Agar Tak Salah Mendidik

  • Bagikan
<strong>Agar Tak Salah Mendidik</strong>

Oleh Dr Salman Munthe, S.Pd, M.Si

Murid bukan objek yang semestinya disentuh dengan akal dan budi tapi ia adalah mitra dalam mencerdaskan manusia. Kita kembalikan pada ruh pendidikan bukan pada politik pendidikan

Agar Tak Salah Mendidik. Bangsa yang besar belum tentu menampilkan perilaku yang santun dan terpuji melainkan sikap beringas mementingkan kepuasan duniawi semata.

Tak jarang anak bangsa ini terjaring atas perilaku yang menggrogoti harta negara alias korupsi yang nota bene adalah harta negara jika kita merenungi diri dimana kesalahan para pendidik kita selama ini.

Sehingga menelurkan generasi yang rapuh secara rohani tapi rakus terhadap materi inilah yang menjadi renungan khususnya para pendidik dinegeri ini. Para orang tua juga turut andil dalam penguatan pendidikan anak dalam bingkai rumah tangga.

Jika ini tidak dilakukan akan sulit mengambil pola mendidik anak karena bisa saja di rumah perilakunya santun tapi di sekolah dan lingkungan perilakunya sangat beringas.

Output generasi pongah saat ini atau generasi sudah “terpesongkan” oleh harta dan tahta terutama moral salah satu bukti pola didik yang salah baik sistem, guru dan orang tua menjadikan generasi saat ini lemah secara nalar, lemah sentuhan hati nurani.

Sehingga hidup seperti rangka berjalan dengan gagah tapi sebenarnya ia tengkorak yang berdiri tapi kehilangan kendali cahaya kebenaran.

Pengajajaran, menurut bahasa berarti mengajar, sedangkan pendidikan berarti mengembangkan dan menumbuhkan manusia yang sempurna dengan berbagai pengetahuan dan mampu mengelaborasi segala persoalan hidup.

Pendapat yang lain mengatakan pendidikan dinisbatkan kepada orang-orang yang menyediakan faktor-faktor dan syarat-syarat tumbuh berkembangnya potensi seseorang individu.

Sebagaimana pendapat Jean Soto “Pendidikan dan pengajaran adalah pembuka wujud diri. Manusia yang sudah terdidik adalah manusia yang dengan akalnya mampu mengendalikan berbagai daya dan tabiat hewaninya dan membimbingnya ke aarah kesempurnaan”. 

Agar tak salah mendidik & mengajar generasi bangsa ada beberapa hal yang perlu diketahui oleh para pendidik terutama guru dan orangtua:

Mengetahui Hakikat Manusia

Banyak sekali definisi dan penjelasan yang diberikan kalangan ilmuan tentang esensi dan hakikat manusia. Sebagai contoh, sebagian mereka menganggap manusia tidak lebih dari seekor binatang yang tidak mempunyai perbedaan subtansial dengan binatang lainnya.

Dalam keyakinan mereka, manusia adalah binatang yang telah memperoleh kesempurnaan namun belum melewati batas-batas kebinatangan maka muncullah teori Darwin dan pengikutnya “Darwininme” sampai saat ini. Hal ini telah terbantahkan dalam suatu kajian ilmiah Harun Yahya dengan judu “Runtuhnya Teori Evolusi” menunjukkan betapa lemahnya dasar teori yang dibangun umat kapitalisme tersebut.

Sehingga seluruh perbuatan, perilaku, karakter dan bahkan ilmu dan pemikirannya tidak lebih bersumber dari pengaruh-pengaruh dan kebutuhan materi-materi. Mereka meyakini manusia itu “maujud” materi dan hanya mempunyai satu dimensi, dan tidak mempercayai sedikit pun akan adanya ruh.

Bahkan mereka mengatakan bahwa ruh dan jiwa manusia tidak lebih bersumber dari reaksi kimiawi, ini lah pola pendidikan yang di bawa kaum “kapitalisme” yang boleh jadi memberikan pendidikan duniawi sesaat, adopsi pola pendidikan seperti ini sudah lama dijadikan anutan bangsa yang besar.

