Kazakhstan Dilanda Kerusuhan, Masa Darurat Diberlakukan

  • Bagikan

    NUR SULTAN, Kazakhstan (Waspada): Kazakhstan dilanda demo besar-besaran gara-gara kenaikan harga bahan bakar. Presiden Kazakhstan Kassym Jomart Tokayev pun menetapkan masa darurat akibat demo berujung ricuh.

    Dilansir dari AFP, Kamis (6/1/2022), ribuan demonstran turun ke jalanan di kota Almaty yang merupakan kota terbesar serta ibu kota finansial dan di Provinsi Mangystau untuk memprotes kenaikan harga bahan bakar atau Liquified Petroleum Gas (LPG).

     Para demonstran juga menuntut pengunduran diri pemerintah Kazakhstan. Kota Almaty telah dilanda kekacauan sejak Selasa (4/1) tengah malam. Polisi menembakkan gas air mata dan granat kejut untuk membubarkan para demonstran.

     Pernyataan pada situs kantor kepresidenan Kazakhstan menyebut penetapan masa darurat untuk kota Almaty dan Mangystau berlaku efektif sejak 5 Januari hingga 19 Januari mendatang.

     Selama masa darurat berlangsung, jam malam akan diberlakukan di kedua wilayah itu mulai pukul 23.00 waktu setempat hingga pukul 07.00 waktu setempat. Pergerakan keluar dan masuk kedua wilayah itu juga dibatasi selama masa darurat.

     Perintah terpisah yang dirilis situs kantor kepresidenan Kazakhstan pada Rabu (5/1) pagi waktu setempat menyebut Tokayev menerima pengunduran diri kabinet pemerintahan yang dipimpin Perdana Menteri (PM) Askar Mamin.

     Menurut perintah itu, Wakil PM Alikhan Smailov akan menjalani tugas PM untuk sementara waktu hingga kabinet baru terbentuk. Tokayev telah menyerukan semua pihak tetap tenang.

     Dia menyampaikan itu dalam postingan video via Facebook. “Pemerintah tidak akan jatuh, tapi kita tidak membutuhkan konflik,” ucap Tokayev dalam video tersebut.

     Penyebab awal dari kerusuhan ini adalah kenaikan harga LPG di Mangystau. Di sana, warga sangat bergantung pada harga LPG yang murah sebagai bahan bakar utama untuk kendaraan mereka.

     Di sisi lain, kenaikan harga LPG juga berpotensi memicu kenaikan harga makanan. Hal ini mempersulit warga Kazakhstan di tengah pandemi virus Corona (COVID-19). Langkah pemerintah menurunkan harga sesuai dengan tuntutan demonstran gagal menenangkan mereka.

     Laporan media independen setempat menyebutkan pengumuman Tokayev soal harga baru sebesar 50 Tenge (Rp1.652) per liter, jauh menurun dari 120 Tenge (Rp 3.966) per liter yang diprotes, gagal meredakan unjuk rasa di Zhanaozen dan Aktau, ibu kota Provinsi Mangystau, dengan demonstran melontarkan tuntutan baru.

     Unjuk rasa serupa yang lebih kecil digelar di berbagai kota di negara bekas Uni Soviet ini sejak Minggu (2/1) waktu setempat. Namun, semuanya berawal dari kota Zhanaozen di Mangystau. (afp/m11)

  • Bagikan