Tafakur Ilmu Sejarah Perawi Hadis (Strategi Menyibak Tirai Dalil Hukum)

Oleh Dr. Tgk. H. Zulkarnain, MA (Abu Chik Diglee)

  • Bagikan
Tafakur Ilmu Sejarah Perawi Hadis (Strategi Menyibak Tirai Dalil Hukum)

Ilmu tentang sejarah para erawi hadis di dalam terminologi ‘Ulumul Hadis disebut dengan Ilmu Taarikh Al Ruwaah ( علم تاريخ الرواة ). Taarikh ( تاريخ ) artinya, sejarah, tanggal, waktu, menulis, mencatat, dan masa. Taarikh ( تاريخ ) asal katanya adalah fi’lul maadhi ارخ (arrakha), fi’lul mudhari’nya (yu’arrikhu) يوءرخ. Istilah lain untuk taarikh (تاريخ) adalah siirah (سيرة). Sedangkan al ruwah (الرواة) bentuk jamak taksiir(جمع التكسير) dari kata al raawi (الراوي), artinya periwayat, tukang cerita atau pembawa cerita.

Secara terminologi, ilmu para periwayat hadis oleh Muhammad ‘Ajjaj Al Khathib di dalam kitabnya Ushulul Hadis ‘Ulumuhu Wa Musthalahuhu,1975, hal.253 disebutkan: العلم الذى يعرف برواة الحديث الناحية التي تتعلق بروايتهم للحديث artinya, Ilmu yang membahas para perawi hadis dari aspek yang berkaitan dengan periwayatan mereka terhadap hadis.

Selanjutnya Muhammad ‘Ajjaj al Khathib menjelaskan, فهو يتناول بالبيان احوال الرواة و يذكر تاريخ ولادة الراوى و وفاته و شيوخه و تاريخ سماعه منهم و من روي عنه و بلادهم ومواطنهم و رحلات الراوى و تاريخ قدومه الى بلدان المختلغه و سماعه من بعض الشيوخ قبل الاختلاط او بعده و غير ذالك مما له بامور الحديث artinya, Ilmu Taarikh Al Ruwah meliputi keterangan tentang keadaan para perawi, waktu kelahiran dan wafatnya, tentang guru-gurunya, kapan ia mendengar dari gurunya, siapa murid-muridnya, kampung halamannya, perantaraannya, perjalanan keilmuannya ke berbagai negara, hadis yang didengarnya dari sebagian guru sebelum dan sesudah ia lanjut usia, dan lain-lainnya, yang berkaitan dengan masalah hadis.

Ilmu Taarikh Al Ruwah merupakan ilmu yang dipergunakan oleh para ulama ahli hadis untuk menyibak tirai, menolak dan melawan segala bentuk kedustaan atas nama Nabi Saw. Seorang ulama yang bernama Sufyan Al Tsauri mengatakan: لما استعمل الرواة الكذب التعملنا لهم التاريخ artinya, Tatkala para perawi telah mempergunakan kedustaan, maka kamipun menggunakan sejarah untuk melawan mereka. Diriwayatkan oleh al Khathib dari ‘Afir ibn Ma’dan al Kala’iy, pernah ‘Umar ibn Musa datang ke tengah tengah kami di Himah, kemudian kami mengerumuninya.

‘Umar ibn Musa mengatakan, telah bercerita kepadaku guru kalian yang shalih, maka tatkala ‘Umar ibn Musa telah cerita panjang lebar, aku (‘Afir ibn Ma’dan al Kala’iy) menyela dengan bertanya, siapa yang kamu maksud dengan guru kami yang shalih? ‘Umar ibn Musa menjawab, Khalid ibn Ma’dan. Aku (al Kala’iy) bertanya lagi kepada ‘Umar ibn Musa, tahun berapa kamu bertemu dengan guru kami Khalid ibn Ma’dan? Dijawabnya tahun 108 H. Aku bertanya lagi di mana kamu bertemu dengannya ? Dijawabnya, di Armenia dalam perang Armenia.

