Tafakur Kitab Al Ishaabah Penyempurna Biografi Rijalul Hadis

Oleh Dr. Tgk. H. Zulkarnain, MA (Abu Chik Diglee)

  • Bagikan
Tafakur Kitab Al Ishaabah Penyempurna Biografi Rijalul Hadis

Kitab al Ishaabah fi Tamyiz al Shahaabah (الاءصابة في تمييز الصحابة) merupakan kitab klasik dalam bidang Rijalul Hadis. Kitab ini juga wujud realisasi penyempurnaan dari beberapa kitab Rijalul Hadis yang telah lebih dahulu ada, seperti kitab Asadul Ghaabah Fi Ma’rifat Al Shahaabah (اسد الغابة فى معرفة الصحابة ) karya imam Izzudin Ibnu Al Atsir Abi al Hasan Ali Ibn Muhammad Al Jazari (W.630.H) dan kitab al Tajrid Asma’ al Shahaabah karya imam al Dzahabi.

Selain itu, kitab al Ishaabah fi Tamyiz al Shahaabah adalah kitab yang ditulis oleh imam Ibnu Hajar al Asqalani. Adapun nama lengkap beliau adalah Syihabuddin Abil Fadl Ahmad bin Ali bin Hajar al Kanani al Asqalani al Mishri al Syafi’i (Lihat kitab Nazhm al ‘Uqiyaan fi A’yaan al A’yaan, karya imam Jalaluddin al Suyuthi, hal.45). Imam ibn Hajar al Asqalani dilahirkan pada bulan Sya’ban tahun 773 H di desa Asqalan (Askhelon) Palestina.

Kemudian, ada juga yang mengatakan beliau lahir di Mesir tetapi keluarganya yang berasal dari Asqalan-Palestina, dan pendapat ini yang lebih mu’tamad. Para ulama sependapat bahwa imam Ibnu Hajar al Asqalani tumbuh besar dan wafat di Kairo – Mesir. Imam Ibnu Hajar al Asqalani wafat pada tahun 852 H, dalam usia 79 tahun dan dimakamkan di kuburan para qadhi (hakim) di dekat gunung Muqattam di Mesiir (Ibnu Hajar, Muqaddimah Tahdzibu al Tahdzib, juz 1, 1326 H, hal. 2).

Imam Ibnu Hajar telah menjadi yatim piatu sejak kecil, namun mendapatkan warisan yang cukup untuk membiayai pendidikannya. Ayah Ibnu Hajar al Asqalani wafat pada saat beliau berusia 4 tahun, pada tahun 777 H, pada saat menziarahi Baitul Maqdis di Palestina sepulangnya dari berhaji di Mekah.

Selanjutnya imam Ibnu Hajar di asuh oleh kakak sulungnya yang bernama Zakiyuddin Abu Bakar Muhammad bin Ali bin Ahmad al Kharubi (W. 787 H).

Beliau belajar dari banyak guru terkemuka di Mesir, Syam, Hejaz, Yaman, dan Palestina. Imam Ibnu Hajar al Asqalani memiliki banyak guru dan murid. Di antara guru gurunya adalah Syekh Burhanuddin Ibrahim al Abnasi yang memberinya gelar Sang Penjaga Tahqiq. Imam Ibnu Hajar belajar al Qur’an dan hafal al Qur’an pada usia 9 tahun, di bawah bimbingan gurunya yang bernama Syekh Shadruddin Muhammad bin Muhammad bin Abdurrazaq al Shafthi al Muqri’.

Guru-guru beliau yang lain seperti Syekh Abdul Ghani al Maqdisi, al Hafidz al Iraqi, al Qazwinir, dan lain lainnya. Pada saat usia 12 tahun imam Ibnu Hajar al Asqalani ditunjuk menjadi imam shalat Tarawih di Masjidil Haram, tepatnya pada tahun 785 H. Murid-muridnya adalah imam al Sakhawi, imam al Suyuthi, imam Zakaria al Anshari dan lain lainnya. Kitab al Ishaabah fi Tamyiz al Shahabah terdiri atas 8 juz dan memuat biografi 12.267 orang sahabat.

