Nostalgia Menikmati Suasana Dan Kuliner Tahun 1946 Di Pasar Kamu

  • Bagikan
Masyarakat dari berbagai daerah saat mengunjungi Pasar Kamu di Desa Denai Lama. (Waspada/Edward Limbong).
Masyarakat dari berbagai daerah saat mengunjungi Pasar Kamu di Desa Denai Lama. (Waspada/Edward Limbong).

KULINER Jaman dulu (Jadul) ibarat jembatan mesin waktu menikmatinya seperti membawa ikatan emosional yang membawa ke suasana di masa lalu.

Hal itu terlihat tatkala kita, mengunjungi Pekan Sarapan Anak Muda (Pasar Kamu) di Jalan Perintis, Dusun II, Desa Lama, Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deliserdang. Pasar yang buka setiap Minggu ini mengajak kita menikmati kuliner tradisional di era kemerdekaan. Tidak hanya kuliner suasana di sana bernuansa vintage tempo dulu yang menyerupai perkampungan tahun 1946.

Founder Pasar Kamu Dedi Sofyan mengatakan, pasar ini terbentuk melalui proses partisipasi masyarakat Desa Denai Lama. Bermodalkan semangat mengembangkan pasar rakyat, pasar ini berdiri sejak Tahun 2019 dan mulai aktif di Tahun 2020, oleh Kawan Lama Area, komunitas anak muda Desa Denai Lama yang Dedy pimpin. Beberapa bulan kemudian Kawan Lama Area menggandeng Masyarakat Sadar Wisata (Masata) Deliserdang sebagai mitra.

“Pasar ini secara spesifik mengangkat budaya kuliner tradisional sebagai produk utamanya yang sejak nenek moyang kita sudah ada, bisa dikatakan pada zaman kemerdekaan yang menjajakan penganan tempo doeloe dengan dominasi kuliner Melayu dan Jawa, sesuai mayoritas suku yang tinggal di Kampong Lama. Dengan latar belakang keasrian desa dan melibatkan anak muda setempat sebagai sebagian besar pengelola dan sekaligus pedagangnya,” kata Founder Pasar Kamu Dedi Sofyan kepada Waspada, Senin (8/1).

Pelafalan kampung lazim digunakan di Pulau Sumatera terutama di Pesisir Pantai Timur Sumatera Utara (dulu Karesidenan Sumatera Timur) yang dikenal daerah konsentrasi puak Melayu dan Jawa ini, sedikitnya ada 271 makanan-minuman dengan tidak menggunakan bahan pengawet, pewarna dan penyedap buatan.

“Diantaranya adalah kue-kue yang sudah jarang ditemui di masyarakat seperti kue Rasida, Kekaras, Getuk, Grontol, Gatot, Pulut Panggang, Bubur Lambok, Bubur Pedas, Lempeng Cicin, Kue Makmur, Ongol-ongol, Twul, Nasi Kuning, Nasi Jagung, Rujak Tujuh Bulan, Es Bidadari, Kelapa Bakar, Air Jahe dan lainnya,” sebut Dedi.

Uniknya juga ditempat, saat bertransaksi tidak menggunakan uang secara langsung, tetapi dengan terlebih dahulu menukarkan uangnya di gerai atau konter pembayaran kepada petugas yang telah berjaga berupa tempu atau potongan tempurung kelapa yang dibuat seperti koin senilai dua ribu rupiah.

Ukiran tempu bergambar tanaman padi yang bermakna sebagai hajat dan kelangsungan hidup, serta kecintaan pada alam dan lingkungan. Daun padi yang menunduk melambangkan kearifan. Tiga tangkai padi simbol tiga alam, yaitu darat, laut, dan udara. Sedangkan titik di atas tangkai menggambarkan pengabdian pada kebenaran dan keberpihakan pada rakyat.