Kemudian aku (al Kala’iy) berkata kepada ‘Umar ibn Musa, takutlah engkau kepada Allah, jangan kamu meriwayatkan secara dusta. Sesungguhnya Khalid bin Ma’dan guru kami yang shalih telah wafat tahun 104 H bukan tahun 108 H. Dan Khalid bin Ma’dan guru kami yang shalih, tidak pernah ikut dalam perang Armenia, ia hanya ikut dalam perang di Roma (Muhammad ‘Ajjaj al Khathib, Ushul al Hadits, hal 254).

Demikianlah cara ulama ahli hadis, melawan kedustaan riwayat para perawi yang berdusta dalam periwayatannya yaitu, dengan mempergunakan argumen sejarah yang telah disusun melalui kitab-kitab Ilmu Taarikh Al Ruwah. Taarikh Al Ruwah berbeda dengan biografi. Biografi mencatat sejarah perjalanan seseorang dari masa bayi sampai akhir waktu di saat biografi itu ditulis.

Biografi mencatat peristiwa peristiwa monumental dengan rinci, merekam perkembangan fisik dan dinamika pemikiran yang berlangsung dan sebagainya. Sedangkan kajian Taarikh Al Ruwah lebih tertuju kepada para perawi dan aktivitasnya dalam periwayatan hadis. Menyangkut kitab Taarikh Al Ruwah dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam.

Pertama kitab taarikh al ruwah yang memuat dan menerangkan para perawi dari semua kalangan secara umum. Kedua, kitab-kitab taarikh al ruwah yang menerangkan para perawi khusus dari kalangan sahabat saja. Ketiga, kitab-kitab taarikh al ruwah yang menerangkan nama nama para perawi, kunyah kunyahnya, laqab laqabnya, nasab-nasabnya, thabaqat-thabaqatnya, dan martabat-martabatnya.

Diantara kitab-kitab taarikh al ruwah ada yang sekaligus menjadi kitab referensi untuk al jarh wa ta’dil (الجرح و تعديل), karena kitab-kitab tersebut ada yang berisi penilaian terhadap para perawi hadis. Keistimewaan lain dari kitab-kitab taarikh al ruwah adalah memiliki sistematika, metode, dan susunan yang beragam. Hal ini membuat kajian terhadap para perawi semakin lengkap dan lebih komprehensif, dengan melibatkan sebanyak mungkin sumber informasi dari berbagai kitab tarikh yang ada. Dengan demikian, fungsi untuk saling konfirmasi dan saling melengkapi antar kitab tarikh, semakin kuat dan maksimal.

Kitab-kitab taarikh al ruwah yang menyangkut dengan tarikh sahabat jumlahnya lebih dari 30 kitab. Di antaranya adalah kitab Ma’rifah Man Nazala Min Al Shahabah Sair Al Buldan oleh Abu Al Hasan Ali Ibnu ‘Abdullah Al Madini (W.234.H). Kitab ini terdiri dari 5 Juz, kitab Al Ma’rifah karya Abu Muhammad ‘Abdullah Ibnu Isa Al Marwazi (W.293.H). Kitab ini terdiri atas 10 Juz, kitab Al Shahabah karya Abu Hatim Muhammad Ibn Hiban Al Busti (W.354.H). Kitab ini terdiri dari 5 Juz, kitab Al Isti’ab Fi Ma’rifah Al Ashhaab, karya Abu Umar Yusuf Ibnu Abdillah Ibnu Muhammad Ibn Abdil Barr Al Namiri Al Qurthubi (W.463.H). Kitab ini terdiri dari 4 Juz, kitab Usdu Al Ghabah Fi Ma’rifah Al Shahabah karya Izzuddin Abdul Hasan Ali Ibnu Muhammad Ibn Al Atsir (W.630.H). Kitab ini terdiri dari 5 Jilid dan 10 Juz, kitab Tajrid Asma’ Al Shahabah karya Syamsuddin Abu Abdillah Muhammad Ibn Ahmad Al Dzahabi (W.748.H). Kitab ini terdiri dari 1 Jilid dan 2 juz, kitab Al Ishabah Fi Tamyiz Al Shahabah karya Syihabuddin Ahmad Ibn Ali Al Kanani Al Asqalani (W.852.H). Kitab ini terdiri dari 8 Juz., dan merupakan kitab terlengkap dalam bidang taarikh al ruwah., kitab Al Riyadh Al Mustathabah Fi Jumlah Man Rawa Fi Shahihain Min Al Shahabah karya Yahya Ibn Abi Bakar Al ‘Amiri Al Yamani (W.893.H). Kitab ini terdiri dari 4 Juz.

