Meneladani Syekh Yusuf Dari Gunungbarani, Panyabungan

  • Bagikan

KENAL Syekh Haji Muhammad Yusuf Nasution? Bagi sebagian orang, ini menjadi kisah keteladanan dari mulut ke mulut; dari generasi ke generasi. Namanya pun ditabalkan jadi nama Masjid Jami’ Syekh Yusuf, Gunungbarani, Panyabungan, Mandailing Natal.

Alkisah, beliau wafat di Gunungbarani. Dalam rentang puluhan tahun, syekh melakukan pembinaan umat tak pernah lelah. Berbagai upaya syekh lakukan agar tua-muda semakin mendekatkan diri kepada-Nya. Ini, jadi kenanganmu indah yang — insya Allah — tidak pernah luntur dari masa ke masa.

Makam syekh berada di dekat halaman Masjid Jami’ Syekh Yusuf. Tak sedikit warga ziarah di sini, masyarakat Gunungbarani dan luar desa. Mereka mendoakan syekh. Allahummaghfirlahu warhamhu wa’afihi wa’fuanhu (Ya Allah. Ampunilah almarhum, berilah dia rahmat-Mu, kesejahteraan, serta maafkanlah kesalahannya). Aamiin.

Desa Gunungbarani terhampar sekira 7 km dari Kota Panyabungan, dihuni 400-an KK yang matapencahariannya beragam: PNS, pegawai swasta, pedagang, wiraswasta dan umumnya petani. Masyarakatnya 100 persen muslim.

Dijumpai di Panyabungan, Kamis (1/9), Mukhsin Nasution yang pernah menjabat Pj Kepala Desa Gunungbarani (2015-2016), mengungkapkan, penabalan Masjid Jami’ Syekh Yusuf bagian dari upaya menghargai jasa-jasa beliau, sekaligus agar tidak melupakan sejarah.

“Ini juga ungkapan syukur. Alhamdulillah, penabalan nama masjid dilakukan pada 2015. Kita mendengar dari para orangtua kita, betapa gigihnya beliau membina umat, dengan mengerahkan pikiran, tenaga dan harta. Beliau yang mendirikan masjid ini,” ujar Plt Kadis Pemberdayaan Desa (PMD) Madina.

Di mata masyarakat, khususnya warga berdomisili di Gunungbarani dan di perantauan, sosok Syekh Yusuf sebagai panutan yang sangat kharismatik. Keras. Tak pernah takut.

Camat Nagajuang ini menjelaskan, syekh pernah dipenjara di Sibolga oleh penjajah Belanda. Tak peduli dia harus dibuang karena melawan kesewenang-wenanga. Syekh hanya takut kepada Allah.

Syekh melakukan berbagai upaya agar umat lebih mengenal Allah. Beliau sangat keras. “Dari cerita para orangtua yang kita dengar, syekh sangat sering menanyakan sifat 20. Yang tidak hafal sifat 20, direndam,” ujar Mukhsin Nasution, SSos, MM, mantan Lurah Panyabungan.

Di sisi lain, syekh memiliki atensi tinggi untuk melakukan pembinaan umat sejak dini. Belajar mengaji, belajar shalat. Proses belajar-mengajar dilakukan di masjid yang dia dirikan, yang pertapakannya dia hibahkan untuk pembangunan masjid.
Inilah sebagian cerita seputar sosok Syekh Yusuf, yang sampai hari ini terdengar di masyarakat, khususnya warga Gunungbarani.

Jasa beliau tak pernah dilupakan, walaupun syekh sudah ratusan tahun menghadap Ilahi. Alfatiha. (Irham H. Nasution)

Teks foto

Pintu masuk Masjid Jami’ Syekh Yusuf, Gunungbarani, Panyabungan, Mandailing Natal. Waspada/Irham H. Nasution

  • Bagikan