Menerobos Belantara Leuser Melongok Pendidikan Di Daerah Terisolir

  • Bagikan
Menerobos Belantara Leuser Melongok Pendidikan Di Daerah Terisolir

Berada nun jauh di atas kawasan pebukitan dan dataran tinggi. Harus melewati jalan berlumpur, berlubang, dipenuhi tikungan dan tanjakan yang terjal serta penuh resiko, ditambah jalan sempit dipenuhi bebatuan pegunungan, memang menjadi tantangan berat dan senantiasa membuat jantung berdebar, ketika melintasi jalan menuju Bunbun Alas.

Berjarak lebih kurang 38 km dari pusat Kota Kutacane Ibukota Kabupaten Aceh Tenggara, menyita waktu perjalanan selama 3 jam dengan mobil gardan dua. Terletak di daerah pedalaman dan termasuk daerah terisolir yang berada di wilayah segi tiga emas yang menghubungkan Aceh Tenggara- Karo dan Kabupaten Dairi, menjadikan Bunbun Alas dan Bunbun Indah daerah yang sangat penting dan strategis.

Namun siapa sangka, di Kute (Desa) Bunbun Alas dan Bunbun Indah yang letaknya jauh di pedalaman Kecamatan Leuser Aceh Tenggara nan sunyi itu, ada sekolah yang merupakan jalan untuk mencerdaskan anak bangsa tapi kondisi bangunan dan sarananya memprihatinkan, mulai dari sekolah SDN dan SMPN.

Menerobos Belantara Leuser Melongok Pendidikan Di Daerah Terisolir
Kadis Dikbud, Julkifli .S.Pd. M.Pd foto bersama di halaman SMPN 8 Lawe Sigalagala,sekolah terpencil di pedalaman Leuser Aceh Tenggara, Sabtu (27/5). Waspada/Ali Amran

Di sekolah ini, kata Abdul Sani, S.Pd.M.Si kepala SMPN 8 Lawe Sigalagala, kepada Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Aceh Tenggara, Julkifli.S.Pd. M.Pd didampingi Kabid SMP, Habibi.S.Pd dan Budi Indra, Hamdani, Meri Vancito, Abdul Sani.S.Pd, Jumanan S.Pd, Juanda dan puluhan kepala sekolah lainnya, meski siswa kelas 7 sampai kelas 9, hanya 26 orang, namun semangat belajar siswa terbilang membanggakan.

Sayangnya, sejak dibangun tahun 2008 lalu, SMPN 8 Lawe Sigalagala yang terletak di atas kawasan pebukitan dan menjadi tempat menuntut ilmu bagi warga Kute Bunbun Alas dan Kute Bunbun Indah ini, tak pernah direhab. Akibatnya, di sana sini mulai terjadi kerusakan.

Bahkan, dari 4 ruangan yang ada, hanya dua Ruang Kelas Belajar (RKB) yang bisa dipergunakan, sedangkan ruangan lab dan ruang kepala sekolah, kondisinya sangat memprihatinkan karena atap dan plafon rusak, demikian juga dengan lantainya.

Kondisi tersebut diperparah lagi dengan rusak berat tak bisa dipergunakannya lagi mobiler meja dan kursi yang ada serta rusak berat dan tak bisa difungsikannya toilet sekolah berlapiskan batu bata selama bertahun-tahun.

Bak gayung bersambung karena tak ingin berlama-lama melihat kondisi memprihatinkan tersebut, Kadis Pendidikan dan Pengajaran, Julkifli didampingi Kabid SMP, Habibi dan Kabid SD, yang telah melihat langsung kondisi SMPN 8 Lawe Sigalagala mengatakan, pihak Pemkab Agara melalui Dinas Dikbud, tahun 2024 mendatang, akan mengusulkan rehab berat gedung SMPN di Kecamatan Leuser, yang merupakan daerah terisolir dan tertinggal tersebut.

Dana rehab berat ruangan, plafon, lantai ruangan sekolah dan toilet serta ruangan lab maupun ruangan kepala sekolah SMPN 8 Lawe Sigalagala, diperkirakan sebesar Rp1,2 miliar tersebut, akan diupayakan dari sumber Dana Alokasi Umum (DAU ) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) tahun 2024 akan datang.

Untuk mengatasi keresahan 26 orang siswa dan dewan guru selama ini, akibat masuknya rembesan air hujan lebat yang turun dari bukit menuju ruangan, Julkifli dan Habibi, berjanji akan dibangun tembok dan parit sekolah, agar rembesan air hujan tak lagi masuk ruang kelas sekolah dan proses belajar mengajar pun aman, nyaman dan lancar.

Menerobos Belantara Leuser Melongok Pendidikan Di Daerah Terisolir

Selain rehab berat SMPN 8 Lawe Sigalagala, Julkifli yang juga mantan Kasek SMAN 1 Lawe Sigalagala dan mantan Kadis Pariwisata Pemuda dan Olah Raga (Parpora) Aceh Tenggara menambahkan, tahun 2023 ini juga akan memindahkan lokasi Gedung SD Swasta Bukit Selamat ke lokasi yang lebih aman dari hantaman banjir.

“Menurut keterangan kepala SDS Bukit Selamat, Midayanti S.Pd dan Pengulu Kute Bunbun Alas, Edian Desky S.Pd.I,setiap diguyur hujan deras, air sungai kecil di depan SD ini, selalu meluap dan menggenangi halaman dan ruang sekolah, karena itu harus dipindahkan,” sebut Julkifli yang juga Ketua Persatuan Marga Pesikab tersebut.

Untuk pemindahann dan pembangunan gedung baru SDS Bukit Selamat tersebut, anggarannya telah disetujui dan tahun ini juga bisa dicairka serta dilaksanakan, sementara untuk dananya senilai Rp2 miliar lebih.

Pada Kunker ke daerah terisolir, tertinggal dan terpencil tersebut, Julkifli dan rombongan dari Dinas Dikbud, juga mengunjungi PAUD di Bunbun Indah, Tempat pengajian anak di Kute Bunbun Alas. “Meski perjalanan melelahkan karena harus melewati medan yang berat dan penuh resiko, namun saya merasa puas bisa melihat langsung kondisi sekolah terpencil di Kecamatan Leuser,” ujar Kadis yang akrab disapa Bang Njuk tersebut, seraya berkali-kali harus turun dari mobil gardan dua, akibat mobil yang ditumpangi terjebak lumpur dan jalan licin di daerah pendakian.

Wilayah pedalaman Leuser, boleh terpencil, terisolir dan tertinggal, namun tidak untuk bidang pendidikan. Disadari atau tidak, kunker Kadis Dikbud, Julkifli dan rombongan atas perintah langsung Pj Bupati Drs.Syakir.M.Si tersebut, setidaknya bisa menjadi secercah harapan agar kualitas pendidikan wilayah pedalaman Leuser bisa meningkat atau setidaknya bisa mewujudkan moto dan slogan Merdeka dalam belajar. WASPADA.id/Ali Amran/Seh M.Amin

Foto utama: Kadis Pendidikan & Kebudayaan Julkifli S.Pd.M.Pd meninjau SMAN 8 Lawe Sigalagala sekolah di pedalaman Leuser Aceh Tenggara yang rusak berat dan kurang perawatan, Sabtu (27/5). Waspada/Ali Amran

  • Bagikan