Tafakur Kitab Musnad Al Syafi’i Tartib Fiqh Al Muhadits Muhammad ‘Abid Al Sindi

Oleh Dr. Tgk. H. Zulkarnain, MA (Abu Chik Diglee)

  • Bagikan
Tafakur Kitab Musnad Al Syafi'i Tartib Fiqh Al Muhadits Muhammad 'Abid Al Sindi

Kitab Musnad al Syafi’i ( كتاب مسند الشافعى) adalah kitab yang disusun oleh syekh Muhammad ‘Abid al Sindi (محمد عابد السندى ) dengan nama lengkap adalah syekh Muhammad ‘Abid Ibn Ahmad Ibn Ali Ibn al Qadhi Muhammad Murad al Wa’idz al Anshariy al Khazrajiy al Madani.

Selain itu, beliau keturunan keluarga al Ayyubi yang dilahirkan di kota al Sindh pada tahun 1190 Hijriah bertepatan dengan tahun 1776 Miladiah dan wafat pada tahun 1257 Hijriah bertepatan dengan tahun 1841 Miladiah di kota Madinah al Munawarah.

Menurut beberapa ulama, awalnya syekh Muhammad ‘Abid al Sindi bermadzhab Hanafi, namun kemudian beliau menjadi penganut madzhab Syafi’i. Kemudian, ada juga yang mengatakan bahwa syekh Muhammad ‘Abid al Sindi bermadzhab Hanafi, namun juga mendalami madzhab Syafi’i.

Sedangkan, Sind atau Sindhi adalah nama salah satu provinsi di Pakistan yang dihuni oleh penduduk Muhairs atau Sindhi. Provinsi ini terletak di sebelah Tenggara Pakistan dengan ibukotanya Karachi dengan luas wilayah provinsi ini 140.914 km persegi dengan jumlah penduduk 46.848.782 jiwa.

Provinsi Sindhi ini terdiri atas 23 distrik dan 160 kota dengan bahasa yang digunakan di provinsi Sindhi adalah bahasa Sindhi dan bahasa Urdu. Di samping ahli di dalam bidang hadits syekh Muhammad ‘Abid al Sindi juga seorang ahli fikih, ahli ushul fikih, sufistik, dan ahli dalam bidang tafsir serta ilmu tafsir.

Kitab Musnad al Syafi’i adalah kitab hadits yang diriwayatkan al Qadhi Abu Bakar Ahmad Ibn al Hasan al Hairi yang menerima hadits dari Abu al Abbas Muhammad Ibn Ya’qub al Asham yang menerima hadits dari al Rabi’ Ibn Sulaiman yang menerima hadits dari imam Muhammad Ibn Idris al Syafi’i.

Awalnya kitab ini tidak tersusun menurut bab-bab kajian fikih, sehingga ada kesulitan di dalam mengkajinya, maka kemudian oleh syekh Muhammad ‘Abid al Sindi diklasifikasi, diseleksi, dan disusun berdasarkan Bab Bab kajian fikih. Kitab Musnad al Syafi’i adalah salah satu kitab induk hadits di luar kutub al tis’ah yang fenomenal, karena mayoritas sanadnya berderajat ‘aliy atau tinggi.

Kitab Musnad al Syafi’i adalah kitab induk hadits yang populer di kalangan muhadits dan fuqha’. Meskipun kitab Musnad al Syafi’i bukan ditulis oleh imam al Syafi’i, tetapi kitab Musnad al Syafi’i dinisbahkan kepada beliau. Hal tersebut dikarenakan isi atau hadits hadits yang terdapat di dalam kitab Musnad al Syafi’i adalah hadits hadits yang diriwayatkan oleh imam al Syafi’i di dalam kitab-kitabnya terutama kitab al Umm.

Imam Ibnu Hajar al Asqalani menjelaskan bahwa imam al Syafi’i tidak menulis kitab Musnad al Syafi’i namun sebahagian ulama Naisabur dan penyusun kitab Musnad al Syafi’i periode awal (yang kemudian dilanjutkan oleh syekh Muhammad ‘Abid al Sindi) mengambilnya dari apa yang diriwayatkan oleh imam al Syafi’i di dalam kitab al Umm-nya dan juga dari kitab-kitab imam al Syafi’i yang lainnya (Lihat kitab Ta’jil al Manfa’ah, halaman 88).