Pola penulisan kitab al Ishaabah fi Tamyiz al Shahabah mengikuti pola huruf hija’iyah. Nama sahabat yang pertama ditulis dalam kitab al Ishaabah tersebut adalah Abi Lahmi Al Ghifari dan nama sahabat yang terakhir ditulis adalah Ummu Yahya Binti Abi Ihab. Contoh penulisannya, حرف الالف القسم الاول باب الحمزة بعدها الف٠١٠ ابي اللحم الغفاري صاحابي مشهور روى حديثه التمذي ٠٠٠ .

Dalam penulisan kitab al Ishabah ini, imam Ibnu Hajar mendahulukan nama nama sahabat dari kalangan laki laki dan kunyahnya, baru kemudian disusul dengan nama nama sahabat dari kalangan perempuan. Secara lebih rinci, di dalam kitab al Ishaabah disebutkan 9.477 nama dari sahabat laki-laki yang dikenal nama aslinya. Dan ada 1.268 dari kalangan sahabat laki-laki yang dikenal kunyahnya serta ada 1.522 nama dari kalangan sahabat perempuan.

Imam Ibnu Hajar al Asqalani membagi pembahasan kitab al Ishaabah menjadi 4 bahagian, yaitu pertama, tentang para perawi yang dikenal sebagai sahabat, karena pengakuan atau pernyataan sendiri atau juga karena ada riwayat lain yang menunjukkan bahwa ia memang seorang sahabat.

Kedua, tentang para perawi dari kalangan sahabat kecil, yakni mereka yang hidup pada masa Nabi saw tetapi masih kanak-kanak, dan belum tamyiz pada saat Nabi Saw wafat. Ketiga, tentang para perawi yang mengetahui masa jahiliah tetapi tidak pernah bertemu dan melihat Nabi Saw. Sebenarnya para perawi ini tidak menjadi bahagian dari sahabat Nabi Saw, tetapi dibahas di dalam kitab al Ishaabah, karena mereka dipandang relatif dekat dengan para sahabat Nabi Saw.

Keempat, tentang para perawi yang telah disebutkan namanya dalam kitab biografi perawi sebelumnya, tetapi penyebutan nama itu mengandung keraguan atau kekeliruan, yang kemudian oleh imam Ibnu Hajar al Asqalani dijelaskan keraguan dan kekeliruan tersebut (Lihat Metodologi Ilmu Rijalul Hadis karya Prof. Suryadi, M.Ag., 2012, hal 86-87).

Kitab al Ishaabah karya imam Ibnu Hajar ini memiliki banyak kelebihan bila dibandingkan dengan kitab sejenis yang sudah lebih awal ditulis. Di antara kelebihannya adalah sangat sistematis dalam menemukan nama sahabat yang akan dicari, memuat kunyah-kunyah bagi sahabat laki-laki dan perempuan, memuat penjelasan yang tafshili (terinci) tentang sahabat disertai ulasan yang mendalam, dan memuat perawi wanita yang relatif banyak jumlahnya dan disertai dengan urutan nama secara alfabetis.

Di samping bernilai lebih, sebagai sebuah karya manusia, tentunya kitab al Ishaabah juga memiliki hal-hal yang perlu dilengkapi, misalnya ada pengulangan nama sahabat pada kunyah, sehingga tersebut dua kali. Adanya tabi’in yang tersebut sebagai sahabat, dan ada perawi yang dianggap berbeda padahal orang yang sama. Kesimpulan yang dapat diambil tentang kitab al Ishaabah fi Tamyiz al Shahabah karya imam Ibnu Hajar al Asqalani adalah bahwa kitab tersebut merupakan kitab yang sangat fenomenal dan sangat layak untuk dijadikan perhatian oleh para pencari ilmu, khususnya bagi yang senang mendalami Ilmu Rijalul Hadis dan Ulumul Hadis. Wallahu’alam. WASPADA.id

Penulis: Dr. Tgk. H. Zulkarnain, MA (Abu Chik Diglee) Dosen Hadits Ahkam dan Hukum Keluarga Islam di Asia Tenggara Pascasarjana IAIN Langsa

  • Bagikan