Bulog Diminta Pertegas Dugaan Beras Plastik Beredar Di Aceh

- Aceh
  • Bagikan

IDI (Waspada): Komisi 1 Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) meminta pihak Bulog Perwakilan Provinsi Aceh untuk memberi penjelasan terkait dugaan beras plastik yang beredar dan meresahkan masyarakat.

“Kita sudah banyak menerima laporan dari masyarakat, bahkan ada yang kirim vidio langsung. Dalam vidio itu, masyarakat membandingkan beras yang dipanen di sawah sendiri dengan beras bantuan yang disalurkan ke warga,” ujar Ketua Komisi I DPR Aceh, Iskandar Usman Alfarlaky, M.Si, kepada Waspada, Minggu (23/10).

Dia menyebutkan, berdasarkan vidio yang dikirim warga, menunjukkan terjadi perbedaan beras setelah dimasak yang berasal dari karung bantuan yang tertulis Bulog. “Jika dilempar membal seperti bola. Sementara beras dari hasil panen warga saat dilempar akan lengket di lantai,” kata Iskandar Usman Alfarlaky.

Politisi Partai Aceh (PA) itu awalnya mendapat laporan dari wilayahnya di Peureulak, Kabupaten Aceh Timur. Kondisi tersebut memicu keresahan masyarakat. Apalagi vidio beredar cepat di lini media sosial dan group-group WA. “Saya juga sudah sampaikan ke pihak Bulog Langsa, terkait masalah ini,” sebutnya.

Oleh karenanya, sebelum keresahan di tengah masyarakat memuncak, Al-Farlaky, meminta Bulog untuk memberi penjelasan secara tegas. Jika beras yang beredar mengancam kesehatan, seperti dugaan masyarakat, kami harap segera ditarik dan diganti. Pihak penyuplai juga harus bertanggungjawab dan ditindaklanjuti,” tegas Iskandar.

Dia juga meminta pihak Bulog untuk dapat menguji laboratorium agar apa yang disampaikan terkait beras tersebut dapat dipertanggungjawabkan. Al-Farlaky juga mendesak bulog bisa segera merespon cepat kondisi. Sebab, saat ini masyarakat sangat membutuhkan beras bantuan tersebut yang disalurkan melalui kantor pos mengingat momen khenduri maulid

“Ada wilayah yang mereka belum panen padi, maka solusi untuk menghadapi maulid ya beras bantuan itu. Ini laporan langsung saya terima dari warga. Sebab video dugaan beras plastik viral, masyarakat juga takut mengonsumsinya,” demikian Iskandar. (b11)

  • Bagikan