Masjid Qiblatain, Saksi Biru Pindahnya Kiblat Umat Islam (Habis)

  • Bagikan
Masjid Qiblatain, Saksi Biru Pindahnya Kiblat Umat Islam (Habis)
ARAH KIBLAT: Wartawan Harian Waspada, Muhammad Ishak, mengamati mimbar dan arah kiblat di dalam Masjid Qiblatain di Madinah, Arab Saudi. Waspada/Ist.

Laporan Haji: Muhammad Ishak

MENZIARAHI Masjid Qiblatain merupakan salah satu rangkaian ziarah yang dilakukan jemaah haji dan umrah setiap saat dari berbagai belahan dunia, tak terkecuali Indonesia. Masjid yang pernah diimami Rasulullah SAW ketika salat dzuhur itu kini menjadi salah satu masjid bersejarah di Kota Madinah, Arab Saudi.

Jejak kiblat lama masih terekam di Masjid Qiblatain yakni terletak di bagian atas pintu masuk sejajar dengan kiblat baru. Qiblat lama menghadap ke Baitul Maqdis di Masjidil Aqsa di Palestina. Setelah turun wahyu, lalu Nabi Muhammad SAW berputar arah ke Ka’bah Baitullah di Makkah.

Penanda tersebut berbentuk batu marmer berwarna putih gading dengan ukiran mirip sajadah. “Mihrabnya persis di Gate atau Pintu 4,” kata H Muhajir Asyi, mukimin asal Aceh, Indonesia.

Menurutnya, Masjid Qiblatain telah mengalami berbagai perubahan. Terakhir kalinya, pemugaran dilakukan Tahun 1987 di bawah perintah Raja Fahd. Hasil renovasi itu fokus satu mihrab yang menghadap kiblat, sementara kiblat baru dibuat dengan ornamen ortogonal.

“Masjid ini mampu menampung 4.000 jemaah, bahkan untuk jemaah wanita dapat melaksanakan salat dan bisa beri’tikaf di lantai bawah,” timpa H Muhajir Asyi.

Lazimnya jemaah haji yang telah selesai menunaikan rukun Islam ke-5 menziarahi masjid ini, sehingga umat Islam mengetahui titik perubahan arah kiblat pertama kalinya. Untuk mencapai Masjid Qiblatain, jemaah harus menempuh jarak tujuh kilometer dari Masjid Nabawi.

Jemaah yang masuk dan keluar Masjid Qiblatain disambut ribuan burung merpati di halaman masjid, sehingga terkesan belum lengkap saat belum mengambil gambar masjid dengan background burung merpati tersebut.

Tampak beberapa mobil patroli kepolisian setempat juga terparkir disana. Keberadaan Aparat Penegak Hukum (APH) ini tidak lain hanya memberikan kenyamanan dan keamanan terhadap jemaah haji yang menziarahi masjid itu.

Dari luar masjid, jemaah juga dapat menyaksikan kubah kembar yang memiliki ukuran yang berbeda. Kubah utama yang menunjukkan arah kiblat saat ini, sementara kubah masjid yang lebih kecil dijadikan sebagai pengingat arah kiblat sebelumnya, yaitu Baitul Maqdis, Palestina.

Berziarah ke Masjid Qiblatain dipisahkan antara jemaah pria dan wanita. Masuk melalui arah depan, jemaah wanita melalui pintu sebelah kanan masjid, sedangkan untuk jemaah pria berputar ke arah kiri masjid.

Sebelum masuk ke dalam masjid, jemaah akan melewati bagian samping tempat-tempat wudu’ maupun toilet yang terletak di lantai pertama. Sedangkan bagian dalam masjid atau tempat untuk salat dan ziarah berada di lantai kedua.

Di bagian interior masjid terlihat simbol seperti gambar menara kecil yang memberi isyarat adanya transisi perpindahan arah kiblat. Sedangkan di lokasi mimbar masjid juga terdapat replika mihrab yang terkesan tradisional. Secara keseluruhan, karpet di dalam masjid berwarna merah.

Selain sebagai bukti sejarah berpindahnya kiblat umat Islam, Masjid Qiblatain masih digunakan untuk beribadah penduduk setempat, seperti salat lima waktu dan ibadah salat jumat.

Berziarah ke Masjid Qiblatain tanpa dipungut biaya. Umat Islam yang menziarahinya hanya semata-mata untuk mengenang sejarah Islam terkait berpindahnya arah kiblat.

Pembaca Harian Waspada yang kami banggakan, harapan kami semoga suatu ketika Allah lapangkan rizki dan mendapatkan panggilan Allah SWT untuk melaksanakan ibadah umrah, atau bahkan menunaikan ibadah haji, maka sayogianya dapat menziarahi Masjid Qiblatain ini.

  • Bagikan