Memanfaatkan Kritik Secara Produktif

  • Bagikan
Memanfaatkan Kritik Secara Produktif

Oleh Tabrani Yunis 

Sebelumnya, tulisan berjudul “ Menegasikan Kritik dan Yang Kebakaran Jenggot” telah dimuat atau diposting di Potretonline.com, pada 4 April 2024. Tulisan singkat yang bisa ditebak dari judul tentang respon atau sikap perlilaku kita terhadap kritik, kala ada orang yang melakukan kritik. Ada sikap  atau perilaku merasa atau memberi respon terhadap kritik yang menganggap negatif dan bahkan memperlihatkan sikap marah, atau malah disertai dengan tindakan membalas kritik dengan berbagai cara yang sangat reaktif. Itulah satu dari dampak sebuah kritik yang disikapi secara negatif. Sikap reaktif semacam itu sering kita jumpai di tengah masyarakat kita. Walau pun sebenarnya kritik, bukanlah hal yang baru, sudah ada dalam kehidupan kita.

Ketika kita bıcara soal kritik, maka kritik itu ibarat pisau atau sembilu, karena kritik biasanya banyak yang tajam. Sehingga bisa memulai hati orang yang dikritik. Sebagai pisau yang tajam, bisa pula sebaliknya melukai diri sendiri. Seperti kata orang, seperti pisau bermata dua.  Selain sebagai pisau, yang bukan hanya tajam, kritik juga sering disebut seperti cabai. Ya sering dianggap pedas dan membuat orang yang dikritik merasa kepedasan. Bahkan, kritik juga bisa membuat orang alergi, merasa gatal, dan eskalasinya bias meluas. Sementara bagi banyak orang, kritik juga dapat menjatuhkan orang. Ya menjadi down, yakni pihak yang dikritik, sehingga dalam hal kritik mengkritik sering orang berkata, kalau mengkritik harus konstruktif, tidak boleh destruktif. Lalu, yang paling sering kita dengar adalah ungkapan banyak orang seperti ini “Jangan hanya bisa kritik, berikan lah solusinya”. 

Begitulah pemahaman dan respon orang terhadap kritik selama ini. Respon- respon seperti itu bias dating dari mulut orang yang bukan menjadi sasaran kritik, juga dari pihak orang yang dikritik. Sehingga, yang namanya kritik, bisa diterima dengan lapang dada, bisa pula ditolak dengan mentah-mentah.
 
Maka, bagi yang antikritik, biasanya setiap ada kritik, muncullah sikap resistensi terhadap kritik tersebut oleh orang yang dikritik. Ingin bisa mengatur orang yang mengkritik. Namun, tidak semua orang alergi dan marah terhadap seseorang yang melakukan kritik atau kritikus. Banyak pula yang dengan hati dan pikiran terbuka, menerima kritik tersebut. Karena dengan adanya kritik tersebut ada orang yang peduli dan mau mengingatkan. Bahkan dalam banyak hal, banyak pula orang yang meminta atau memohon agar diberikan kritik. Misalnya ketika seseorang memberikan layanan publik, atau layanan lainnya, termasuk pada hal-hal yang khusus, sering menyediakan kotak kritik atau saran bagi publik untuk memberikan masukan dan kritik terhadap pelayanan yang diberikan. Hal ini terjadi, karena kritik tersebut dianggap sebagai masukan atau input untuk dilakukan perbaikan atau peningkatan kualitas pelayanan.
  
Ya, karena sesungguhnya bila kita merujuk pada makna kata “kritik” yang berasal dari bahasa Yunani yakni “Clitikos” yang memiliki arti ciri pembeda, maka sesungguhnya kritik itu juga sebagai rahmat. Walau sebagaimana kita baca dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kritik juga mengandung atau memiliki definisi kecaman atau tanggapan yang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk terhadap suatu hasil karya, pendapat, dan sebagainya. Detikpedia, menambahkan bahwa dalam arti lain, kritik adalah ciri pembeda dari suatu pendapat terhadap pendapat lain yang berdasarkan pengamatan dan penganalisisan terlebih dahulu, kemudian menginterpretasikannya terhadap suatu posisi pendukung atau tidak mendukung, bertentangan atau tidak bertentangan dengan objek yang dikritik tersebut.

Jadi, kendatipun kritik itu lazim dilakukan orang, tidak semua orang mau melakukan kritik, karena sesungguhnya orang yang bisa melakukan kritik, apalagi secara tertulis, sangat terbatas. Selain itu, perlu difahami bahwa kritik itu lahir dari orang-orang yang memiliki kepedulian yang tinggi, bersikap kritis dan memiliki kemampuan identifikasi, analitis, justifikasi hingga bisa memberikan solusi terhadap sustu hal yang dikritisi. Sehingga,  kritik itu sesungguhnya bersifat objektif. Dikatakan demikian, karena kritik merupakan pendapat pribadi yang mengandung unsur penalaran yakni analisis, interpretasi, dan evaluasi.
 
