Puasa Dan Solidaritas Palestina

  • Bagikan
Puasa Dan Solidaritas Palestina

Oleh: Dr. Muhammad Yusran Hadi, Lc., MA

Di antara hikmah disyariatkan puasa atau maqashid syari’ah dalam puasa yaitu menumbuhkan rasa empati dan kasih sayang kepada saudara seiman yang menderita karena kelaparan dan kehausan serta peduli terhadap mereka dengan membantu mereka untuk menghilangkan atau meringankan penderitaan mereka. Inilah salah satu sifat orang yang bertakwa.

Dengan puasa, kita bisa merasakan penderitaan orang yang lapar dan haus karena kemiskinan, kefakiran, bencana alam dan perang. Selama berpuasa, kita tidak makan dan tidak minum selama seharian sejak terbit fajar sampai terbenam matahari. Maka kita merasa menderita kelaparan dan kehausan. Badanpun menjadi lemah dan lesu.

Jika dalam puasa kita menderita kelaparan dan kehausan selama satu hari karena tidak makan dan minum, bagaimana lagi saudara-saudara kita yang tidak makan dan tidak minum selama berhari-hari bahkan berbulan-bulan kecuali sedikit karena tidak ada makanan dan minuman untuk dibutuhkan setiap harinya? Mereka mengalami kelaparan dan kehausan karena kemiskinan, kefakiran, bencana alam maupun perang.

Maka, kita bisa merasakan penderitaan saudara-saudara kita yang mengalami kelaparan dan kehausan karena kekurangan makanan dan minuman selama berhari-hari bahkan berbulan-bulan. Tentu mereka sangat menderita melebihi penderitaan kita dalam waktu puasa yang hanya sehari tidak makan dan tidak minum. Bahkan sebahagian mereka jatuh sakit dan meninggal karena kelaparan dan kehausan.

Dalam konteks saat ini, saudara-saudara kita di Gaza Palestina sedang mengalami kelaparan dan kehausan yang mematikan selama berbulan-bulan. Mereka sudah memulai “puasa” dalam arti tidak makan dan minum karena kekurangan makanan dan air sejak jauh hari sebelum kita berpuasa Ramadhan yaitu sejak perang Israel dan Hamas dimulai pada tanggal 7 Oktober 2023. Israel telah membombardir dan meluluh lantakkan kota Gaza serta menghalangi bantuan kemanusiaan berupa makanan, minuman, obat-obatan dan bahan bakar.

Mereka kehabisan makanan, air, listrik, pakaian, obat-obatan, bahan bakar dan internet akibat pemboman dan blokade Israel. Mereka mengalami krisis makanan dan minuman serta obat-obatan. Bencana kelaparan dan kematian akibat bom setiap harinya menimpa mereka. Bahkan sebahagian mereka jatuh sakit dan meninggal karena kelaparan dan kehausan. Mereka sangat memerlukan bantuan dari dunia internasional khususnya umat Islam sebagai saudara mereka.

Sebelum terjadi perang Israel dan Hamas, selama belasan tahun warga Gaza bergantung pada bantuan internasional yang selalu masuk ke Gaza. Setidaknya, ada 100 truk bantuan yang masuk ke Gaza melalui Rafah perbatasan Mesir dan Palestina setiap harinya untuk memenuhi kebutuhan warga Gaza yang berjumlah 2,3 juta jiwa. Namun sejak perang terjadi, bantuan tersebut tidak bisa masuk ke Gaza karena dihalangi oleh Israel. Meskipun ada sempat diizinkan masuk bantuk, namun hanya beberapa hari selama gencatan senjata dan dengan jumlah sedikit yaitu hanya sepuluh atau belasan truk saja. Tentu tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan warga Gaza.

Selain itu, mereka mengalami penderitaan berupa pembantaain terhadap mereka yang dilakukan oleh Israel dengan nrutal dan kejam. Setiap hari Israel melancarkan serangan udara dan membombardir kota Gaza dengan ribuan rudal yang dengan berat puluhan ribu ton melebihi kekuatan bom atom yang dijatuhkan oleh Amerika Serikat di kota Hiroshima Jepang yang meluluhlantakkan Hisroshima sehingga Jepang menyerah kepada Amerika. Akibatnya, terjadi pembantaian (genosida) terhadap warga Gaza dengan korban mati syahid lebih dari 33 ribu orang dan luka-luka lebih 70 ribu orang. Kebanyakan korban mati syahid dan luka-luka adalah anak-anak dan wanita.

