Mengenang Guru Jason Saragih, Pelopor Dan Tokoh Pendidik Di Simalungun

  • Bagikan
Guru Jason Saragih. Waspada/Ist
Guru Jason Saragih. Waspada/Ist

TIDAK banyak orang yang tau bahwa di Kabupaten Simalungun ada seorang putra daerah secara resmi ditetapkan pemerintah sebagai Pelopor dan Tokoh Pendidik di bumi ‘Habonaron Do Bona’ Simalungun.

Dia adalah bernama Guru Jason Saragih putra dari pasangan suami istri (pasutri) Balim Saragih dan Urow br Purba.

Namanya memang tak setenar Ki Hajar Dewantara, seorang pahlawan dan tokoh Pendidikan nasional serta pendiri Taman Siswa. Tetapi setidaknya, setiap momen peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2 Mei, makam Guru Jason Saragih ramai diziarahi para pejabat Pemkab, pelajar dan masyarakat Simalungun. Perjuangan Guru Jason sebagai pelopor dan tokoh pendidik di Simalungun menjadi motivasi untuk para generasi muda sejak dulu dan hingga saat ini.

Nama Guru Jason Saragih kembali mencuat setelah Bupati Simalungun Radiapoh Hasiholan Sinaga dan Wabup H. Zonny Waldi bersama Forkopimda Simalungun, termasuk Kapolres AKBP Ronald Fredy Christian Sipayung, berziarah ke makamnya di Kelurahan Pematangraya, Selasa (02/05/2023). Kegiatan ziarah dilakukan karena Guru Jason Saragih merupakan pelopor/Bapak Pendidik Simalungun.

Siapakah sebenarnya Guru Jason Saragih?

Erman Saragih, cucu tertua Guru Jason Saragih, melalui Agustinus Zulkarnain Sitompul, yang merupakan cucu dari anak perempuan (boru), menerangkan, oppung (kakek)-nya itu lahir di Nagakasiangan, yang sekarang masuk wilayah Kabupaten Serdangbedagai (dulunya Kabupaten Simalungun), tahun 1883.

Guru Jason Saragih merupakan putra dari pasangan suami istri (pasutri) Balim Saragih dan Urow br Purba. Sedangkan kakeknya, bernama Mula Saragih. Kakek dan ayahnya sama-sama merupakan Panglima Raja Raya.

Diketahui, keberadaan keluarga mereka di Nagakasiangan atas permohonan Raja Bajalingge kepada Raja Raya, untuk menjaga perdamaian di perbatasan Kerajaan Tebingtinggi dan Bajalingge. Sebab saat itu sering terjadi peperangan antara Kerajaan Tebingtinggi dan Kerajaan Bajalingge.

Namun di tahun 1904, setelah kedua orang tuanya meninggal dunia, Guru Jason Saragih kembali ke Pematangraya, ia ikut dalam rombongan Controleur Belanda.

Guru Jason yang memiliki keahlian pencak silat (pandihar) sangat diperhitungkan kemampuan bela dirinya. Sehingga Pemerintah Belanda mengangkatnya menjadi mandor/mandur untuk membuka jalan Hutailing-Tiga Runggu-Pematang Raya, hingga ke Pematang Siantar.

Ketika itu, ia melihat sangat banyak anak-anak dan pemuda/pemudi yang tidak mendapat pendidikan. Atas berbagai pertimbangan, Guru Jason memilih mundur dari jabatannya sebagai mandor/mandur.

Kemudian, ia menemui Pendeta August Theis, penginjil Eropa pertama yang datang ke Simalungun, dan meminta dibaptis. Tak lama, Guru Jason yang memiliki cita-cita menjadi pendidik, dikirim ke Seminari Depok, di Pulau Jawa, guna mengikuti Pendidikan Guru.

Tanggal 1 Juli 1911, saat usianya 28 tahun, Guru Jason berangkat ke Depok menggunakan kapal laut. Ia menjadi pemuda Simalungun pertama yang berkesempatan bersekolah atau mendapat pendidikan di Pulau Jawa. Selama empat tahun, ia belajar di Depok, dan lulus dengan menyandang gelar Diploma Guru.

Dengan bekal ilmu dari Pulau Jawa, Guru Jason kembali ke Pematang Raya, Simalungun. Ia memulai kariernya sebagai guru bantu di Zending Volkschool di Pematang Raya. Hingga kemudian diangkat sebagai kepala sekolah di Zendings Vervolgschool (sekolah lanjutan).

Murid-muridnya banyak yang berasal dari Sondi Raya, Mangadai, Dolok Kasihan, Nagatongah, Simandamei, Tambahan, serta daerah/huta lain di wilayah Kabupaten Simalungun.

Karena ada saja kendala, tidak jarang Guru Jason langsung menjemput murid-muridnya ke rumah masing-masing untuk berangkat ke sekolah dan belajar.

Tanggal 3 September 1928, Guru Jason bersama sejumlah tokoh Simalungun di Pematang Raya, mendirikan “Komite Na Ro Marpodah”. Ia diangkat menjadi ketua komite yang bertugas menerjemahkan buku-buku pendidikan ke dalam bahasa Simalungun (Rudang Ragi-Ragian).

