Menguburkan Ula-ula
Lembing Di Bumi Muda Sedia

  • Bagikan
Menguburkan Ula-ula<br>Lembing Di Bumi Muda Sedia

Pada 25, 26 dan 27 November 2022, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Aceh menggelar acara yang dikemas dalam paket berlabel ‘Serumpun Melayu Raya’ berlangsung di Lapangan Tribun Pemkab Aceh Tamiang.

Menguburkan Ula-ula<br>Lembing Di Bumi Muda Sedia
Acara Serumpun Melayu Raya yang berlangsung di Lapangan Tribun Pemkab Aceh Tamiang. Waspada/Muhammad Hanafiah

Acara tersebut sangat positif dan perlu kita berikan apresiasi atas pelaksanaan acara tersebut, namun perlu juga dikritisi agar tidak terulang lagi pada masa mendatang peristiwa yang sangat memalukan di mata rakyat Aceh Tamiang, terutama khususnya bagi perkauman etnis Tamiang.

Bupati Aceh Tamiang, Mursil, SH, M.Kn resmi membuka Serumpun Melayu Raya tersebut. Bahkan, ratusan pengunjung yang memenuhi lapangan tribun dibuat kagum oleh atraksi silat tradisi Tamiang yaitu Silat Pelintau ketika menyambut para undangan. Pertunjukan kemudian dilanjutkan dengan tari tradisi Ula-ula Lembing.

Secara khusus, Bupati Mursil menyampaikan kekagumannya karena sudah lama tidak menyaksikan seni bela diri khas melayu itu.

“Sudah lama sekali tidak melihat silat ini, ini sungguh luar biasa,” kata Mursil seperti dirilis Bagian Humas Setdakab Aceh Tamiang.

Mursil menilai kegiatan ini sangat positif, karena akan menjadi ajang mengembangkan bakat seni dan budaya melayu. Melalui kegiatan ini pula diketahui kalau bakat bermusik anak-anak Aceh Tamiang tidak kalah dengan musisi Medan.

“Tidak kalah, kualitas anak-anak Tamiang juga sangat bagus,” sambungnya.

Sementara Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, Almuniza Kamal dalam rilisnya juga menjelaskan, Serumpun Melayu Raya di Aceh Tamiang ini berlangsung mulai Jumat (25/11) hingga Minggu (27/11) malam.

Even ini bertujuan untuk menjaga eksistensi nilai-nilai seni dan tradisi budaya yang telah berkembang sejak lama di Aceh, khususnya adat budaya di Kabupaten Aceh Tamiang.

“Ajang ini perlu dilaksanakan untuk dapat menggambarkan berbagai macam kebudayaan tradisional dan kesenian masyarakat, serta menciptakan regenarasi seni terhadap generasi muda Aceh Tamiang,” kata Almuniza Kamal.

Dengan adanya kegiatan ini diharapkan mampu menjadi daya tular bagi para kaum milenial, sehingga tidak tergerus zaman. Besar harapanya, seni dan adat budaya Aceh Tamiang dapat terus berkembang dan bisa dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakatnya.

“Semoga di daerah berjuluk Bumi Muda Sedia yang indentik dengan perpaduan budaya Aceh-Melayu dapat terus dipertahankan dan menjadi daya tarik wisatawan lokal maupun mancanegara,” kata Almuniza Kamal.

Kepala Bidang Bahasa dan Seni Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, Nurlaila Hamzah menambahkan, kalau festival kebudayaan di Aceh Tamiang ini merupakan salah satu kegiatan strategis pihaknya pada tahun 2022. Tujuan festival ini dijelaskannya, untuk menyediakan ruang apresiasi kepada pelaku seni di pesisir Timur Aceh.

“Mari berkarya, dan saatnya kita menjaga warisan pendahulu yang telah melahirkan maha karya. Ini hasil cipta yang lahir dari imajinasi tinggi, sehingga produk seni yang sudah ratusan tahun tetap berkembang dan menarik,” ujarnya.

