Masjid Qiblatain, Saksi Bisu Pindahnya Kiblat Umat Islam (Bagian 1).

  • Bagikan

Laporan Haji: Muhammad Ishak

SEJARAH mencatat, Masjid Qiblatain menjadi saksi perpindahan arah kiblat umat Islam, dari sebelum ke Masjid Al-Aqsa di Palestina berubaha menjadi ke Masjidil Haram. Qiblatain bermakna dua arah kiblat.

Masjid yang lokasinya sekitar 7 kilometer dari arah Masjid Nabawi itu dibangun dua tahun setelah Nabi Muhammad SAW tiba di Madinah, dimana awalnya masjid tersebut dinamai Masjid Bani Salamah, karena dibangun di atas rumah Bani Salamah.

Letak Masjid Qiblatain itu di Quba, persisnya di sebuah bukit kecil sebelah utara Harrah Wabrah Kota Madinah, Arab Saudi. Kini, masjid tersebut masih terus lestari dan jumlah umat Islam yang menziarahinya semakin meningkat dari tahun ke tahun, baik ketika musim haji maupun di luar musim haji.

“Masjid ini dibangun tahun kedua Rasulullah SAW hijrah dari Makkah ke Madinah. Awalnya dinamai Masjid Salamah, karena dibangun di atas tanah dan rumah milik Bani Salamah,” ujar Sami Furaij As-Subhi, Polisi Arab Saudi yang ditugaskan di Masjid Qiblatain, Minggu (9/7).

Dari catatan sejarah, Masjid Qiblatain itu dibangun tepatnya bulan Rajab 2 hijriyah. Ketika itu Rasulullah SAW berkunjung ke rumah Bani Salamah, untuk menenangkan Ummu Bishr Binti al-Barra yang ditinggalkan wafat keluarganya.

Setiba waktu salat dzuhur, Nabi Muhammad SAW bersama sahabatnya melaksanakan salat salat berjamaah. Pada rakaat kedua, arah kiblat masih menghadap ke Baitul Maqdis, Palestina. Namun setelah merampungkan rakaat kedua, kemudian turun wahyu melalui Malaikat Jibril agar kiblat beralih menghadap Masjidil Haram, Makkah.

Terkait perubahan arah kiblat ini, Al Quran Al-Baqarah Ayat 144 menjelaskan, bahwa ‘Sesungguhnya kami melihat wajahmu (Nabi Muhammad) sering menengadah ke langit. Maka, pasti akan Kami palingkan engkau ke kiblat yang engkau sukai. Lalu, hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. Di mana pun kamu sekalian berada, hadapkanlah wajahmu ke arah itu. Sesungguhnya orang-orang yang diberi kitab benar-benar mengetahui bahwa (pemindahan kiblat ke Masjidil Haram) itu adalah kebenaran dari Tuhan mereka. Allah tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan’.

Setelah menerima wahyu tersebut, Nabi Muhammad SAW membalikkan badan dan berputar menghadap ke Ka’bah. Bahkan gerakan imam yang juga disapa Al Amin itu diikuti para sahabat-sahabatnya. Disinilah Masjid Salamah kemudian lebih masyhur dikenal dengan Masjid Qiblatain.

Awalnya arah kiblat salat untuk semua nabi dan rasul adalah Baitullah di Makkah, yang dibangun pada masa Nabi Adam As, sebagaimana tercantum dalam Alqur’an Surat Ali Imran Ayat 96, ‘Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk tempat beribadah manusia adalah Baitullah di Makkah, yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia’.

Sedangkan Al Quds atau Baitul Maqdis ditetapkan sebagai kiblat untuk sebagian dari para Nabi dari bangsa Israel. Al Quds di Palestina berada di sebelah utara. Sedangkan Baitullah di Makkah di sebelah selatan, sehingga keduanya saling berhadapan.

Sepintas, awalnya bangunan Masjid Qiblatain memiliki dua arah kiblat yang menonjol yang umumnya digunakan para imam salat. setelah direnovasi oleh Pemerintah Arab Saudi, kini fokus satu mihrab yang menghadap ke arah ka’bah di Makkah.

Ruang mihrab berpedoman geometri kaku dan simetri yang ditekankan dengan menggunakan menara kembar dan kubah kembar. Kubah utama menunjukkan arah kiblat yang benar, sedangkan kubah kedua hanya dijadikan sebagai pengingat sejarah masa lampau. –Muhammad Ishak—

Teks Foto :

MASJID QIBLATAIN: Jemaah haji melihat tumpukan merpati saat menziarahi Masjid Qiblatain di Madinah, Arab Saudi. Waspada/Muhammad Ishak

  • Bagikan