Untuk kehidupan pribadinya, Guru Jason diketahui menikah dengan Maria br Damanik, tanggal 19 Juli 1916. Maria br Damanik merupakan putri dari Udung Damanik dan Bungairim br Saragih.

Dari pernikahannya, Guru Jason dan Maria br Damanik dikaruniai 10 orang anak, yakni 5 laki-laki dan 5 perempuan. Kesepuluh anak tersebut yaitu: Baraencius Saragih, Ronna Saragih, Maudin Saragih, Amir Saragih, Aben Saragih, Liana Saragih, Tohang Saragih, Leila Saragih, Osda Saragih, dan Delima Saragih. Saat ini, ke 10 putra-putri Guru Jason Saragih sudah meninggal dunia.

Setelah selama 43 tahun mengabdi sebagai pendidik, tanggal 1 Februari 1958 (usia 75 tahun), Guru Jason Saragih memasuki pensiun sebagai guru, meskipun dalam masa pensiun, namun Guru Jason tetap melakukan pengabdian untuk mengajar anak-anak, pemuda/i Simalungun mengingat jumlah tenaga pendidik yang masih terbatas pada masa itu. Pengabdian sebagai seorang guru, telah melahirkan banyak anak didik yang telah tersebar seantero Nusantara.

Lima tahun kemudian, tepatnya 30 Maret 1963, Guru Jason Saragih meninggal dunia, tutup usia 80 tahun. Ia dimakamkan di areal lahan pribadinya di Pematang Raya, 2 April 1963.

Dua bulan setelah Guru Jason Saragih meninggal dunia, Bupati Simalungun saat itu, Radjamin Poerba BcHk, melalui Surat Keputusan (SK) Nomor 305/1963-Uod- tanggal 29 Mei 1963, memberikan gelar penghormatan “Pelopor/Bapak Pendidik Simalungun” kepada Almarhum Guru Jason Saragih.

Disebutkan dalam SK tersebut, gelar diberikan sebagai tanda penghargaan/penghormatan atas jasa-jasa dan kegiatan-kegiatan Almarhum Guru Jason Saragih sebagai seorang Pelopor/Bapak Pendidik Simalungun yang telah mengabdikan diri demi kemajuan anak-anak, pemuda/i, generasi Simalungun untuk keluar dari jurang kebodohan, dan akhirnya generasi muda tersebut telah menyebar di seluruh kepulauan Indonesia, sehingga membawa kemajuan masyarakat Simalungun pada umumnya.

Jason Saragih yang merupakan pejuang pendidikan, jejaknya pada akhirnya diikuti oleh 4 (empat) orang putranya sebagai pejuang kemerdekaan RI dalam melawan penjajah, yaitu 1. Letkol Barencius Saragih (dimakamkan di TMP Kalibata Jkt), 2. Peltu Amir Saragih (meninggal ditembak Belanda di Solo,TMP Tentara Belanda di Solo/dibongkar lalu dipindah ke Raya di sebelah makam Guru Jason Saragih), 3. Serma Aben Saragih (ditembak Belanda di Magelang, dimakamkan di TMP Giri Tunggal Semarang) dan 4. Serma. Tohang Saragih (dimakamkan di TMP Kalibata Jkt).

Bupati Simalungun saat ini, Radiapoh Hasiholan Sinaga, saat kegiatan ziarah ke makam Guru Jason Saragih, mengatakan sudah sepantasnya masyarakat Simalungun menghormati Guru Jason Saragih sebagai Pahlawan/Pelopor/Bapak Pendidik Kabupaten Simalungun.

“Kita bayangkan perjuangan beliau (Guru Jason Saragih). Saya kira saat itu dari Siantar ke Tiga Runggu belum diaspal. Mungkin masih jalan setapak,” kata Radiapoh.

Radiapoh juga menilai perjuangan Guru Jason Saragih sangat luar biasa.

“Kalau dulu, Guru Jason mungkin sekolahnya tidak menetap, jika dibandingkan dengan anak-anak saat ini,” sebutnya.

Guru Jason Saragih, katanya, mengajar hingga ke kampung-kampung dan ke huta-huta dengan berjalan kaki. Sedangkan anak-anak sekarang pergi ke sekolah naik kendaraan. Duduk saja, dan sampai ke sekolah.

Oleh karena itu, Radiapoh mengatakan, perjuangan Guru Jason Saragih menjadi motivasi bagi masyarakat, terutama generasi muda untuk semakin giat dan rajin belajar serta lebih fokus.

“Mungkin tanpa Guru Jason Saragih, kita akan terbelakang saat ini. Sudah banyak tokoh Simalungun yang berhasil melalui didikan Guru Jason Saragih. Termasuk mantan Bupati Simalungun Tuan Madja Purba dan Radjamin Purba yang merupakan anak didik Guru Jason Saragih,” terang Radiapoh.

Atas pengabdian dan perjuangan Guru Jason Saragih dalam dunia pendidikan, pemerintah Kabupaten Simalungun juga telah mengabadikan nama jalan di kota Pematang Siantar dan Sondy Raya sebagai penghormatan atas jasa-jasa Almarhum. WASPADA.id/Hasuna Damanik/Humas Polres Simalungun

  • Bagikan