Orang Biasa Jadi Luar Biasa

  • Bagikan
Dr H Hasan Basri, setelah pensiun, melanjutkan hobi mengajar dan melakukan pengabdian ke masyarakat, sampai batas usia memungkinkan. Waspada/dok
Dr H Hasan Basri, setelah pensiun, melanjutkan hobi mengajar dan melakukan pengabdian ke masyarakat, sampai batas usia memungkinkan. Waspada/dok

BARANGKALI, ini bisa ditapaki dari jejak orang biasa menjadi luar biasa. Dari ‘orang kecil’ menjadi ‘orang besar’.

Mungkin, dari sudut pandang positif-objektif, akan menjadi kaca melihat perjalanan hidup seseorang, yang bisa dipantulkan ke hidup orang lain, kemudian diteladani menjadi hidup lebih baik. Insya Allah.

Namanya Dr H Hasan Basri, 64. Dia awalnya guru biasa, guru honor, ASN, kemudian guru teladan, seterusnya kepala sekolah berprestasi.

Benar, Hasan Basri orang biasa yang kemudian menjadi pejabat penting sederetan jabatan mentereng eselon II Pemerintah Kota Medan.

Satu lagi yang luar biasa, dia menjabat Kepala Dinas Pendidikan Kota Medan dua kali. Dua kali? Setelah malang-melintang mengemban amanah di sejumlah jabatan eselon II, kembali lagi menjadi Kadisdik, sampai pensiun.

“Nggak ada yang hebat tentang abang, adinda,” ujar Dr H Hasan Basri yang dihubungi waspada.id dari Panyabungan melalui sambungan telepon, Rabu (13/10).

“Sesungguhnya, saya pendidik sepanjang masa. Menjadi birokrat sebuah kebetulan saja,” tambahnya lagi dengan nada biasa saja.

Hasan Basri mengucap syukur apa yang dia peroleh. “Dari sisi dan aspek manapun, saya sangat bersyukur. Alhamdulillah. Menjadi pejabat eselon II, pada masa saya dulu (mungkin juga saat ini, red) sungguh tidak mudah,” ujarnya.

Dari sisi asal daerah, lanjut dia, bukan kelahiran Medan, dari Tanjungpura. “Dari aspek sosial ekonomis, penghasilan pas-pasan waktu itu. Dari aspek kekeluargaan, manalah nyambung,” ujarnya.

Tapi, kata Hasan Basri, ada aspek yang dia yakini, sampai hari ini, yakni anugrah Ilahi dan bakti kita kepada dua orangtua.

“Dari 10 anak ayah kami, saya yang beruntung menglepas jenazah ayah dari rumah saya dan dari tujuh anak mamak saya. Saya juga yang menjadi tuan rumah melepas ke pemakaman,” ujarnya.

“Ketika itu, saya hanya guru SMP dengan segala kekurangan, tapi ayah dan mamak nyaman bersama kami tinggal sampai akhir hayatnya,” tambahnya lagi.

Istri saya, lanjut dia, juga luar biasa pengabdiannya kepada ayah dan mamak.

Hasan Basri mengungkapkan, satu lagi aspek tambahan, ya, prestasi sangat penting, prestasi dapat mengalahkan KKN ketika kondisi objektif hadir di sistem karier.

“Nah, mungkin karena saya pernah guru teladan, kepala sekolah berprestasi, ya itulah awalnya saya masuk ke birokrasi,” ujarnya.

Hasan Basri sangat berterimakasih kepada H. Abdillah sebagai Walikota Medan (waktu itu) yang membawanya ke dunia birokrasi.

Kelahiran Tanjungpura 1 Agustus 1958 bercerita tentang kariernya yang cukup berliku.

Dimulai dari guru honor di SD negeri. Setelah menamatkan pendidikan SPG di Tanjungpura Langkat, lanjut menjadi Guru SMP Negeri Tanjungpura 1981 setelah tamat D1/A1 IKIP Medan tahun 1980.

Kemudian, pindah ke SMPN 16/18 Medan 1984 sambil kuliah S1 di IKIP Alwashliyah 1990, menjadi guru teladan nasional 1995, menjadi kepala SMPN Sunggal/SMPN 9 Medan 1997.

Seterusnya, menjadi Kasubdis/Kabid di Dinas Pendidikan Medan 2002, Kadisdik 2007, Kepala Balitbang 2012 sampai 2016 merangkap Plt Kadis Pariwisata 2014 sampai 2016, kembali Kadisdik Medan 2017 sampai 2018, dan purnabakti.

Nah, apa yang diperbuat setelah seabreg kegiatan tak lagi aktif di birokrasi?

Hasan Basri bercerita, selah menamatkan S2 pada 2000, dia juga mengajar di PT IAIN dan Sekolah Tinggi Atmatera Medan sampai 2006.

Pada 2021 dia menyelesaikan S3, dan sejak 2018 come back to campus, ke UNPAB Pancabudi.

“Ini melanjutkan hobi mengajar dan melanjutkan pengabdian ke masyarakat, sampai batas usia memungkinkan,” ujar Hasan Basri.

Semoga kisah ini menginspirasi guru — termasuk guru honor — untuk memacu prestasi. Aamiin.

WASPADA/Irham Hagabean Nasution

  • Bagikan