (Menimbang Kata Dalam Dalil Hukum)

Secara etimologi kata gharib di dalam bahasa Arab berasal dari fi’lul madhi (kata kerja masa lampau) غرب fi’lul mudhari’ (kata kerja sedang atau akan) nya يغرب dan mashdar (akar kata) nya غربا ، غربة، غرابة، غروبا. Adapun artinya, pelik, susah, aneh, jarang dipakai, jarang ada, tidak biasa, pergi, menyingkir, dan menjauh. Kata الغريب adalah sifat musyabbahah dengan arti المنفرد yaitu sendiri, sendirian, atau tunggal. Bisa juga diartikan البعيد عن اقاربه artinya yang jauh dari kerabatnya.

Sedangkan secara istilah, الغريب adalah وهو ما ينفرد بروايته راو واحد Artinya hadis yang menyendiri seorang perawi dalam periwayatannya. Secara terminologi atau istilah ulama hadis, Ilmu Gharibil Hadis adalah : علم يعرف به معنى ما وقع فى متون الاحاديثمن الالفاظ العربية عن اذهان الذين بعد عهدهم الخالصة. Artinya Ilmu yang menerangkan makna kalimat yang terdapat dalam matan hadis yang sukar diketahui maknanya dan yang kurang terpakai oleh umum.

Ilmu Gharibil Hadis merupakan bahagian terdalam dari kajian Ilmu Dirayah Hadis. Ibnu Shalah mendefinisikan Ilmu Gharibil Hadis adalah, Ilmu untuk mengetahui lafadz lafadz dalam matan hadis yang sulit untuk dipahami, karena jarang digunakan. Secara ringkas dapat dijelaskan bahwa latar belakang lahirnya Ilmu Gharibil Hadis adalah karena munculnya fenomena kata-kata yang asing dan sulit di dalam hadis, agar mudah dipahami. Karena setelah berlalu era sahabat dan tabi’in, mulailah bahasa Arab yang tinggi banyak tidak diketahui lagi oleh orang umum.

Oleh karena itu, para ahli hadis berusaha mengumpulkan kata-kata yang dipandang tidak dapat dipahami oleh umum dan katakata yang kurang terpakai dalam pergaulan sehari hari ke dalam suatu kitab dan mensyarahnya. Perintis Ilmu Gharibil Hadis adalah Abu Ubaidah Ma’mar ibn al Mutsanna al Taimi (W.210.H). Apa yang dirintis oleh Abu Ubaidah tersebut ditindaklanjuti oleh Abul Hasan Al Maziny (W.204.H), dan kedua usaha mereka tersebut dilakukan di penghujung abad kedua Hijriah. Sedangkan di abad ke-3 Hijriah muncul Abu ‘Ubaid al Qasim ibn Sallam al Harawi (W.244.H), seorang ulama pengembara yang pernah menjabat sebagai Qaadhi kota Turtus dan Walikota Khurasan.

Abu ‘Ubaid menyusun kitab tentang Gharibul Hadis, selama 40 tahun. Kemudian muncul imam Ibnu Qutaibah al Dainury (W.276.H) dengan kitabnya Gharibul Hadis Li al Dainuri, Al Khaththaby (W.378.H), Al Zamakhsyari dengan kitabnya al Faiq yang disusun secara elfabetis. Selanjutnya, muncul Abu Bakar al Asybahany (W.581.H), disusul oleh imam Ibnu al Atsier(W.606 H) dengan kitabnya al Nihayah.

Kitab Al Nihayah ini merupakan kitab terbesar tentang Ilmu Gharibil Hadis yang populer dalam masyarakat. Kitab ini diringkas oleh imam Jalaluddin al Suyuthi(W.911.H) menjadi kitab al Durrun Natsier.

Beberapa kitab tentang Ilmu Gharibil Hadis yang populer diantaranya adalah, kitab Gharibul Hadis karya imam al Qasim bin Tsabit bin Hazm Sirqisthi (W.302.H), kitab Gharibul Hadis karya Abu Bakar Muhammad bin al Qasim al Anbari (W.328.H), kitab Samathuts Tsurayya Fi Al Ma’ani Gharib Al Hadis karya Abul Qasim Ismail bin Hasan al Tazi al Baihaqi (W.402.H), kitab Majma’ Gharaaib Al Hadis karya Abu Al Hasan Abdul Ghafir Al Farisi (W.529.H), kitab Fa’iq Fiil Gharibil Hadis karya Abul Qasim Jarullah Mahmud bin ‘Umar bin Muhammad al Zamakhsyari (W.538.H), kitab Al Mughits Fii Gharibil Qur’an Wal Hadis karya Abu Musa Muhammad bin Abi Bakar Al Madini Al Asfahani (W.581.H), kitab Al Nihayah Fii Gharibil Hadis Wa Al Atsar karya imam Majuddin Abu Sa’adat Al Mubarak bin Muhammad Al Jazari Ibnu Al Al Atsir (W.606.H), kitab Gharibul Hadis karya Abu Hasan Al Nadir bin Syumail Al Mazini (W.203.H), kitab Gharibul Atsar karya Muhammad bin Mustanir(W.206.H), kitab Gharibul Hadis karya Abu ‘Ubaid Al Qas bin Salam (W.224.H), kitab Musytabah Min Al Hadis Wa Al Qur’an karya Abu Muhammad Abdullah bin Muslim Al Qutsibah Al Dainuri (W.276.H) dan kitab kitab Ilmu Gharibil Hadis lainnya.

Ilmu Gharibil Hadis berfungsi untuk mengeliminir seseorang agar tidak mensyarah matan hadis Nabi saw hanya dengan cara menduga-duga semata. Contoh penggunaan Ilmu Gharibil Hadis dalam memahami matan hadis adalah kata اماتنا dalam hadis riwayat Bukhari, tentang do’a setelah bangun tidur yang dijelaskan oleh imam Ibnu Hajar al Asqalani mengutip pendapat imam al Jazari dalam kitab Al Nihayah Fiil Gharibil Hadis bahwa اما تنا artinya نوم.

Demikian luasnya hamparan kata dalam matan hadis yang harus digali melalui ilmu yang terlahir dari hadis hadis Nabi Saw sebagai salah satu dalil hukum di dalam ajaran Islam. Wallahu’alam. WASPADA.id

Penulis adalah Dosen Hadits Ahkam dan Hukum Keluarga Islam di Asia Tenggara Pascasarjana IAIN Langsa

  • Bagikan