Door To Door, Petugas Ingatkan Jemaah Lansia Jangan Memaksa Armain Di Madinah

  • Bagikan
Door To Door, Petugas Ingatkan Jemaah Lansia Jangan Memaksa Armain Di Madinah
INGATKAN JEMAAH: Mirza Deswani (kiri) selaku Pembimbing Ibadah Kloter 5 Embarkasi Medan, Sumatera Utara, mengingatkan jemaah lansia di Hotel Arabi Al Zahra Sektor 3 Kota Madinagh, Arab Saudi, Senin (29/5). Waspada/Muhammad Ishak

SEBANYAK 67.000 jemaah haji Indonesia di tahun ini merupakan jemaah lansia. Tingginya angka jemaah lansia akibat penundaan pemberangkatan jemaah selama tiga tahun berturut-turut akibat pandemi COVID-19. Sebagai upaya penanganan jemaah lansia, Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, diharap saling membantu dan mengingatkan jemaah untuk mempersiapkan diri menghadapi puncak haji.

Diantara upaya yang dilakukan PPIH Arab Saudi, adalah memberi penyuluhan dan sosialisasi terhadap jemaah dari pintu ke pintu atau door to door, khususnya untuk jemaah lansia. Penyuluhan yang diberikan adalah jemaah lansia atau sakit agar tidak memaksakan diri untuk melaksanakan salat berjamaah di Masjid Nabawi.

Salah satu alasannya, karena jemaah haji lansia harus menjaga tenaga menuju puncak haji di Kota Mekkah. “Kami menghimbau jemaah lansia agar tidak memaksakan diri pergi ke masjid untuk salat lima waktu berjamaah,” ujar Mirza Deswani, Pembimbing Ibadah Kloter 5 Embarkasi Medan, Sumatera Utara, Selasa (30/5).

Mirza Deswani menyebutkan, hampir 65 persen jemaah masuk kategori lansia. Tantangan terberat dalam memberi sosialisasi untuk jemaah lansia adalah soal komunikasi. “Cara saat menyampaikan sosialisasi harus dengan lembut dan pelan – pelan dan di ulang-ulang. Jika disampaikan dengan cepat, maka jemaah sama sekali tidak paham,” tambahnya.

Oleh karenanya, Mirza Deswani menyiasatinya dengan cara door to door. “Kita harus masuk dari pintu kamar jemaah ke pintu jemaah yang lainnya, terutama kamar yang dihuni para lansia. Inti yang kita sampaikan adalah jemaah harus menyimpan stamina menghadapi puncak haji,” sebutnya.

Sebagian jemaah lansia menganggap, salat armain selama berada di Kota Madinah itu adalah wajib, sehingga jemaah memburu jemaah dan harus bolak-balik dari hotel ke Masjid Nabawi. Padahal salat arbain itu wajib dan jemaah lansia dapat menunaikan salat di kamar hotel atau berjamaah di musalla hotel.

“Kita khawatir, jangan sampai jemaah mengejar sunnah arbain dan saat puncak haji kesehatan jemaah menurun. Oleh karenanya, kami harap jemaah menjaga kesehatan dan mengumpulkan energi dengan memakan makanan yang bergizi,” sebutnya.

Upaya lain yang dilakukan, lanjut Mirza, dia sempat menghentikan jemaah lansia yang hendak ke masjid untuk menunaikan salat armain, khususnya jemaah lansia. “Bukan kita melarang mereka salat ke masjid, tapi menghimbau untuk tidak memaksakan, karena saat berjalan kita melihat kesehatannya menurun. Belum lagi tersesat dan harus menguras energi berjalan kaki,” timpanya.

Dari sosialisasi yang dilakukan secara berkelanjutan, Mirza mengaku mulai berdampak terhadap jemaah, bahkan sebagian jemaah mulai salat di hotel, baik di kamar atau musalla. “Bahkan sesama jemaah sudah saling membantu menjaga lansia di kamar secara bergantian,” sebutnya.

Setelah dilakukan beberapa kali penyuluhan dan sosialisasi, Mirza kesadaran jemaah untuk tidak memaksa melakukan salat berjamaah sudah mulai diterima dengan baik, sehingga jemaah lansia kini banyak yang memilih untuk melaksanakan salat di kamar.

Sementara itu, Warsini, jemaah lansia asal Medan, mengaku ikhlas untuk tidak melaksanakan salat arbain di Masjid Nabawi, karena arbain adalah ibadah sunnah. Bahkan dia memilih untuk beristirahat di kamar hotel, sehingga kesehatannya semakin prima untuk menghadapi puncak haji.

“Saya ikhlas, sementara salat wajib lima waktu di hotel saja. Tadi kata bapak – ibu petugas, yang paling penting itu ibadah wajib, rukun haji harus dilakukan semuanya. Kalau sunnah, jangan memaksakan, agar tetap sehat sampai selesai wajib haji nanti di Makkah,” demikian Warsini. –Muhammad Ishak—

  • Bagikan