Kisah Arbi, Remaja Penyandang Disabilitas Rawat Ibu Seorang Diri

'Tidak Mau Sekolah Lagi Setelah Digunduli Teman SD'

  • Bagikan
Kisah Arbi, Remaja Penyandang Disabilitas Rawat Ibu Seorang Diri
Arbi saat memberikan minum ibunya Rohana. (Waspada/Edward Limbong)

KETERBATASAN kehidupan Arbi 18 tahun, remaja penyandang disabilitas autisme atau down syndrome sangat menginspirasi dan mengharukan. Keterbatasan fisik itu tak menjadi penghalang bagi Arbi untuk berbakti kepada ibunya.

Pengabdian Arbi dibuktikannya dengan dia setia menjaga seorang diri dan merawat ibunya yang mengalami penyakit kronis di Rumah Sakit (RS) Grandmed Lubukpakam, viral di Media Sosial (Medsos) yang dibagikan akun Tiktok @niningrezky369 yang merupakan perawat dirumah sakit tersebut.

Arbi bersama ibunya bernama Rohana Suparni 55 diketahui beberapa tahun terakhir kerap kali masuk RS Grandmed Lubukpakam dan saat ini menjadi pasien rawat jalan yang sekitar seminggu sekali dilakukan pemeriksaan dan yang membawanya adalah Arbi.

Saat Waspada, mendatangi kediaman Arbi di Dusun I A, Desa Purwodadi, Kecamatan Pagar Merbau, Deliserdang, Rabu (17/1), tampak dia masih semangat untuk merawat ibunya. Sesekali dia berujar dengan terbata-bata mengungkapkan rasa cintanya kepada ibunya. “Aku sayang sama mamakku. Biar mamak baik (sembuh),” ungkap Arbi.

Stigma negatif bagi individu autis tidak dipungkiri masih sering terjadi. Autisme kerap dikatakan sebagai penyakit, bahkan tidak jarang yang mengatakan sebagai penyakit menular.

Arbi yang tidak seperti anak normal pada umumnya, tetapi dia mampu jadi tumpuan ibunya untuk merawat. Sikap Ardi ini pun layak jadi panutan dan contoh nyata kasih sayang seorang anak terhadap ibu yang sesungguhnya. Saat itu, Arbi juga sempat mendoakan ibunya sembuh dari sakitnya. “Semoga mamak tidak sakit, sembuh. Amin uda,” kata Arbi dengan mata berkaca-kaca.

Di rumah berlantaikan semen dengan atap seng separuh bocor itu, Arbi dan ibunya tinggal berdua sejak ditinggal ayah tercinta sebab jatuh sakit dan meninggal di tahun 2012. Walaupun Arbi sulit berkomunikasi akibat penyakit yang dideritanya dari lahir akan untuk melakukan pekerjaan rumah, seperti menyapu, mencuci dan lain-lain masih mampu dikerjakan. “Bisa nyuci, nyapu,” sambung Arbi sembari memegang gelas untuk minum ibunya.

Kisah Arbi, Remaja Penyandang Disabilitas Rawat Ibu Seorang Diri
Eumah kediaman Arbi dan ibunya Rohana. (Waspada/Edward Limbong)

Kisah hidup Arbi, Rohana menceritakan, bahwa Arbi kelahiran tahun 2006, untuk tanggal dan bulannya Rohana saat ini sulit mengingatnya lagi. Rohana mengaku sebenarnya dia memiliki 3 orang anak dan Arbi paling bungsu yang tinggal bersama dia, sedangkan kedua lagi kakak Arbi telah berkeluarga tinggal bersama suaminya masing-masing.

Arbi menurut Rohana sempat mengenyam pendidikan Sekolah Dasar (SD), tetapi dengan kondisi Arbi saat itu pernah mengalami perundungan dari teman-temannya, sehingga tidak melanjutkan sekolah dan untuk mendapatkan pendidikan khususnya mereka tidak mampu. “Dulu sekolah, cuma waktu itu rambutnya ada anak-anak disekolah yang menggunduli sewaktu SD, terus jadi trauma tidak mau sekolah lagi,” kenang Rohana.

Rohana mengungkapkan, sebelum suaminya meninggal dunia dulunya sebagai mandor orang kerja. Setelah meninggal guna memenuhi kebutuhan ekonomi sehari-hari dia bekerja sebagai tukang cuci di beberapa rumah warga. Namun sekitar tiga tahun belakangan sudah tidak lagi bekerja karena jatuh sakit. “Untuk kebutuhan sehari-hari, kami terkadang dikasih orang, dikasih tetangga,” ungkapnya.

Sedangkan untuk berobat, Rohana menyebut menggunakan BPJS, tetapi untuk pergi berobat, dia hanya bersama Arbi. “Saya sakit ginjal, jantung, paru-paru. Kami tinggal berdua saja. Selama sakit yang ngurus saya sendiri bersama anakku ini, tidak ada orang lain,” katanya.

Rohana pun mengaku, tidak mengetahui video Arbi viral di Medsos saat merawat dirinya di Rumah Sakit beberapa hari lalu. Kedepannya, Rohana menyampaikan harapannya untuk bisa sembuh agar dapat juga merawat dan mendampingi Arbi yang telah masuk masa dewasa itu. “Harapan saya, supaya saya bisa sembuh, sehat, supaya bisa merawat anakku ini,” harapnya.

Sementara itu, pihak Kecamatan Pagar Merbau melalui Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Desa (Kades) Purwodadi Feri Ginting SSTP, saat memberikan bantuan bahan pangan berupa beras, telur dan lainnya membenarkan salah satu warganya yang sakit dan dirawat oleh seorang anak yang memiliki gangguan perkembangan saraf.

“Ibu Suparni itu mengalami penyakit jantung, ginjal dan saat ini dirawat oleh anaknya. Meski saya baru di sini dan mengetahui ada kondisi warga yang begitu kami tidak tinggal diam. Artinya, dari segala kebutuhan seperti berobat, makan, dan sebagainya kami selalu perhatikan. Warga di sini juga peduli dengan mereka dan banyak juga yang beri bantuan,” sebutnya.

Sedangkan Humas Rumah Sakit (RS) Grandmed Lubukpakam Emra Sofian Sinaga mengungkapkan, bahwa Suparni saat ini merupakan pasien rawat jalan di RS Grandmed dengan diagnosa jantung, akan tetapi pada dua tahun yang lalu belum dapat diambil tindakan operasi karena pihak keluarga belum ada menandatangani administrasi yang diperlukan.

“Sakitnya jantung, sekitar dua tahun yang lalu pertama masuk kendalanya (tanda tangan pihak keluarga) saat itu disarankan dokter untuk pemasangan ring. Kalau sekarang ini tidak perlu tindakan pasang ring. Artinya, sekarang secara berangsur kondisinya sudah membaik sudah bisa jalan,” ujarnya.

Edward Limbong

  • Bagikan