Melihat Lebih Dekat Proyeksi PLTA Batangtoru

  • Bagikan

Sabtu dan Minggu (21-22/102023), manajemen North Sumatera Hydro Eenergy (NSHE) mengadakan kegiatan khusus bagi wartawan yang tergabung di Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Tabagsel.
 
Perusahaan pemilik Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Batangtoru di Kabupaten Tapanuli Selatan, Provinsi Sumatera Utara, ingin memberitahu wartawan tentang progres pembangunan, program lingkungan dan kemasyarakatan yang sedang dijalankan.
 
Kegiatan itu dinamai ‘Journalist Renewable Energy Knowledge Building’. Tujuannya, NSHE ingin meningkatkan kapabilitas pengetahuan wartawan yang tergabung di PWI Tabagsel tentang energy terbarukan.

Melihat Lebih Dekat Proyeksi PLTA Batangtoru
Rombongan anggota PWI Tabagsel (rompi hijau) kunjungan lapangan di lokasi proyek pembangunan power house PLTA Batangtoru. (Waspada/Sukri Falah Harahap)

Kegiatan hari pertama, Sabtu (21/10), di aula Tor Sibohi Nauli Hotel Sipirok. Diawali sambutan dari NSHE diwakili Manajer Sosial dan Komunikasi Arie Deddy Puspita. Dilanjutkan sambutan Ketua PWI Tabagsel Kodir Pohan.
 
“Kami percaya, media memegang peran penting dalam mengedukasi masyarakat tentang sumber energi bersih seperti PLTA Batangtoru. Dengan didukung wartawan profesional, kami yakin mampu mencapai transisi energi berkelanjutan di Sumatera Utara,” kata Ari.
 
Menjawab itu, Kodir Pohan menyatakan dukungan PWI Tabagsel terhadap Program Strategis Nasional (PSN) bidang energi ramah lingkungan. Ia berjanji akan menyajikan pemberitaan objektif dan seimbang tentang PLTA Batangtoru kepada masyarakat luas.
 
Dilanjutkan penjelasan tentang PWI oleh Sekretaris PWI Tabagsel Ikhwan Nasution. Kemudian penjelasan tentang progres kerja pembangunan PLTA Batangtoru dan program kepedulian terhadap lingkungan dan kemasyarakatan oleh tiga pemateri dari NSHE.
 
Manager Technical Relationship NSHE, Indrajati Herumurti, menjelaskan apa itu energi baru dan terbarukan. Perbandingan antara Pembangki Listrik Tenaga Uap (PLTU), tenaga diesel (PLTD), tenaga angin (PLTB), tenaga surya (PLTS), tenaga panas bumi (PLTP) dan tenaga air (PLTA).

PLTA bukanlah sumber energi listrik baru di dunia, tetapi terbarukan. Sebab, pembangkit listrik yang menggunakan tenaga fosil seperti batubara dan diesel sangat tidak ramah lingkungan. Selain itu, persediaan fosil sudah berkurang dan harganya mahal.

PLTA hanya memanfaatkan tenaga air untuk memutar turbin penghasil energi listrik. Indonesia kaya akan sumber daya alam untuk pembangunan PLTA, karena terdapat banyak sungai yang potensial di seluruh pulau-pulau besar.

PLTA Batangtoru direncanakan menghasilkan energi listrik 510 Mega Watt (MW). Diyakini mampu memenuhi kebutuhan listrik rumah tangga, industri dan fasilitas lainnya di seluruh Provinsi Sumatera Utara.

Melihat Lebih Dekat Proyeksi PLTA Batangtoru
NSHE membangun power house PLTA Batangtoru yang akan menghasilkan listrik 510 MW. Progres pembangunan sumber energi terbarukan ini sudah mencapai 42 persen. (Waspada/Sukri Falah Harahap)

Investasi untuk pembangunannya sebesar Rp21 Triliun. Direncanakan selesai Desember 2026, namun NSHE menargetkan pembangunannya selesai pada Desember 2025 atau setahun lebih cepat.

Untuk PLTA ini, NSHE membebaskan lahan seluas 660 hektare di Kecamatan Sipirok, Marancar dan Batangtoru. Namun yang dipakai nanti hanya 122 Ha dan itu sudah termasuk genangan air bendungan sekitar 90 Ha.

