Keteladanan Dari Hutanamale

  • Bagikan
Areal pemakaman Syekh Haji Junaid Thola Rangkuti di Desa Hutanamale, Kec. PSM, Madina. Waspada/Ali Anhar
Areal pemakaman Syekh Haji Junaid Thola Rangkuti di Desa Hutanamale, Kec. PSM, Madina. Waspada/Ali Anhar

SEBENARNYA, nama desa ini terdengar aneh. “Huta” berarti kampung, “namale” merujuk ke arah “yang lapar.” Adakah kampung yang lapar? Aneh, kan?

Dirujuk dari 40 daftar kumpulan terjemahan Bahasa Mandailing, terlihat, memang berarti ke arah sini: “male situtu” artinya “lapar sekali” atau “kelaparan.”

Namun, dalam diskusi santai bersama sejumlah tokoh masyarakat dan warga Hutanamale, Selasa (20/6), makin menambah khasanah mengenai desa terletak di Kec. Puncak Sorik Marapi (PSM), Kab. Mandailing Natal.

Menurut warga, Desa Hutanamale lahir sekira 1800-an. Desa ini, bukan berarti “kampung yang lapar”, tapi justru berarti kota tua, atau kota lama. Dalam sejarahnya, Desa Hutanamale membentuk Dusun Kampung Lamo, mempertegas Desa Hutanamale sebagai kota tua.

Ternyata, desa ini sudah sangat kesohor, salahsatunya karena sosok Syekh Haji Junaid Thola Rangkuti, yang telah menunjukkan keteladanan dan memberi kontribusi besar membangun masyarakat Desa Hutanamale.

Keteladanan Dari Hutanamale
Areal perkantoran Yayasan Al-Junaidiyah dan pondok pesantren Al-Junaidiyah di Kampung Lama Desa Hutanamale. Waspada/Ali Anhar

Menurut Wikipedia, Syekh Haji Junaid Thola lahir di Mandailing 1897 dan meninggal 1948. Dia ulama terkenal di Mandailing dan Malaysia, penggagas perwakafan. Beliau pendiri Pesantren Al-Junaidiyah di Kampung Lama, 2 Februari 1929.

Syekh Junaid Thola populer di Negeri Perak, Malaysia. Sepulang dari Mesir, ia pernah diangkat sebagai anggota Majlis Ulama Negeri Perak, Malaysia.

Beliau adalah Syeikh Junaid Thola Rangkuti, lahir di Sibanggor, Kotanopan Mandailing, Sumatera Utara 1897 dan wafat 1948.

Informasi diperoleh, ada sejumlah pendapat mengenai sosok Syeikh Junaid Thola. Ulama ini dikabarkan lahir 1878 di Tanjung Larangan, Desa Sigantang Kecil, Silaping. Pendapat lain, beliau lahir 1886 di Hutadolok, Kenegerian Maga, Kec. Kotanopan.

Setelah menempuh pendidikan dasar di tanah kelahirannya, Syekh Haji Junaid Thola mendapatkan dua pendidikan di Semenanjung Melayu, yakni melalui Che Doi Pondok Gajah Mati (Kedah) dan Syekh Mohd Salleh al-Masri (Pulau Pinang).

Setelah belajar dari Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir, Syekh Haji Junaid Thola pergi ke Makkah dan belajar kepada Syekh Abdul Qadir bin Shabir al-Mandaili, kemudian kembali ke Mandailing.

Dari sinilah terlihat militansi membantu masyarakat, sekaligus berbuat maksimal untuk negeri dan bangsa. Syekh Haji Junaid Thola aktif dalam perjuangan kemerdekaan.

Di balik ketokohannya sebagai ulama, Syeikh Junaid Thola ternyata sukses mendirikan Yayasan Al-Junaidiyah. Yayasan ini dibentuk setelah melihat kondisi penduduk memprihatinkan pada awal kepulangannya ke Mandailing, terutama soal pendidikan, akhlak dan kehidupan beragama masih rendah dan tertinggal.

Syekh pun menyingsingkan lengan baju fokus memperbaiki keadaan. Syeikh Junaid Thola membuka pengajian-pengajian. Selain memperbaiki akhlak dan pendidikan masyarakat, melalui yayasan yang dibangunnya, Alhamdulillah ia berhasil mengangkat perekonomian masyarakat.

Sejak didirikan hingga usia 83 tahun, lembaga pendidikan dan yayasan sudah mencetak ribuan lulusan. Dalam bidang perekonomian, beliau berhasil membangun industri lokal, memperkenalkan tanaman jeruk, tebu dan kapas kepada penduduk.

Menurut warga Desa Hutananale, aset peninggalan Syekh Haji Junaid Thola menjadi wakaf berupa rumah, kebun, sekolah, masjid, pasar, areal persawahan dan lain-lain yang dikelola yayasan untuk kemaslahatan umat.

Tentu saja, keteladanan ulama ini sangat membanggakan, sekaligus pantas dijadikan contoh untuk menciptakan negeri ini menjadi lebih baik — termasuk Desa Hutanamale — dengan cara bahu-membahu menjalin kebersamaan untuk mewujudkan kemaslahatan orang banyak. Aamiin yaa Allah.

Semoga arwah Syekh Haji Junaid Thola Rangkuti ditempatkan di tembat sebaik-baiknya. Allaahummaghfir lahu warham hu wa’aafi hii wa’fu anhu. WASPADA.id/Irham Hagabean Nasution

  • Bagikan