Ekonomi Global 2023 Diperkirakan Menurun Disertai Risiko Resesi

  • Bagikan
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara, Doddy Zulverdi pada Bincang Bareng Media bulan Desember, di Gedung KPw BI Sumut, Jl. Balai Kota Medan, Selasa (27/12).
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara, Doddy Zulverdi pada Bincang Bareng Media bulan Desember, di Gedung KPw BI Sumut, Jl. Balai Kota Medan, Selasa (27/12).

MEDAN (Waspada): Setelah tumbuh melambat pada 2022, ekonomi global 2023 diprakirakan tumbuh lebih rendah dari prakiraan, bahkan disertai risiko resesi di berbagai negara.

Perlambatan ekonomi global dipengaruhi oleh fragmentasi ekonomi, perdagangan dan investasi akibat ketegangan politik yang berlanjut serta dampak pengetatan kebijakan moneter yang agresif di negara maju.

Hal tersebut disampaikan Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara, Doddy Zulverdi pada Bincang Bareng Media bulan Desember, di Gedung KPw BI Sumut, Jl. Balai Kota Medan, Selasa (27/12).

“BI memperkirakan perekonomian global tumbuh melambat sebesar 3,0% pada 2022 dan menurun menjadi 2,6% pada 2023,” sebut Doddy Zulverdi.

Menurutnya, pertumbuhan ekonomi melambat dengan risiko resesi yang tinggi berpotensi terjadi di beberapa negara, termasuk Amerika Serikat dan Eropa.

“Perlambatan ekonomi global tersebut dipengaruhi oleh fragmentasi ekonomi, perdagangan dan investasi akibat ketegangan politik yang berlanjut serta dampak pengetatan kebijakan moneter yang agresif di negara maju,” jelasnya.

Sementara itu, lanjutnya, prospek perekonomian Indonesia pada 2023 tetap baik, meskipun tetap harus mewaspadai dampak gangguan ekonomi global.

Doddy menyebutkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap baik sejalan dengan perkembangan dari sisi lapangan usaha, dimana sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Industri Pengolahan, serta Transportasi dan Pergudangan, tumbuh cukup kuat.

“Pada tahun 2023, pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan tetap kuat meskipun sedikit melambat sejalan dengan perlambatan ekonomi global ke titik tengah kisaran 4,5-5,3%,” ujar Doddy.

Sedangkan perekonomian Sumatera Utara tahun 2022, lanjutnya, diperkirakan tumbuh lebih tinggi dari tahun 2021 dengan rencang proyeksi 4,1%-4,9% (yoy). Hal tersebut ditopang pulihnya mobilitas dan membaiknya daya beli yang akan mendorong konsumsi masyarakat.

Tingginya harga komoditas utama pada semester pertama serta berlanjutnya program PEN juga diperkirakan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Sumut 2022 lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya.

“Namun demikian, terus berlanjutnya konflik geopolitik yang berisiko melanjutkan gangguan rantai pasok dan permintaan dari negara mitra dagang serta perkembangan ekonomi global yang diwarnai inflasi yang tinggi menjadi risiko yang dapat menahan pertumbuhan lebih lanjut,” katanya.

Doddy menyebutkan, pertumbuhan ekonomi Sumut pada 2023 diperkirakan tertahan meski masih kuat yakni berkisar 3,9%-4,7% (yoy). Dari sisi pengeluaran, sumber perlambatan diperkirakan berasal dari kinerja net ekspor sebagai akibat dari perlambatan ekonomi dunia.

“Hal ini diperkirakan akan berimbas terhadap pendapatan masyarakat dan lebih rendahnya konsumsi rumah tangga di tengah masih adanya risiko tekanan geopolitik yang berpotensi mendorong stagflasi, bahkan reflasi. Sedangkan konsumsi pemerintah diperkirakan tetap tumbuh positif seiring dengan dukungan fiskal terkait optimalisasi anggaran belanja dari pengendalian inflasi dan pembangunan infrastruktur strategis nasional,” tandasnya. (m31)

  • Bagikan