“Pasar ini juga tengah mengedepankan menjaga lingkungan dengan meminimalisir pengeluaran plastik. Sehingga wadah yang digunakan dari alam sekitar batok kelapa, bambu dan daun,” kata Dedi sembari menyebut harga makanan dan minuman termurah di Pasar Kamu adalah dua tempu (Rp4.000) dan termahal lima tempu (Rp10 ribu).

Nostalgia Menikmati Suasana Dan Kuliner Tahun 1946 Di Pasar Kamu
Founder Pasar Kamu Dedi Sofyan (jubah putih) Kadis Kepemudaan, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Deliserdang Ismail (pakai topi) saat mengelilingi Pasar Kamu. (Waspada/Edward Limbong).

Pria kelahiran Denai Lama, 10 Agustus 1972 ini bercerita, melakukan terobosan memajukan kampung halamannya dengan wisata kuliner berawal ingin merubah image Sumber Daya Manusia (SDM) bersama tiga kawannya, Solihin, Brahma Kumbara, dan Ilham Kurniadi, saat itu galau saat pulang ke Kampong Lama, dengan kondisi anak muda di sana bercitra negatif bagi sebagian orang. Banyak dari anak muda di Kampong Lama tamat SMP atau SMA kemudian menjadi buruh tani, buruh kandang di peternakan ayam, dan kerja serabutan.

“Namanya juga tinggal di kampung image Sumber Daya Manusia selalu pilihannya adalah buruh, keahlian hanya sebatas gaji cukup belanja sehari dan kebanyakan bercita-cita ingin bekerja di Kota. Ini menjadi tantangan ketika berpikir dan memajukan dan mengelola kampung menjadi berdaya yang bisa digunakan sebagai sumber pendapatan,” ujar Dedi.

Niat harus dijalankan, suami dari Juniatik, untuk meletakkan pikiran dan kenyataan pilihannya juga tidak jauh dari namanya kampung dari namanya menjual kue dan makanan kampung untuk sarapan pagi. “Tentunya menjual produksi yang memang punya orang kampung menjadi strategi awal, selain itu pertimbangannya tidak membutuhkan modal yang besar,” ungkap anak pertama pasangan Almarhum Rojali dengan Pariah ini.

Bak kata orang kampung ‘mengangkat batang terendam’ ayah dari Mentari Satria Pertiwi, Senandung Kasih Suci dan Lutfi Zhafir Mahardika itu mengungkapkan mana ada yang suka kue-kue dan makanan kampung yang ketinggalan zaman. “Ditengah gempuran makanan moderen instan yang katanya lebih enak. Tapi nasehat luhur bahwa kue-kue, makanan zaman itu enak dan jarang dijumpai saat ini, pengakuan jujur dari oyang, nenek, atok dan uwak ini memberi semangat untuk mengangkat makanan kampung dengan usaha ekonomi,” tuturnya.

Dengan menempatkan lokasi jualan di antara pohon desain stand ala kampung dan menjodohkan dengan seni musik tradisional, tari tradisional serta atraksi budaya, sehingga menyentuh kearifan lokal, kini membuahkan hasil dengan terbukti saat ini pengunjung setiap pekan mencapai kurang lebih 3.000 pengunjung termasuk Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno telah mendatangi tempat ini.

Selain itu setiap pekan tempu terjual kurang lebih 50.000 atau nilai omset mencapai 100 juta, serta menampung sebanyak 66 pedagang dari 6 desa yang rata-rata nilai omset pedagang 1,5/pedagang. Disini juga memprioritaskan tenaga kerja lokal 190 orang dan tenaga kerja muda atau remaja 120 orang.

“Alhamdulillah tempat sarapan kampung lama yang saat ini dinamakan Pasar Kamu sudah berjalan tiga tahun sejak tahun 2020-2023. Dalam pencapaian Pasar Kamu tidak dipungkiri banyak melewati proses dengan memunculkan nilai-nilai perdebatan, perselisihan, konflik, kerja sama, konsep dan berbagai temuan lainnya. Mungkin ini yang disebut warga akademis sebagai dinamika dan dialektika pemberdayaan masyarakat dalam bisnis yang menggunakan nilai-nilai sosial,” katanya.