Seperti Indonesia yang tentunya output yang dihasilkan tidak jauh dari apa yang dicitakan-citakan kapitalisme itu sendiri. Bahwa Indonesia akan terjerembab pada perilaku korup, tidak bermoral, tidak manusiawi dan bersifat individualistis. Anak bangsa tidak merasa malu jika ia melakukan tindakan merugikan orang lain.

Anehnya tidak ada beda yang menjunjung nilai keadilan dan yang biasa saja, sama-sama melakukan tindakan yang selalu merugikan negara yang nota bene adalah uang rakyat yang mereka jarah.

Wajah mereka selalu ditampilkan di layar TV dengan senyum seperti tidak ada rasa penyesalan sedikitpun dan mereka biasanya berkoar-koar menyatakan tidak benar apa yang dituduhkan kepadanya.

Jika perilaku ini terus mendominasi negeri ini tanpa ada tindakan yang menjerakan saya yakin bahwa negeri ini belum bisa pulih dalam kurun 20 tahun kedepan.

Pola pendidikan Timur yang telah usang dianggap penghambat kemajuan peradaban umat manusia sudah dikikis habis dari negeri ini.

Seolah pembelajaran agama tidak menjamin akan seseorang berperilaku lebih baik sehingga tak mampu bersaing secara nasional maupun internasional jika agama dijadikan pembelajaran kunci untuk keberhasilan pola mendidik agar manusia lebih termanusiakan dalam kehidupan ini.

Padahal manusia adalah “maujud” kompleks yang beberapa dimensi wujud.

Dari satu sisi, manusia adalah “jisim” unsur yang mempunyai sifat-sifat seperti berat, pajang, lebar, ke dalaman, bentuk, warna dan sifat lainnya. dari sisi lain, ia adalah “nafs nami” yang dapat tumbuh dan berkembang (jisim nami), yaitu makanan, tumbuh dan melahirkan.

Karena itu, selain manusia merupakan jisim ia juga mempunyai ruh yang membedakannya dari benda-benda mati.

Manusia meski mempunyai banyak dimensi wujud, namun dari sisi zat ia tidak lebih dari satu hakikat. Bukan berarti bahwa diri berkembang (nafs nami), diri hewani dan diri insan pada manusia merupakan tiga diri. Tidak demikian, melainkan manusia tetap hanya pada satu hakikat.

Namun hakikat yang mempunyai tiga peringkat wujud. Peringkat terendah diri manusia adalah melaksanakan pekerjaan tumbuhan, peringat kedua melaksakanan pekerjaan hewan ketiga, adalah berpikir dan segenap mengerjakan segala pekerjaan manusia.

Tanggung Jawab Manusia

Banyak sekali kewajiban yang dibebankan pada pundak manusia, namun dapat dikelompokkan kepada empat kelompok: Tanggungjawab manusia terhadap Tuhan, tanggungjawab manusia terhadap dirinya, tanggung jawab manusia terhadap masyarakat, dan tanggungjawab manusia tehadap makhluk Tuhan.

Dalam tulisan ini bagian 1) Tanggungjawab manusia terhadap Tuhan, yakni manusia sebagai makhluk tuhan wajib baginya untuk mengenal pencipta dirinya dan alam yang telah memberikan kenikmatan kepada seluruh makhluk dengan cara beribadah kepada Tuhan dan menjalankan segala aturan dan menjauhi segala yang dilarang (QS. Adz-Djariat:56): “Dan aku tidak akan menciptakan jin dan manusia melaikan supaya mereka menyembah-Ku”.

Dalam hal ini kita tidak terlepas dalam genggam Sang Mahapencipta, maka sebaiknya kita mensyukuri apa yang telah Tuhan berikan yang terbaik buat kita.

Bukti terima kasih kita dengan mengingat Tuhan setiap saat ini pola pendidikan “tauhid” yang intinya mengesakan Tuhan, lalu di dalam bingkai kenegaraan sudah dijadikan Dasar Negara yakni Pancasila yaitu sila pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa”.