Pembangkit listrik ini akan membendung Sungai Batangtoru dengan lebar tembok 140 meter dan tinggi 74 meter. Memiliki terowongan air berdiameter 8,8 meter dengan panjang 13 Kilometer mulai dari bendungan sampai power house.

“Power house kita punya empat turbin. Air bendung akan dibuka sekali 18 jam, sehingga jangan khawatir air sungai di hilir bendung akan kekeringan. PLTA ini diproyeksikan untuk memenuhi energi listrik pada saat beban puncak,” tera Indra.

Progres pembangunannya dari tahun 2017 sampai sekarang sudah 42 persen. Faktor penyebab keterlambatannya adalah masalah pendanaan dan Covid-19. Namun sangat diyakini pembangunan PLTA ini akan selesai Desember 2025.

Ditanya jumlah pekerja di proyek pembangunan PLTA Batangtoru saat ini, Indra menyebut sekitar 2.700 orang. Yakni terdiri dari 83 persen tenaga kerja pribumi dan 17 persen tenaga kerja asing.

“Dari 2.700 pekerja pribumi di proyek pembangunan PLTA Batangtoru, sebanyak 2.100 orang adalah warga Kecamatan Sipirok, Marancar dan Batangtoru. Itu sesuai dengan data saat penerimaan tenaga kerja,” jelas Indra.

Melihat Lebih Dekat Proyeksi PLTA Batangtoru

Pemateri kedua adalah Suvervisor Lingkungan dan Biodiversity NSHE, Dini Ayu Lestari. Wanita berhijab ini menjelaskan tentang jumlah dan jenis flora (tumbuhan) dan fauna (hewan) di proyek PLTA yang berada di pinggir Hutan Batangtoru.

Banyak flora dan fauna yang dilindungi di proyek PLTA Batangtoru. Termasuk Orangutan Tapanuli (Pongo Tapanuliensis) yang memiliki ciri khusus dan berbeda dengan orangutan Kalimantan maupun yang di Gunung Leuser batas Sumut-Aceh.

Dini contohkan program NSHE melindungi dan menjaga habitat orangutan, siamang, beruk, monyet dan primata lainnya. Seperti membangun jembatan aboreal di atas jalan untuk penyeberangan antar titik habitat. Juga tanam pohon penghasil buah untuk fauna tersebut.

Kemudian bagaimana upaya NSHE menjaga lingkungan dan ekosistem Sungai Batangtoru sebagai sumber utama air yang merupakan nyawa PLTA. “Kemi jaga pohon sebagai penyangga air. Menanami areal gundul atau rawan abrasi. Ttanpa air yang cukup, turbin penghasil listrik tidak akan berputar,” terangnya.

Pemateri ketiga adalah Supervisor Komunikasi NSHE, Soeseno Hendro Saputro. Menjelaskan program kemasyarakatan NSHE seperti membina warga sekitar di bidang pertanian. Penyediaan fasilitas kesehatan dan cegah stunting dengan penuhi gizi anak.

Seno juga menjelaskan hubungan kemitraan yang terbangun dengan media dan wartawan selama ini. “Kami yakin media berperan sangat penting dalam mengedukasi masyarakat tentang PLTA Batangtoru,” terangnya.

Melihat Lebih Dekat Proyeksi PLTA Batangtoru

Hari kedua, Minggu (22/10), anggota PWI Tabagsel dibawa kunjungan lapangan ke lokasi pembangunan power house PLTA Batangtoru. Di sana terlihat sudah sejauh mana progres pembangunannya. Dari 13 kilometer panjang terowongan, sudah terbangun 10 Km.

Dua unit crane bekerja mengangkati besi batangan dan pipa berbahan plat besi untuk keperluan pembangunan turbin dan ujung terowongan di lokasi power house. Manajer Technical Relationship NSHE, Indra, memberi penjelasan tentang situasi di lokasi.

Seratusan pekerja terlihat di lokasi. Kata Indra, setiap tujuh pekerja pribumi akan dipandu dan diawasi seorang pekerja asing. Truk pengangkut material batu dan semen curah terlihat lalu lalang di sana.

Sekitar 1,5 jam di lokasi proyek, rombongan dibawa ke Kelurahan Pasar Sempurna Kecamatan Marancar. Di lingkungan bernama Pangarongan ini, rombongan berdialog dengan sejumlah ibu-ibu yang berkebun ubi jalar dan ini merupakan binaan NSHE. (a05/a39)

  • Bagikan