Tafakur Imam Al Daraquthni: Zamrud Hadis Negeri Baghdad

Oleh Dr. Tgk. H. Zulkarnain, MA (Abu Chik Diglee)

  • Bagikan
Tafakur Imam Al Daraquthni: Zamrud Hadis Negeri Baghdad

Imam al Daraquthni memiliki nama lengkap Abu al Hasan Ali Ibn Umar Ibn Ahmad Ibn Mahdi al Daraquthni (ابو الحسن علي ابن عمر ابن احمد ابن مهدي الدارقطني). Imam al Daraquthni lahir di Dar al Quthni-Baghdad-Iraq pada tahun 306 H dan wafat di Baghdad pada hari Kamis tanggal 23 Dzulqa’dah tahun 385 H dalam usia 79 tahun. Imam al Daraquthni adalah salah satu ulama paling terkemuka dalam bidang hadis, bahasa Arab, qira’at, sastra, dan fikih pada abad ke 4 Hijriah.

Selain itu, Imam al Daraquthni memiliki 385 karya akademik dan ada 40 buah karya akademiknya khusus dalam bidang hadis dan ulum al hadis. Imam al Daraquthni belajar fikih madhab Syafi’i dari imam Abu Sa’id al Ustukhari dan imam al Baghawi yang memiliki banyak guru diantaranya adalah Abu al Qasim Abdullah Ibn Muhammad Ibn Abdul Aziz al Marzaban al Baghawi, Abu Abdillah al Husein Ibn Ismail Ibn Sa’id al Dhabbi al Baghdadi, Muhammad Ibn Makhlad Ibn Hafs Abu Abdillah Ibn Dauri al Baghdadi, Abu Bakar Ahmad Ibn Musa Bin Ibn al Abbas Ibn Mujahid al Baghdadi, Abu Bakar Ibn al Qasim Ibn Basyar Ibn al Anbari, dan lain lainnya.

Adapun murid-muridnya di antaranya adalah Abu Abdillah Ibn al Bayyi’ al Dhabbi al Thamani al Naisaburi, Abu Muhammad Abdul Ghani Ibn Ali Ibn Sa’id Ibn Basyar al Azadi al Mishri, Ahmad Ibn Abdullah Ibn Ahmad Ibn Ishaq Ibn Musa al Mihrani al Asbahani, dan lain lainnya. Al hafidz Abdul Ghani mengatakan bahwa pembahasan hadis yang paling baik pada masanya (abad ke-4 H) dilakukan oleh tiga orang ulama yaitu Ibnu al Madini pada masanya, Musa Ibn Harun atau Ibnu al Hammal pada masanya, dan imam al Daraquthni pada masanya (Lihat kitab Tarikh Baghdad, juz 12, halaman 36).

Al Qadhi Abu Thayyib al Thabari sebagaimana yang dikutip oleh imam al Dzahabi dalam Siyar A’lam al Nubala’, juz 16, halaman 454 mengatakan bahwa imam al Daraquthni adalah Amir al Mu’minin fi al Hadis (pemimpin orang beriman dalam hal hadis) pada masanya. Berapa karya dari imam al Daraquthni adalah kitab Sunan Fi al Hadis, kitab Gharib al Afrad, kitab al Tatabu Lima Kharaja Fi Shahihain, kitab al Tashhif Fi al Hadis, kitab al Jarhu Wa al Ta’dil dan lain-lainnya.

Sementara kitab monumental karya imam al Daraqurhni adalah kitab Sunan al Daraquthni. Perjalanan ilmiah yang dilakukan imam al Daraquthni meliputi Bashrah, Kufah, dan Washil. Kitab Sunan al Daraquthni berisi 4.836 hadis.

Metode yang digunakan oleh imam al Daraquthni di dalam penulisan kitab Sunan al Daraquthni adalah sebagai berikut: Pertama, menggabungkan isnad hadis menjadi satu, yaitu mengatasnamakan satu syekh jika terdiri dari beberapa syekh. Misalnya meriwayatkan suatu hadis dari beberapa syekh, maka yang dipakai hanya satu nama saja, yang lain mengikuti, dan memakai shighat ada’.

Kedua, Menunjukkan isnad dan matan mengikuti isnad yang awal. Meriwayatkan hadis dengan sanad dan matannya kemudian menarasikan isnad yang lainnya juga. Adapun urutannya adalah menyebutkan isnad secara lengkap sampai kepada Nabi Saw atau sahabat. Kemudian dengan cara menyebutkan sebahagian sanad saja.

Ketiga, Setiap isnad terpisah bersama matannya dengan riwayah. Keempat, Isyarah kepada isnad hadis, dikarenakan populer dikalagan ulama hadis. Contoh hadis yang terdapat di dalam kitab Sunan al Daraquthni, jilid 1, halaman 493, Nomor Hadis 704, Bab ke-61 adalah sebagai berikut : حدثنا الحسن ابن اسماعيل ثنا زياد ابن ايوب ثنا هشيم ثناحجاج عن ابي اسحاق عن الحارث عن علي قال لا يؤم المقيد المطلقين و لا المتيمم المتوضءين Artinya, Telah menceritakan kepada kami (imam al Daraquthni) al Hasan Ibn Ismail telah menceritakan kepada kami Zayad Ibn Ayyub telah menceritakan kepada kami Husyaim telah menceritakan kepada kami Hajjaj dari Abi Ishaq dari al Harits dari Ali ia berkata hendaknya yang terikat (musafir) tidak mengimami yang tidak terikat (mukim) dan yang tayamum hendaknya tidak mengimami yang berwudhu’.

Hadis yang diriwayatkan oleh imam al Daraquthni tersebut di atas adalah hadis mauquf yang bersumber dari sayidina Ali Ibn Abi Thalib. Jika dicermati secara mendalam dapat disimpulkan bahwa hadis-hadis yang termaktub di dalam kitab Sunan al Daraquthni sumbernya masih bervariasi antara yang marfu’ (sumbernya dari Nabi saw), mauquf (sumbernya dari sahabat), dan maqthu’ (sumbernya dari tabi’in).

Semoga dengan terus bertambahnya wawasan literasi dalam bidang hadis dan ulumul hadis, diharapkan kecintaan umat Islam terhadap Nabi Muhammad saw semakin menguat dan tetap terjaga sampai akhir hayat. Wallahu’alam. WASPADA.id

Penulis adalah Dosen Hadits Ahkam dan Hukum Keluarga Islam di Asia Tenggara Pascasarjana IAIN Langsa

  • Bagikan