Bukan hanya itu, sebuah kritik juga bisa mengandung pujian. Namun, secara umum, kritik memiliki tujuan untuk menyampaikan tanggapan dan saran terhadap sesuatu atau sebuah karya yang diharapkan terjadi sebuah perubahan. Oleh sebab itu banyak orang yang berharap agar kritik selalu konstruktif, tidak destruktif, apalagi menyerang pribadi orang atau individu.

Secara idealnya, kritik memang harus konstruktif, disampaikan dengan jelas dan spesifik, tidak menyerang pribadi, serta memberikan solusi, namun kita tidak bisa pula memaksa orang atau kritikus dengan selera dan kemauan atau keinginan kita yang menjadi objek yang dikritik. Juga sesungguhnya, kita tidak bisa memaksa tukang kritik, atau kritikus itu untuk tidak hanya bisa mengkritik dan harus memberikan solusi. Sebab, yang namanya tukang kritik atau kritikus, kerjanya adalah mengeritik, bukan sebagai problem solver yang setiap mengkritik, disertai dengan solusi.
 
Walau demikian, bagi orang-orang yang melihat kritik dari kacamata atau perspektif positif, kritik tersebut dianggap sebagai respon berupa penilaian objektif dan seimbang mengenai suatu hal. Apalagi bila kritik itu disampaikan dalam menanggapi suatu pernyataan, opini, kebijakan, dan sebagainya,bisa menjadi sangat membantu dan produktif. Bukan saja bagi objek krritik, tetapi juga bagi sang kritikus atau pihak lain yang bisa memanfaatkan kritik-kritik tersebut secara produktif. Misalnya para penulis atau siapapun yang juga memiliki sikap kritis, akan menjadikan isi kritik tersebut secara produktif. Bagi para kritikus yang memiliki ketrampilan atau skill menulis, segala macam kritik itu bisa dimanfaatkan secara produktif.  
 
Seorang tukang kritik atau kritikus yang penulis, kritik-kritik yang dilemparkan di berbagai media tersebut akan menjadi sumber ide baru untuk dikritisi, dianalisis dan dijadikan banyak tulisan baru yang ditulis dari berbagai sudut pandang atau perspektif.  Ia bisa melihat persoalan yang menjadi isi atai content dari kritikan dengan jelas dan lebih spesifik, bisa mengubahnya menjadi lebih konstruktif dan detail serta bisa menawarkan berbagai macam solusi. Bukan hanya itu, seorang kritikus yang andal, akan mampu memanfaatkan kritik dari orang lain untuk mendorong pihak yang dikritik, seperti halnya kritik terhadap kebijakan-kebijakan yang tidak memihak kepada rakyat, menjadi lebih memihak. Karena biasanya kritikus yang andal juga akan secara objektif dan berbasi data serta fakta melengkapi atau sebaliknya menjadi bahan untuk membantah kritik tersebut.

Dengan demikian, kritik – kritik yang disampaikan banyak orang di berbagai media, baik media cetak, media online, media social dan elektronika lainnya, dapat dimanfaatkan secara lebih produktif oleh siapa saja, kapan saja dan di mana saja.  Tentu ada banyak cara untuk memanfaatkan kritik secara produktif di era digital ini tatkala kemajuan teknologi informasi dan komunikasi pun semakin banyak, sehingga bisa direproduksi dalam berbagai macam platform, media serta metodologi. Ingatlah bahwa dunia terus berubah dengan cepat dan pesat sejalan dengan kemajuan teknologi yang diciptakan manusia. Kini, bukan saatnya lagi kita harus alergi dengan kritik, tetapi saatnya untuk menggunakan kritik itu sebagai ide baru untuk dianalisis, dan reproduksi secara lebih produktif. Oleh sebab itu, ketika kita membaca dan menerima kritik, sebaiknya kita dengarkan dahulu dan menanggapinya secara cermat, tanpa harus melakukan pembela diri atau merespon secara defensif terhadap setiap komentar negatif. Akan lebih bermanfaat, bila kita bisa menjadikan kritik itu secara lebih produktif melakukan perubahan, karena kritik adalah sebuah sumber untuk menuju perubahan ( a source of change).

Penulis Owner Majalah POTRET, Pegiat Literasi dan Pensiunan Guru Bahasa Inggris

  • Bagikan