Gunakan Pendekatan Agama, Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik Raih Kesuksesan

  • Bagikan
Gunakan Pendekatan Agama, Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik Raih Kesuksesan

JAKARTA (Waspada): Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik (GIDKP) berkomitmen menjadikan pasar di Jakarta bebas plastik. Kolaborasi dilalukan dengan Lembaga Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana (LLHPB) Pimpinan Pusat (PP) ‘Aisyiyah guna memuluskan program lewat pendekatan agama.

“Menggunakan pendekatan agama sebagai solusi sebenarnya bukan hal baru. Kendati demikian, kami tetap menaruh harapan di sana,” kata Engagement and Insights Manager GIDKP, Zakiyus Shadicky dalam diskusi media, di Jakarta, Selasa (29/11/22).

Hadir dalam kesempatan itu, Kepala Bidang Peran Serta Masyarakat Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Edy Mulyanto, Technical Advisor for The Regional Programme GIZ, Barbara Goncalves dan perwakilan dari Perumda Pasar Jaya, Lasma Pujiarti.

Sebelumnya, GIDKP juga bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi DKI  yang bertujuan menjadikan pasar di Jakarta bebas plastik. Uji coba dilakukan di Pasar Tebet Barat, Jakarta Selatan.

Zaki menambahkan, kolaborasi yang dilakukan antara GIDKP, LLHPB PP ‘Aisyiyah dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, mendapat dukungan organisasi lingkungan asal Jerman GIZ (Gesselschaft fur International Zusammenarbeit).

Uji coba selama 2019-2021 itu belum optimal karena terbentur pandemi covid-19 yang membuat program sempat vakum.

Belajar dari pengalaman itu, GDIKP mengubah pendekatan yang tidak saja melibatkan pedagang dan konsumen, tetapi juga masyarakat sekitar melalui kegiatan agama.

Program perubahan perilaku pada program Pasar Bebas Plastik menggunakan ini pendekatan agama Islam karena menyesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat sekitar Pasar Tebet Barat.

Karena penduduk Indonesia mayoritas Muslim, kerja sama dengan LLHPB PP ‘Aisyiyah sangat tepat karena mereka bagian dari organisasi Islam terbesar di Indonesia, yaitu Muhammadiyah,” ujarnya.

Hal senada dikemukakan Koordinator Nasional GIDKP, Rahyang Nusantara. “Jika masalah kerusakan iklim tidak bisa diselesaikan dengan pendekatan sains, maka kita harus menggunakan spiritualitas atau pendekatan agama untuk mencari solusinya,” katanya.

Hal itu dibenarkan Ketua Divisi Lingkungan Hidup LLHPB PP Aisyiyah, Hening Parlan. Karena dalam Islam diajarkan bahwa kebersihan merupakan sebagian dari iman.

Jadi, ketika penggunaan plastik sekali pakai yang berujung mengotori bumi, maka kita bisa katakan tindakan itu sebagai bagian dari kaum yang tidak beriman,” ucap Hening.

Selain itu, konsumen dan pedagang di Pasar Tebet Barat juga aktif dalam kajian di masjid dekat Pasar Tebet Barat. “Jadi, kolaborasi ini benar-benar tepat untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya plastik sekali pakai dalam sudut pandang keagamaan,” tutur Hening.

Ditambahkan, selama hampir 10 bulan berlangsung, program tersebut sudah melakukan berbagai kegiatan yang melibatkan pedagang, konsumen, dan masyarakat di sekitar Pasar Tebet Barat.

Beberapa kegiatan baru, antara lain, berupa pengadaan dropbox peminjaman kantong belanja untuk konsumen dan aktivitas bersama DKM Pasar Tebet Barat, seperti tafsir Al Qur’an, pembagian risalah Jum’at, khutbah Jum’at, dan sebagainya.

“Dampak atas pendekatan itu luar biasa. Uji coba pertama menunjukkan adanya penurunan penggunaan plastik sekali pakai di kalangan pedagang hingga 57 persen. Tahun ini ada tambahan penurunan jumlah kios sekitar hingga 17 persen yang juga berdampak pada penurunan jumlah kantong plastik,” tutur Hening.

Selain itu, pedagang juga menunjukkan sikap dan motivasi yang tergolong tinggi dalam mengurangi plastik sekali pakai. Hal ini terjadi pada seluruh aspek, mulai dari alasan perbaikan lingkungan, dan petunjuk dari ustadz atau guru agama.(J02)

  • Bagikan