Petualangan Bunyi Avena MatondangHingga Gordang Sambilan Mandailing

  • Bagikan
Anstropolog Avena Matondang
Anstropolog Avena Matondang

Melanglangbuana adalah kata yang dipilih oleh Avena Matondang dalam wawancara dengan Waspada menceritakan latar-belakang persona dirinya hingga berkecimpung dalam dunia kebudayaan dan musik.

Bermula dari ketertarikannya mendengar dan mengumpulkan kaset pita dari usia sekolah lanjutan tingkat pertama 27 tahun lalu, aktifitas mengumpulkan dan mendengar kaset pita adalah perilaku yang lazim dimasa itu, dari musik mainstream (populer) membuka ketertarikan pada bunyi-bunyian yang kemudian merambah pada sumber bunyi dan musik sidestream dengan akses terbatas.

Avena menuturkan pada masa itu toko audio dan kaset pita terbatas dari segi koleksi sehingga memerlukan usaha lanjut untuk mengumpulkan informasi tentang musik sidestream; musik etnik, kontemporer, world jazz, instrumental dan seabrek jenis lainnya.

Mendengar putaran kaset pita dari penjual kaset jalanan dan proses obrolan dengan pemusik membawa Avena masuk dalam putaran dunia musik secara utuh. Walau diakui Avena, sulit untuk dapat menguasai beragam alat musik secara total kalaupun ada kemampuan adalah melintasi hal tersebut melalui pemahaman kebudayaan bunyi yang utuh dan menyeluruh.

Dari musik populer lokal hingga global secara tekun didengarkan Avena Matondang dalam bentuk pita kaset. Tak dipungkiri oleh Avena, proses panjang itulah yang kemudian membawanya melanglangbuana menyusuri bunyi-bunyian secara intensif.

Sosok berpengaruh dibalik petualangan bunyi Avena adalah orang-orang yang bekerja secara tulus pada bidang musik, seperti Denny Sakrie (alm), seorang pengamat musik Indonesia yang juga pemusik (drummer), announcer radio.

Secara musikalitas, Avena juga belajar secara formal dengan Irwansyah Harahap (alm) seorang eksponen world-music Indonesia. Atau, yang menurut Avena adalah sosok-sosok lama yang berkecimpung dalam dunia musik.

Bagi Avena, pertemuan itu adalah suatu hal yang berharga dalam membentuk pemahaman dan melihat proyeksi musik kedepan.

Laki-laki yang kini berprofesi sebagai praktisi tenaga pengajar pada institusi perguruan tinggi negeri mengungkapkan bahwa awalnya memilih jurusan musik ketika ujian masuk universitas namun tidak lolos, yang kemudian mengambil jurusan antropologi sebagai landasan berfikir dalam menelaah musik.

Pada awalnya diperkenalkan alat musik gitar akustik oleh seorang gitaris Macil band yang juga saudara sekitar 27 tahun lalu, itulah awal bersentuhan dengan praktik musik yang kemudian berkembang dengan mencari sosok gitaris lainnya untuk dijadikan instruktur secara privat maupun masuk pada lembaga pendidikan musik informal.

Seiring dengan proses pencarian karakter dalam bermusik, kemampuan itu selaras dengan pendidikan formal ditekuni Avena Matondang, kebudayaan. Dengan perspektif kebudayaan secara empiris, Avena mengatakan hal itu menjadi paket lengkap menyelami dunia musik yang luas. Dengan pemahaman kebudayaan dan praktik musik yang aktif dapat menjadikan keduanya saling mengisi ruang wacana dan pemahaman, begitu diungkapkannya.

Pemahaman musik secara umum diakui Avena didapat lewat jalan les privat dan berproses pada lingkungan musik populer, hal ini menjadi modal penting untuk mengetahui praktik musik dalam kehidupan kebudayaan.

Gordang Sambilan Mandailing adalah kajian Avena ketika menempuh pendidikan tinggi secara formal, bahkan Avena membuat sebuah terobosan dengan merubah (kodefikasi) bunyi Gordang Sambilan menjadi bentuk pola dan motif seni rupa lewat proses transkripsi sebagai suatu upaya menjaga keberlangsungan kebudayaan bunyi-bunyian tradisi.

Diungkapkan oleh Avena selain menguasai instrumen musik gitar juga mampu memainkan alat musik senar lainnya seperti mandolin yang bersenar delapan. Dengan kemampuan itu, Avena pernah diuji untuk mengatur bunyi senar dan pola nada Setar atau Sehtar Persia, itu adalah alat musik bersenar empat dan mengalami dua kali proses pengaturan nada; melalui tarikan senar (tension);dan pergeseran fret yang terbuat dari sutra, sangat sulit ketika itu dilakukan walau pada akhirnya mampu.

Avena menyebutkan bahwa dari hal itu dirinya belajar memahami jika tanpa pemahaman yang utuh tentu hal tersebut mustahil dilakukan, atau hanya sekedar memindahkan pemahaman satu instrumen ke instrumen lainnya dan melupakan karakter bunyi yang bersumber pada kehidupan kebudayaan.

Avena menyampaikan jika bermusik bukanlah sekedar menguasai instrumen musik melainkan kemampuan mendengar bunyi-bunyian secara detail yang menyertai hal tersebut.

t.junaidi


  • Bagikan