Tidak hanya itu, mereka juga kehilangan harta-harta, rumah-rumah, toko-toko, swalayan-swalawan dan pasar-pasar yang menjual kebutuhan sehari-hari dan gedung-gedung pemerintahan akibat pemboman oleh Israel. Bahkan masjid-masjid dan rumah-rumah sakit yang seharusnya menjadi zona aman dalam perang berdasarkan hukum internasional juga dibombardir dan dihancurkan oleh Israel. Begitu pula para relawan, para medis dan wartawan yang seharusnya tidak boleh dibunuh dalam perang berdasarkan hukum internasional juga menjadi sasaran pembataian Israel.

Penderitaan mereka ini sudah berlangsung hampir 6 bulan sejak Israel membombardil kota Gaza mulai tgl 7 Oktober 2023 sampai hari ini. Namun sangat disayangkan, para pemimpin dunia khususnya para pemimpin muslim dan Arab hanya diam atau mengecam saja tanpa ada aksi menghentikan kekejaman Israel dengan pengiriman tentara. Inilah yang membuat Israel semakin brutal dan sewenang-wenang dalam membantai warga sipil Gaza yang tidak bersenjata dan menghancurkan kota Gaza.

Allah ta’ala dan Rasul-Nya menegaskan bahwa umat Islam ini bersaudara sebagaimana disebutkan dan diperintahkan dalam Al-Qur’an dan hadits-hadits yang shahih. Allah ta’ala berfirman, “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara.” (AL-Hujurat: 10). Rasulullah shallahu ‘alaiihi wa sallam bersabda, “Seorang muslim bersaudara dengan muslim (lainnya).” (HR. Muslim).

Oleh karena itu, persaudaraan karena agama atau iman yang dikenal dengan istilah ukhuwwah islamiyah itu hukumnya wajib bagi setiap muslim. Para ulama mengatakan bahwa persaudaraan karena iman atau agama ini lebih kuat ikatannya daripada persaudaraan nasab berdasarkan dalil-dalil Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Persaudaraan karena iman atau agama tidak hanya diucapkan di mulut, namun wajib diwujudkan dalam perbuatan yang nyata yaitu bersolidaritas terhadap saudara-saudara kita yang menderita dan membutuhkan bantuan dengan membantu mereka dengan segala kemampuan, baik dengan jiwa, harta maupun doa. Karena makna iman sebagaimana didefinisikan oleh para ulama adalah keyakinan dalam hati (tashdiiqun bil qalbi), yang diucapkan dengan lisan (iqraarun bil lisan), dan diwujudkan dengan perbuatan (amalun bil jawaarih). Inilan iman yang benar.

Saat ini saudara-saudara kita di Gaza Palestina sedang mengalami penderitaan yang luar biasa. Kita tidak mampu membantu dengan ikut berjihad karena ini ranah para pemimpin negara. Namun kita bisa membantu saudara kita di Gaza dengan dana untuk membeli kebutuhan mereka dan doa. Semua orang bisa melakukannya. Tidak ada alasan tidak bisa membantu dengan harta dan doa. Inilah bukti iman dan ukhuwah yang diwajibkan oleh Allah ta’ala dan Rasulnya.

Allah ta’ala dan Rasul-Nya memerintahkan umat Islam untuk menolong saudaranya yang memerlukan pertolongan. Allah ta’ala berfirman, “Dan jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah terikat perjanjian antara kamu dengan mereka. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (Al-Anfal: 72). Rasulullah shallahu ‘alaiihi wa sallam bersabda, “Allah akan menolong seorang hamba jika hamba itu menolong saudaranya.” (HR. Muslim).

Allah ta’ala menjelaskan bahwa ciri-ciri orang yang beriman dengan sebenar iman adalah orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya. Allah ta’ala berfirman, “Sesungguhnya orang-orang mukmin yang sebenarnya adalah mereka yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu, dan mereka berjihad dengan harta dan jiwanya di jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.” (Al-Hujurat: 15).

Rasulullah shallahu ‘alaiihi wa sallam menggambarkan umat Islam seperti sebuah bangunan yang wajib saling menguatkan satu sama lainnya, sebagaimana sabda beliau, “Seorang mukmin dengan mukmin lainnya seperti sebuah bangunan yang saling menguatkan satu sama lainnya.” (HR. al-Bukhari). Menguatkan satu sama lain berarti membantu saudaranya muslim yang menderita dan membela saudaranya muslimli yang tertindas dan terzalimi. Inilah solidaritas dan ukhuwah islamiah yang terwujud karena iman.