Sebenarnya bangsa ini sudah diajar sedemikian rupa tentang ketuhanan tapi memang dasar kita lama dijajah bangsa barat semua kebertuhanan menjadi pudar dan kita menjadi manusia yang dikatakan Ahyar Zein (Waspada:17/5/2013) manusia yang telah “pesong”.

Hanya Allah yang dapat mengurai kenapa bangsa ini sudah pesong akan perilaku yang tidak terpuji menjadi hiasan berita yang tak kunjung berakhir.

2) Tanggungjawab manusia tehadap dirinya, bagi setiap makhluk telah ditentukan kesempurnaan yang menjadi tujuan. Dalam system penciptaan (nizham takwim), seluruh fasilitas dan syarat yang diperlukan makhluk untuk mencapai tujuan telah disediakan untuknya.

Seluruh makhluk materi tentunya bergerak kearah tujuan, namun mereka tidak mempunyai ilmu tentang tujuan mereka dan bukan mereka yang telah mengatur sistem penciptaan, dan setiap makhluk secara penciptaan berjalan menuju kearah tujuan dan kesempurnaanya, dan tidak ada pilihan lain selain ini.

Karena itu, beberapa jenis makhluk dengan perantaraan petunjuk “takwini” mereka sampai kepada tujuan dan kesempurnaan wujud, namun mereka tidak mempunyai tanggungjawab dan kebebasan dalam hal ini.

Bahkan binatang yang memiliki perasaan dan melakukan perbuatannya dengan kehendak juga tidak bebas dalam perbuatannya, melainkan tunduk kepada instingnya.

Dari semua makhluk, manusia yang mempunyai tanggungjawab mengembangkan dan menyempurnakan dirinya. Bagi manusia pun telah ditetapkan apa yang menjadi tujuannya, dan telah disediakan baginya fasilitas untuk menggapai tujuan tersebut.

Imam Sajjad as berkata: “adapun hak dirimu adalah enggkau menggunakannya dalam taat kepada Allah, engkau memberikan apa yang menjadi hak lidahmu, engkau memberikan apa yang menjadi hak telingamu, engkau memberikan apa yang menajdi hak matamu”.

Tapi hak diri bukan dimaknai untuk hidup layak berkemewahan dengan cara yang batil seperti diulas di atas perilaku korup diawali dari keinginan meraup keuntungan pribadi dengan cara yang salah.

3) Tanggungjawab manusia terhadap masyarakat, kita masih mengenal istilah “manusia adalah makhluk sosial”. Manusia mempunya kecendrungan berbaur dengan masyarakat dan lingkungan tidak bisa kita simpulkan apa yang terjadi jika manusia tidak pernah berinteraksi dengan manusia yang lain apa jadinya.

Bisa saja apa yang dicontohkan dalam film Tarzan Siraja Hutan sosok manusia yang tidak pernah ada sentuhan manusia lain di sisinya maka ia berperilaku seperti inangnya.

Maka dibutuhkan intraksi dalam kehidupan untuk menumbuhkan pola pikir manusia agar lebih baik kedepannya dengan interaksi belajar dengan guru disekolah memungkinkan kita dapat mengubah kebiasaan buruk menjadi lebih baik.

4) Tanggungjawab terhadap makhluk Tuhan, Rasullulah SAW telah bersabda: “seluruh makhluk adalah keluarga Allah. Maka sebaik-baiknya makhluk di sisi Allah adalah orang yang paling banyak memberi manfaat kepada keluarga Allah dan membahagiakan mereka”.

Pelajari Karakter Anak Didik

Jean Soto mengatakan:“setiap anak-anak memerlukan metode penanganan tersendiri karena setiap individu manusia itu sangat unik. Seluruh karakter manusia itu harus didekati dan dipahami secara spesifik dan maksimal.

Sel-sel otak manusia misalnya sangat luar biasa dan memerlukan pengetahuan yang luar biasa pula. Perbedaan manusia itu bukan hanya faktor IQ saja tapi juga faktor lain yaitu karakter yang termasuk juga akhlak, keperibadian dan pembawaannya dan sebagainya”.

Seorang pendidik sebisa mungkin harus memahami seluruh keunikan manusia. Ada dua hal keunikan dalam diri manusia 1) keunikan secara individu, yaitu perbedaan secara fisik, perbedaan dari sisi kognitif, perbedaan kecerdasan emosi dan karakter.