Karena upaya ini, Pasar Kamu pun mendapat berbagai penghargaan mulai dari Anugerah Prestasi Literasi dari Balai Anugerah Literasi Indonesia (BALIN).

Setelah berhasil menggali dan memperkenalkan budaya kuliner asli dari masyarakat, ke depan Dedi memiliki harapan tentang rencana pengembangan kawasan wisata.

“Pasar Kamu ingin membuat kawasan wisata desa dengan pendekatan pariwisata berbasis masyarakat dengan konsep desa bahagia. Kawasan ini dipersiapkan untuk menyediakan paket wisata desa lengkap bagi wisatawan yang mencakup ketersediaan infrastruktur termasuk penginapan eco-lodge pedesaan, pemandu tur dan lainnya. Rencana ini diharapkan dapat menciptakan kegiatan ekonomi dan manfaat sosial yang lebih luas lagi bagi masyarakat sekitar kawasan desa,” harapnya.

Pengunjung yang datang ke Pasar Kamu kini sebagian besar berasal dari luar Pantai Labu, terutama dari Kota Medan, Lubuk Pakam (Ibu Kota Kabupaten Deli Serdang), dan Kota Tebing Tinggi, salah seorang pengunjung warga Kota Medan Amiruddin mengakui, berada di Pasar Kamu bisa menemukan jajanan pasar yang susah dia temukan di Kota Medan.

Dia juga merasa kagum, dimana setiap pedagang yang menggunakan pakaian kolot Melayu maupun Jawa. Bahasa yang dipakai dalam bertransaksi pun diprioritaskan bahasa daerah, tergantung pengunjungnya. Sambil menikmati makanan dan minuman di bawah kerindangan daun bambu dan pohon melinjo, bisa menikmati suguhan pentas seni tradisional, seperti lomba pantun, gamelan, gambus, maupun musik etnik Melayu, Jawa, Karo, Batak, dan Tionghoa, dari pengeras suara.

“Kami yang juga membawa anak-anak bisa menikmati kegiatan belajar menanam padi, sayuran, makan, minum teh, minum kopi, belajar musik Melayu atau Jawa, serta menjelajahi kampung dengan mengendarai sepeda angin,” ungkapnya merasa kagum.

Pemkab Deliserdang apresiasi kepada masyarakat Desa Denai Lama khususnya Founder Pasar Kamu Dedi Sofyan yang telah memperkarsai berdirinya Pasar Kamu, sebagai wujud apresiasi itu Kepala Dinas (Kadis) Kepemudaan, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Deliserdang Ismail SSTP MSP, menyebut Pemkab telah membantu membangun fasilitas umum. “Pemkab memberikan dukungan untuk fasilitas toilet, tikar, temu dan lainnya,” sebutnya.

Menurut Ismail, Pasar Kamu ini telah menjadi pasar tradisional kebanggaan masyarakat Deliserdang, karena telah menjadi daya tarik wisata yang telah membawa nama Deliserdang. “Ini ditandai dengan banyaknya penghargaan yang diberikan kepada Pasar Kamu ini baik dari instansi Pemerintah maupun lembaga swasta,” ujarnya.

Ismail pun mengakui, Pasar Kamu ini menunjukkan kearifan lokal masyarakat Desa Lama, Kecamatan Pantai Labu dengan makanan tradisional yang sudah jarang dijumpai. “Kemudian selalu menampilkan seni dan budaya lokal di lokasi tersebut untuk menyambut dan menghibur tamu. Pemkab Deliserdang berharap Pasar ini dilestarikan dan dicontoh kecamatan lain,” tutup Ismail. WASPADA.id/Edward Limbong

  • Bagikan