Rasulullah shallahu ‘alaiihi wa sallam juga menggambarkan umat Islam layaknya satu tubuh sebagaimana sabda beliau, “Sungguh seorang mukmin bagi mukmin yang lain berposisi seperti kepala bagi tubuh. Seorang mukmin akan merasakan sakitnya mukmin yang lain seperti tubuh ikut merasakan sakit yang menimpa kepala.” (HR. Ahmad).

Rasulullah shallahu ‘alaiihi wa sallam juga bersabda, “Perumpamaan kaum mukmin dalam hal saling cinta, kasih sayang dan empati di antara mereka seperti satu tubuh. Jika satu anggota tubuh sakit maka seluruh tubuh demam dan tidak bisa tidur.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Seperti itulah seharusnya persaudaraan dan solidaritas umat Islam terhadap saudaranya. Semua umat Islam di seluruh dunia harus merasa layaknya satu tubuh. Maka, penderitaan yang dialami oleh umat Islam Palestina, seharusnya dirasakan pula oleh umat Islam lainnya. Semua itu tidak lain karena dorongan iman mereka. Persaudaraan mereka ini terjalin karena iman. Dengan persaudaraan ini, maka lahirlah sikap solidaritas untuk saudaranya yang menderita karena ditindas dan dizalimi oleh musuh-musuh Islam sebagaimana yang dialami oleh umat Islam Palestina saat ini.

Nabi shallahu ‘alaiihi wa sallam mengaitkan keimanan dengan solidaritas Islam. Nabi shallahu ‘alaiihi wa sallam bersabda, “Tidak beriman (dengan sempurna) salah seorang di antara kalian sebelum dia mencintai saudaranya sebagaimana mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim). Mencintai saudaranya berarti merasa empati kepada saudaranya yang menderita, merasakan penderitaannya, membelanya dan membantunya.

Bahkan Rasulullah shallahu ‘alaiihi wa sallam mengecam orang yang tidak mau peduli dengan penderitaaan saudaranya muslim dengan sabdanya, “Barangsiapa yang tidak peduli dengan urusan kaum muslimin maka dia tidak termasuk golongan mereka.” (HR. Ath-Thabrani). Meskipun hadits ini dhaif, namun maknanya shahih, karena sesuai dengan-hadits shahih tersebut di atas.

Begitulah kewajiban bersolidaritas terhadap sesama muslim sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah ta’ala dan Rasul-Nya shallahu ‘alaiihi wa sallam. Maka sudah menjadi kewajiban bagi kita untuk bersolidaritas terhadap saudara-saudara kita yang menderita dengan ikut merasakan penderitaannya, peduli dan empati terhadapnya, menolong memenuhi kebutuhannya, dan membelanya. Begitu pula mencintai apa yang mereka cintai dan membenci apa yang mereka benci. Inilah bukti iman dan ukhuwah Islamiah yang diwajibkan oleh Allah ta’ala dan Rasul-Nya.

Saat ini, iman dan ukhuwah islamiyah memanggil dan mewajibkan kita untuk peduli terhadap penderitaan saudara-saudara kita di Gaza dan menolong mereka sesuai kemampuan kita. Paling tidak, kita bisa membantu dengan infak terbaik kita dan berdoa agar Allah ta’ala menolong dan melindungi mereka serta memberikan kemenangan kepada mereka.

Terlebih lagi, ini bulan Ramadhan di mana infak merupakan salah satu amalan yang paling utama padanya dan waktu berpuasa merupakan waktu mustajab doa. Maka manfaatkanlah momentum ini dengan sebaik mungkin. Semoga Allah ta’ala menolong saudara-saudara kita di Palestina, melindungi dan menyelamatkan mereka dari kekejaman Israel, memberikan kekuatan dan kesabaran kepada mereka dalam berjihad melawan penjajah Israel, memberikan kemengan kepada mereka dan menghancurkan Israel dengan sehancur-hancurnya. Amin..!

Penulis adalah Doktor Fiqh dan Ushul Fiqh pada International Islamic University Malaysia (IIUM), Dosen Fiqh dan Ushul Fiqh pada Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Ar-Raniry, Ketua Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Aceh, Anggota Ikatan Ulama dan Da’i Asia Tenggara, dan Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah Syah Kuala Banda Aceh.

  • Bagikan