Pada acara tersebut ditampilkan atraksi bukan hanya silat pelintau, tapi juga musik yang menampilkan Joel Pase, Tamiang Coustic, sejumlah sanggar tari dan pantun.

Sedangkan hari kedua dilangsungkan pada Sabtu (26/11), kegiatan dilanjutkan dengan pameran kuliner. Sejumlah sanggar tari dan grup musik lokal juga akan unjuk gigi hingga malam hari.

Puncak Serumpun Melayu Raya di Aceh Tamiang ini ditutup Minggu (27/11) malam. Di hari terakhir ini, masyarakat diajak mengikuti sepeda jelajah wisata. Para pesepeda nantinya akan mengikuti rute sepeda santai yang memiliki riwayat sejarah kebudayaan.

Menurut catatan penulis, acara ‘Serumpun Melayu Raya’ dari aspek tata pentas, sound system, lighting memang sudah sangat bagus. Begitu juga seni tradisi Silat Plintau juga sangat bagus, band-band yang tampil juga bagus, artis yang tampil juga bagus dan pembacaan pantun yang bagus.

Acara tersebut menjadi tidak bagus dan sangat memalukan ketika sanggar-sanggar tari yang tampil tidak mampu menghadirkan live music yaitu tidak ada pemain musik pengiring tari dan tidak ada vokalisnya yang mengiringi tari ditampilkan, terutama untuk tari Aceh dan tari tradisi Tamiang.

Memang ada juga sanggar tari yang tampil menampilkan tari membawa alat musik pengiring tari dan ada pemusiknya ikut live.

Namun, paling memalukan ketika ada sanggar tari menampilkan tari yang ada syair lagunya dan musiknya, tetapi tidak mampu menampilkan vokalisnya dan tidak mampu menghadirkan pemain musiknya untuk pengiring tari yang ditampilkan. Sanggar yang tampil seperti itu lenggak-lenggok di pentas penarinya diiringin vokalis dan musik pengiring dari pemutaran kaset dan bukan hasil kretivitas dari sanggar tersebut.

Contohnya, ketika ada sanggar tari tampil membawakan tari tradisi Tamiang yaitu Tari Ula-ula Lembing, mereka melanggak lenggok tampil tanpa ada live music pemain biola, gendang dan accordion serta vokalisnya.

Peristiwa tersebut tentu sama saja sanggar cilet-cilet atau asal-asal tampil. Padahal di seputaran pentas ada Tuah, Arsyad dan kawan-kawan serta vokalis yang sudah biasa main musik dan Inong sebagai vokalis pengiring tari tradisi Ula-ula Lembing.

Peristiwa sanggar tampil tanpa pemain music dan vokalis tari tradisi Tamiang Ula-ula Lembing, hal itu sama saja sudah menguburkan tari tradisi perkauman Tamiang ‘Ula-Ula Lembing’ di Bumi Muda Sedia atau di mata rakyat perkauman Tamiang.

Kepala Bidang Bahasa dan Seni Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, Nurlaila Hamzah ketika dikomfirmasi Waspada melalui pesan WhatsApp, Senin (28/11) menjelaskan, grup tari yang tampil tersebut dalam rangka memberi apresiasi kepada pelaku seni, sanggar dan komunitas di Aceh Tamiang, tentu saja sesuai dengan bidang masing-masing, seperti atraksi silat Plintau, tarian, music dan lain-lain.

“Kita menyediakan ruang mereka berekspresi dan menampilkan karya, dan grup seni yang diajak berpatisipasi ini diundang setelah berdiskusi, sharring dan juga rekomendasi kawan-kawan pelaku seni setempat,” tegas Nurlaila.

WASPADA.id/Muhammad Hanafiah

Keterangan Foto Utama : Bupati Aceh Tamiang, H. Mursil ketika membuka acara Serumpun Melayu Raya. Waspada/Muhammad Hanafiah

  • Bagikan