Pecinta Alam Dan Aktivis ’98 T Hidayatuddin: “Jangan Pernah Melakukan Aktivitas Ini, Nanti Kamu Ketagihan”

  • Bagikan
Pecinta Alam Dan Aktivis ’98 T Hidayatuddin: "Jangan Pernah Melakukan Aktivitas Ini, Nanti Kamu Ketagihan”
Teuku Hidayatuddin berfoto dengan Edelweis (bunga keabadian) di puncak Burni Telong, Aceh Tengah, Provinsi Aceh. Ist

“Hanya Rinjani yang belum saya daki, tapi kalau Bromo, Simeru, Gede Pangrango dan lainnya sudah saya daki semua. Namun setelah saya mendaki beberapa gunung dan menelusuri beberapa hutan di Aceh, saya tidak kepengin lagi keluar dari Aceh. Gunung-gunung dan hutan Aceh lebih indah dari hutan dan gunung di daerah lain dan minggu lalu saya baru saja mendaki Burni Telong,” kata Teuku Hidayatuddin salah seorang pecinta alam dan juga mantan aktivis 1998, Jumat (5/1) siang.

BURNI Telong merupakan salah satu gunung di Provinsi Nanggro Aceh Darussalam, tepatnya di Kabupaten Aceh Tengah. Pendakian ke gunung ini dimulai dari Kabupaten Bener Meriah. Burni Telong memiliki ketinggian 2624 meter di atas permukaan laut. Burni Telong masuk dalam jenis gunung berapi kerucut.

Hutan Bener Meriah dan Aceh Tengah memiliki daya tarik yang mampu menghipnotis setiap pecinta alam yang mendaki ke gunung ini. Gunung ini memiliki ekowisata flora dan fauna. “Ada edelweis di sana. Saya sempat berfoto dengan bunga keabadian itu kemarin. Edelweis kami jumpai di puncak Burni Telong. Kami juga sempat melihat kantong semar di sana. Kalau hewan primata dan burung cukup banyak diBurni Telong. Aroma hutan di sana benar-benar sangat memikat dan siapapun yang sudah pernah ke sana pasti ingin kembali lagi,” kata Teuku Hidayatuddin kepada Waspada menjelaskan kekagumannya terhadap Burni Telong itu, Jumat (5/1) siang.

Ditatanya mengapa begitu suka menjelajah hutan dan pegunungan, T Hidayat mengatakan, bagi para pecinta alam mendaki gunung adalah sesuatu hal yang luar biasa ketika bisa menyatukan diri dengan alam. Menjelajah hutan dan mendaki gunung bukan hanya sebagai hobi. Namun memunculkan kesadaran terdalam dalam diri setiap pendaki bahwa manusia adalah makhluk yang lemah.

Pecinta Alam Dan Aktivis ’98 T Hidayatuddin: "Jangan Pernah Melakukan Aktivitas Ini, Nanti Kamu Ketagihan”

“Ada kepuasan batin ketika kami berhasil mencapai puncak gunung, seperti kemarin kami bisa sampai di puncak Burni Telong. Pemandangannya sangat indah dan aroma rimba di sana membuat batin kami tenang. Setiap kembali dari pendakian kami merasa muda kembali. Kami lebih mampu memaknai komunikasi dengan lingkungan tempat kami bermukim, karena ego saya turun. Berbagai perasaan tidak suka pada makhluk lain bisa terelaborasi. Tidak ada ketegangan dan tidak ada rekayasa di pegunungan. Semua berjalan sesuai kodratnya masing-masing dan tidak saling mengganggu,” urai kaum rimba itu.

Kata T Hidayat lagi, di hutan dan di pegunungan tersimpan berjuta kenikmatan dan berjuta ketenangan yang tidak dimiliki di lingkungan perkampungan atau di perkotaan. “bagi saya pribadi mendaki gunung adalah perjalanan meditasi dan perjalanan wisata (healing). Berwisata ke pegunungan bagian dari perjalanan konservasi. Kami pecinta alam adalah makhluk yang ingin melindungi hutan, flora dan fauna,” tuturnya lagi.

Hal paling indah selain mendapatkan ketenangan adalah sambung T Hidayat, pada saat menjelajah hutan terbangun bungan antara penjelajah yang satu dengan kelompok penjelajah lainnya sangat kuat. Jika dalam perjalanan menemukan botol air mineral, maka tanpa dikomandoi pasti botol air mineral itu dipotong menjadi dua dan ditaruh di tempat yang aman dengan harapan tertampung air hujan dan dapat diminum oleh orang-orang yang lewat di jalan yang sama.

“Begitu juga dengan makanan, kalau ada makanan lebih pasti kami taruh di tempat yang aman untuk membantu orang-orang yang lewat dan kebetulan kehabisan logistik. Ini bagian dari solidaritas,” sebutnya.

Di sepanjang perjalanan pendakian,kata T Hidayat, mereka menemukan hutan yang masih sangat alami dan cukup lebat. Meskipun di awal-awal pendakian mereka juga menemukan ada hutan yang sudah dibersihkan karena dimanfaatkan oleh petani untuk berkebun. Pembersihan hutan untuk berkebun, kata dia masih dapat ditolerans, dan yang tidak dapat dimaafkan ketika hutan dirambah secara serakah tanpa ditanam kembali sehingga hutan menjadi gundul dan rusak.

Pecinta Alam Dan Aktivis ’98 T Hidayatuddin: "Jangan Pernah Melakukan Aktivitas Ini, Nanti Kamu Ketagihan”

Jika ada pembersihan hutan diharapkan untuk ditanam kembali agar hutan terus terjaga dan terawat dengan baik. “Di sepanjang perjalanan kita menemukan ada pohon yang tumbang dan ada yang tumbuh. Ada air yang mengalir dan itu terlihat sangat alamiah. Apa yang kami temukan sangat memanjakan mata kami di sana.”

Kepada Waspada T Hidayat mengatakan terdapat cukup banyak potensi wisata di Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah, jika para pengambilan keputusan (decicion making) melihat potensi ini, maka akan terbuka lapangan kerja dan akan menambah pendapatan daerah dari sektor ekowisata itu. Potensi wisata di Aceh tidak kalah cantiknya dengan objek wisata di luar Aceh dan bahkan keindahan Bali mampu dikalahkan oleh keindahan Pulau Sabang.

Di akhir wawancara dengan Waspada, T Hidayat mengatakan, perjalanan pendakian dilakukan secara berkelompok dan paling sedikit 4 orang. Perjalanan ini tidak mampu dilakukan oleh orang-orang yang tidak memiliki kecintaan terhadap hutan dan pegunungan. Namun dia mengingatkan orang-orang yang tidak satu frekwensi dengannya untuk tidak sekali-kali mencoba menjelajah hutan dan mendaki gunung, karena dipastikan siapapun itu (kamu) akan ketagihan.

Maimun Asnawi, S.Hi.,M.Kom.I

  • Bagikan