2) keunikan dalam kematangan atau kedewasaan, jenis ini adalah hal-hal yang terjadi dan yang memengaruhi kehidupan seseorang secara bertahap dalam diri manusia dari semenjak kecil hingga masa dewasa. Anak-anak itu mengalami perubahan mental.

Ia beranjak semakin dewasa secara bertahap. Kedewasaan didefinisikan sebagai proses perubahan yang terjadi secara bertahap dalam diri seseorang.

Transformasi ini tidak hanya terjadi dalam tubuh tetapi juga dalam otak, keperibadian dan emosi. Seorang anak yang telah dewasa akan mengalami perubahan secara fisik sampai ia menjadi matang sempurna.

Seiring dengan perubahan fisik anak juga mengalami perkembangan kemampuan kecerdasan kognitif, emosi. Akhirnya si anak banyak belajar tentang segala hal, kemudian juga muncul naluri dan potensi baru di dalamnya.

Sang pendidik yang tidak berusaha memahami kondisi dan kapasitas anak didiknya kemudian berusaha memaksakan sesuatu sesuai dengan harapan sendiri tanpa mempertimbangkan anak didik maka akan mengalami kegagalan dalam menjalankan profesinya dan bahkan akan membawa dampak yang buruk terhadap anak didiknya.

Karena itu sekali lagi hendaknya seseorang guru dan pendidik harus berupaya untuk mendapatkan informasi tentang anak didik sebelum menyusun program pendidikan, agar atak salah mendidik.

Kurikulum 2013 yang diluncurkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI di tahun ini apa sudah memasukkan hakikat manusia agar tak salah dalam pelaksanaan. Intinya bukan bongkar pasang kurikulum yang diinginkan para pendidik.

Tapi pengembalian fungsi guru yang memberikan sedikit celah kebebasan bertindak terhadap peserta didik yang saat ini telah kehilangan kendali sebagai hakikat manusia yang tumbuh dan berkembang dalam pengawasan orang tua dan guru.

Murid bukan objek yang semestinya disentuh dengan akal dan budi tapi ia adalah mitra dalam mencerdaskan manusia.

Jika kurikulum 2013 masih mengandalkan pola “kapitalisme” saya tidak percaya percepatan trasfer pengetahuan kepada peserta didik tidak akan terwujud dengan sempurna. Kita kembalikan pada ruh pendidikan bukan pada politik pendidikan.

Penutup

Mengajar dan mendidik merupakan sebuah pekerjaan yang sulit dan rumit, yang menuntut kecerdasan, keahlian, pengalaman dan pengetahuan yang luas. Karena itu, para pendidik agar tak salah mendidik harus mengetahui poin penting berikut ini;

1) Mengenal dengan baik esensi dan hakikat manusia, 2) mengenal dengan baik berbagai potensi jiwa manusia, 3) berdiri teguh pada tujuan mendidik manusia sempurna, dan mengetahui betul tujuan yang harus diraih dalam mendidik dan mengajar manusia;

4) mengetahui faktor-faktor dan fasilitas-fasilitas apa saja yang harus digunakan dalam usaha mencapai tujuan dan ke 5) mengetahui hal-hal yang merintangi pencapaian tujuan dan sekaligus mengetahui cara-cara mengatasinya.

6) segera cepat dicairkan hak-hak guru dana sertifikasi sudah lama ditrasfer pusat ke daerah masing-masing tapi kebanyakan daerah tidak meyalurkan tepat waktu bisa telat 2 atau 3 bulan yang konon uang itu mereka simpan di bank derah.

Jika uang dana sertifikasi 1 daerah semisal Rp50 miliar dengan bunga 0,8 persen perbulan Anda dapat bayangkan keuntungan mereka dari dana sertifikasi guru yang meraka tahan. Semoga Tuhan tak “mempesongkan” pemegang kebijakan negeri ini, karena ulah mereka sendiri. Wallahu’alam bissawab.

Penulis adalah Ketua Yayasan Pendidikan Putra Kualuh

  • Bagikan