Kitab Musnad al Syafi’i memuat hampir 2000 buah hadits (data maktabah syamilah) dan kitab ini adalah kitab hadits jenis Musnad tertua yang telah ditulis oleh para ulama Naisabur pada abad ke-2 Hijriah. Syekh Abdul Aziz al Dehlawi menuliskan bahwa Rabi’ Ibn Sulaiman berteman dengan imam al Syafi’i, mengambil hadits darinya, dan mendengarkan semua hadits dari imam al Syafi’i kecuali empat hadits dari bahagian pertama yang diriwayatkan imam al Buwayti dari imam al Syafi’i.

Syekh Muhammad Ibn Matar dari Naisabur, termasuk yang mengumpulkan kitab Musnad al Syafi’i ini, memilihnya dari riwayat riwayat hadits yang ada di dalam kitab al Umm dan kitab al Mabtsut karya imam al Syafi’i. Kitab Musnad al Syafi’i telah di syarah oleh imam Abu al Qasim al Rafi’i dengan judul kitab Syarah Musnad al Syafi’i ( شرح مسند الشافعي ), yang terdiri atas 4 jilid dan diterbitkan di tiga negara yaitu, di Suriah, Lebanon, dan Kuwat oleh penerbit Dar al Nawadir. Dan kitab Musnad al Syafi’i sendiri telah lebih dahulu diterbitkan di Beirut oleh penerbit Dar El Basha’ir Al Islamiyah.

Bab pertama kitab Musnad al Syafi’i memuat tentang Bab al Iman dan al Islam ( باب اللايمان و الاسلام ) dengan hadits pertama diriwayatkan melalui sahabat Thalhah Ibn Ubaidillah. Adapun secara lengkapnya adalah sebagai berikut : اخبرنا مالك عن عمه ابى سهيل ابن مالك عن ابيه انه سمع طلحة ابن عبيد الله يقول جاء اعربى من اهل نجد ثاءر الراس يسمع دوى صوته و لا يفقه ما يقول حتى اذا دنا فاءذا هو يسال عن السلام فقال له النبى ص خمس صلوات فى اليوم و الليلة قال هل على غيرها؟ قال لا الا ان تطوع و ذكر له النبى ص صيام شهر رمضان فقال هل على غيره؟ قال لا الا ان تطوع فادبر الرجل و هو يقول و الله لا اريد على هذا و لا انقص منه شيءا فقال رسول الله ص افلح ان صدق.

Artinya, telah mengabarkan kepada kami Malik dari Pamannya Abi Sahal Ibn Malik dari ayahnya sesungguhnya dia telah mendengar Thalhah Ibn Ubaidillah berkata telah datang seorang Arab Badui dari kalangan penduduk Najd datang menghadap Nabi Saw dalam keadaan rambut yang kusut, suaranya terdengar lirih, sehingga apa yang dikatakannya sulit dimengerti.

Ketika laki-laki itu telah lebih mendekat kepada Rasulullah Saw bertanyalah ia tentang Islam. Maka Nabi Saw bersabda kepadanya, shalat lima waktu sehari semalam. Laki-laki itu bertanya lagi, apakah ada kewajiban lainnya atas diri diriku?

Nabi Saw menjawab, tidak kecuali engkau hendak shalat sunat. Dan Nabi Saw menyebutkan kepadanya, puasa bulan Ramadhan, lalu ia bertanya, apakah ada kewajiban lainnya atas diriku? Nabi Saw menjawab, tidak, kecuali engkau hendak puasa sunat.

Lalu laki-laki Badui itu berpaling untuk pergi, seraya berujar, demi Allah aku tidak akan menambah atas hal ini dan tidak pula menguranginya barang sedikitpun. Maka Rasulullah Saw bersabda, beruntunglah ia jika benar (Lihat kitab Musnad al Syafi’i, jilid 1, 1990, halaman 12).

Demikianlah selayang pandang narasi tentang kitab Musnad al Syafi’i yang dapat penulis uraikan, mudah mudahan umat Islam tertarik untuk membaca, mengkaji dan mendalami kitab ini.

Semoga Allah Swt memberikan pahala yang sebanyak banyaknya kepada imam Muhammad Ibn Idris al Syafi’i dan juga kepada syekh Muhammad ‘Abid al Sindi dan untuk semua ulama yang telah memberikan ilmu yang begitu luas serta mendalam untuk kita semua. Wallahu’alam. WASPADA.id

  • Penulis adalah Dosen Hadits Ahkam dan Hukum Keluarga Islam di Asia Tenggara Pascasarjana IAIN Langsa
  • Bagikan