Adapun kitab-kitab taarikh al ruwah yang ditulis secara umum dapat dibagi menjadi dua bahagian yaitu pertama, yang ditulis dengan tema tarikh seperti kitab Tarikh Al Ruwah karya Yahya Ibn Ma’in (W.253.H), kitab Al Tarikh Al Kabir karya Abu Abdillah Muhammad Ibn Ismail Al Bukhari (W.256.H), kitab Tarikh Naisabur karya Muhammad Ibn Abdillah Al Hakim Al Naisaburi (W.405.H) dan lain-lain.

Kitab tarikh al ruwah yang ditulis dengan sistem thabaqat, seperti kitab Al Thabaqat Al Kubra karya Muhammad Ibn Sa’ad Ibn Al Mani(W.230.H), kitab Thabaqat Al Ruwah karya Abu ‘Amru Khalifah Ibn Khayyarah Al Syaibani (W.240.H), kitab Thabaqat Al Tabi’in karya Muslim Ib Hajjaj Al Qusyairi (W.261.H), kitab Thabaqat Al Muhadditsin Wa Al Ruwah karya Abu Nu’aim Ahmad Ibn Abdillah Ahmad Al Ashbihani (W.430.H), dan lain-lainnya.

Kedua, kitab tarikh al ruwah yang ditulis berdasarkan nama-nama, kunyah-kunyah, laqab-laqab dan nasab-nasab adalah sebagai berikut, pertama yang berdasar nama, kunyah dan laqab seperti kitab Al Asamai Wa Al Kuna karya Ali Ibn Abdillah Ibn Ja’far Al Madini (W.234.H), kitab Al Asma’ Wa Al Kuna karya Ahmad Ibn Hanbal (W.241.H), kitab Al Kuna karya Muhammad Ibn Isma’il Al Bukhari (W.256.H) dan lain lainnya. Kedua, yang berdasarkan nasab-nasab seperti kitab Ma Ittafaqa Min Asma’ Al Muhadditsin Wa Ansabuhum Ghaira Anna Fi Ba’dhihi Ziyadah Harf Wahid karya Abu Bakar Ahmad Ibn Ali Ibn Tsabit Al Baghdadi (W.463.H), kitab Al Ansab Al Muttafaqah Fi Al Khathth Al Mutamatsilah Fi Naqth Wa Dhabth karya Muhammad Ibn Thahir Al Maqdisi (W.507.H), kitab Al Ahnab Fi Takhish Kutub Al Ansab karya Quthbuddin Muhammad Ibn Muhamnad Al Khaidhari Al Syafi’i (W.894.H) dan lain-lainnya.

Adapun tentang para periwayat yang dinyatakan sebagai pendusta, di dalam kitab Taqriib Al Tahdziib ( تقريب التهذيب ) jilid 1, hal.11- 469, karya imam Ibnu hajar al Asqalani (W.852.H) diantaranya adalah sebagai berikut: احمد ابن الخليل ابن حرب القومسي، محمد ابن سليمان ابن هشام الخطيب البغدادى، زياد ابن ميمون الفاقه، احمد ابن محمد ابن حرب الملحمي، احمد ابن ابى سليمان القورارى، الفضل ابن سخاءت yang lebih dikenal dengan sebutan ابو الابس السندى, الحسن ابن ذكروان الفارسى، عبد الرحمن ابن قطامى dan lain-lainnya.

Dengan kemampuan ilmu taarikh al ruwah yang maksimal pada diri umat Islam, maka diharapkan hadis-hadis Nabi Saw akan lebih terjaga dari kedustaan para periwayat yang suka berdusta. Dengan demikian, segala upaya kedustaan yang ada dibalik tirai hadis sebagai salah satu dalil hukum dapat terungkap, dan hadis Nabi Saw pun, akan terpelihara dari upaya dusta para periwayat yang ingin berdusta. Wallahu’alam. WASPADA.id

Penulis adalah Dosen Hadits Ahkam dan Hukum Keluarga Islam di Asia Tenggara Pascasarjana IAIN Langsa

  • Bagikan