Melaut Merindu
Ahoy…..
Di jala ada sembilang
di pantai ada tembikar
larut terkantuk dia merajut
tunggu ku melaut, merindu bisu
Ahoy…..
Kutuang kendi berasa garam
tak kurasa lidah mengulum asam
nantikan kanda sayang
nantikan jala penuh bersarang
Si buah hati
pastikan dia tidak tersapih
yakin kan aku di jauh kini
kuyakin gapai hatimu kasih
Nantikan kanda sayang
tak kan mabuk terserang ombak
hanya dirimu yang terkenang
rasa rindu menyerang
sampan melenggang
Aih…….terjebak lara
dirimu di seberang
Aih ……rindu menyusun seroja
Jakarta, September 2019
Kayu Laut
Banting karang ke tepi pantai
tegar ombak merambat
tegar hadang perompak
tunduk pedang Teruna
Nyeri hati nyeri dada
tak dirasa sebab di lara
dendam bersarang
sebab kayu laut mendera
mengikis debur di kala senja
Tegar hati si tubuh kurus
tertepa angin kerisauan
menatap jauh…..jauh……..
sebab kayu laut menghalang langkah
Kayu laut tak terbelah
walau berjuta masalah
sampaikah aku ke seberang?
tetap tanya yang mengambang
citaku ada disana….
Mengapa kayu laut menghadang sampan
hingga berkali-kali terjungkal
berilah aku RidhaMu ya Allah
agar kusanggup bertahan dengan semua kekerasannya
karena semua yang menghadang adalah jua ciptaanMu
kuyakin Engkau berikan jalan
Medan, September 2019
Adaptasi
Mercy….
merah darah di tubuh
Membara mengalir pembuluh
aku bernafas
di tengah lautan
menanti gas panas menaikkan permukaan
menuju putih terumbu karang
merobah pola panen dan kehidupan
Jangan putus ada petani di ujung dusun
biota yang bingung mencari habitat
adaptasi seluruhnya, tradisi
adaptasi keinginanmu
panas yang mengglobal
Adaptasilah
rubah masa tanammu pak tani
perbaiki rumahmu nelayan
ciptakan serummu dokter
adaptasilah!
Paris, 2014
Beragam Lebih Berarti
Sepi membawa kesedihan
walau dengan teman sejenis
dan tanpa permusuhan
Lebih baik berebut lewati dinamika
mempertahankan prestasi bersama
walau dengan persaingan
Sejenis menjadi petaka
bukan menjadi raja
namun menuju kepunahan
melewati kesendirian
tanpa makanan adalah kesengsaraan
Lebih baik dengan keramaian
beraneka ragam dalam satu kehidupan
melewati dinamika
mempertahankan prestasi bersama
mengatasi permasalahan
melahirkan permasalahan
Keanekaragaman dalam kehidupan
meraih kesuksesan atasi kepunahan
beragam lebih baik.
2011
Cinta
Ketulusan yang selalu kunyanyikan, buatmu kekasih
adalah kebenaran
ketika jemariku menyentuh dahimu
tubuhku bergetar
Tak satu pun keinginan lain hadir di benakku
kecuali mencintaimu
Irama rindu yang kubisikkan, buatmu kekasih
adalah abadi
ketika suaraku lantunkan lagu cinta
tak satu pun hasrat lain menyibak
kecuali untukmu
Tak satu pun puisi
kecuali menyintaimu.
2015
Wan Hidayati atau lengkapnya Dr. Ir. Hj. Wan Hidayati, M.Si lahir pada 6 April 1963. Dia adalah salah seorang seniman teater dan penyair perempuan Sumatera Utara yang konsisten dengan dunia seni yang digelutinya. Selain terus menggeluti teater, sejumlah puisinya juga telah diaransemen menjadi lagu dan dibukukan dalam antologi dwi bahasa, “Perdebatan di Tepi Danau Toba”.
Pernah menjabat Kepala BLH dan Kadis Budpar Sumut, kini Wan Hidayati mencoba kembali fokus pada dunia seni yang pernah membesarkannya. (*)