Berlebaran Di Makkah

  • Bagikan
Berlebaran Di Makkah

Oleh Budi Agustono

Satu hari menjelang Idul Fitri tamu umrah itu masih terus melakukan umrah mengelilingi Kaabah dan menjalankan tawaf. Pada Rabu 10 April 2024 dini hari sampai Subuh Masjidil Haram seperti biasa dipadati manusia beribadah

Makkah adalah kota suci umat Islam. Makkah juga tempat Nabi Muhammad menyebarkan Islam yang kemudian sampai ke penjuru dunia. Kisah Nabi Muhammad menyiarkan Islam dikenang dan diingatkan kembali saat umat Islam melakukan ibadah haji atau umrah di Makkah.

Menunaikan ibadah haji memerlukan waktu tersendiri, sedangkan umrah dapat dikerjakan kapan saja. Suasana berumrah di bulan Ramadan berbeda dengan di hari-hari biasa. Berbeda lantaran tahapan prosesi Umrah mulai dari berdoa, memanjatkan pujian sembari mengelilingi Kaabah sebanyak tujuh kali sampai melakukan Sa’i sebanyak tujuh kali disertai lari-lari kecil yang berakhir dengan tahalul memotong rambut sebagai akhir dari selesainya umrah tentu lebih memerlukan kekuatan fisik ekstra jika dikerjakan dalam suasana puasa. Berumrah di bulan Ramadan memerlukan tenaga dan kesehatan prima karena harus menambah ibadah-ibadah tambahan untuk kesempurnaan umrah saat sesorang kurang tidur.

Pada bulan Ramadan 2024 jutaan umat manusia mendatangi dan memadati Mekkah. Di penjuru sudut Tanah Haram (Mekkah) dipenuhi orang yang berumroh. Hotel dan penginapan di sekitar Masjidil Haram maupun rada jauh nyaris tidak ada lagi yang kosong. Semuanya terisi oleh orang berumroh dari belahan negara dunia.

Menjelang salat lima waktu ( Subuh, Zuhur, Ashar, Magrib dan Isya) jutaan manusia tampak terburu-buru atau berlari menuju Masjidil Haram. Masjidil Haram tidak sanggup menampung jutaan manusia sehingga setiap kali salat lima waktu tumpah ruah sampai jauh ke luar halaman masjid. Memasuki waktu salat dan azan berkumandang memanggil tampak terlihat kesibukan jutaan manusia menggesa diri mencari lokasi sholat. Belum lagi kepadatan orang yang sedang umrah mengelilingi Kaabah dan Sa’i yang tidak pernah sepi dari dempetan manusia yang silih berganti melakukan umrah.

Demikian pula dengan salat Tarawih sepanjang malam Ramadan di berbagai sudut Masjidil Haram jutaan manusia memenuhi masjid sampai meluber ke jauh ke luar. Jutaan manusia berebut mencari lokasi salat Tarawih agar nyaman melaksanakan ibadah. Semasa bulan Ramadan mereka yang berumrah menghabiskan waktunya beribadah mengerjakan melakukan salat wajib, tarawih, tahajud, dhuha, membaca Quran, dan berzikir di masjid atau di tempat hotel dan penginapan. Aktivitas keseharian dipenuhi kegiatan ibadah wajib dan sunah malah mengurangi tidur untuk melakukan ibadah semaksimal mungkin di bulan Ramadan. Waktu Ramadan di Makkah terasa sangat pendek. Tengah malam shalat Tahajud dan berzikir atau membaca Quran.

Selesai tidur sejenak bangun Sahur menyiapkan puasa esok harinya. Selesai sahur diteruskan sholat Subuh di Masjidil Haram. Usai Subuh ada yang melanjutkan membaca Quran sampai Syuruk. Kemudian kembali ke hotel atau penginapan istirahat tidur sampai mendekati siang hari. Menjalang waktu Zuhur bersiap kembali ke Masjidil Haram. Selesai Zuhur ada yang tinggal di masjid membaca Quran atau pulang beristirahat. Memasuki waktu Ashar ke masjid. Selesai Ashar ada yang tetap di masjid sambil menunggu berbuka puasa.
Selesai salat Ashar banyak yang tidak beranjak dari masjid. Satu per satu jemaah mencari tempat di pelataran Masjidil Haram sisi Utara, Selatan, Timur dan Barat duduk berjajar berlapis menunggu buka puasa. Makin mendekati wakyu berbuka jumlahnya terus membesar mengisi pelataran halaman masjid. Enam puluh menit seebelum berbuka petugas masjid membagi takjil berisi kurma, yogurt, air mineral, makanan dan minuman ringan disatukan dalam bungkusan plastik transparan. Petugas masjid sambil berteriak mendistribusikan ke setiap orang yang duduk berjajar dan berlalu lalang.

Di luar Masjidil Haram terlihat perorangan dan keluarga dari masyarakat Makkah membagi takjil berbuka puasa. Setiap kali ada pembagian takjil di ruang publik dengan cepat dikerubutin banyak orang sehingga dalam waktu singkat takjil ludes berpindah tangan ke banyak orang yang sedang berpuasa. Berbagi takjil mempunyai nilai tinggi dalam ibadah. Ganjarannya pemberi takzil nilainya sama seperti orang berpuasa. Setiap kali mendekati berbuka puasa pemberi takzil selalu hadir di berbagai lokasi keramaian dan lokasi publik berbuka puasa sekaligus tempat salat Magrib dan Tarawih.
Di sekeliling Masjidil Haram berdiri ratusan hotel sangat berdekatan dengan Kaabah. Dalam hitungan ratusan langkah mereka yang bermalam di hotel ini sangat cepat menuju Masjidil Haram. Begitu dekatnya sehingga jika azan berkumandang kalau berjalan agak cepat tiba tepat waktu melaksanakan salat berjemaah.

Makanan

Setiap kali mendekati lima waktu salat penghuni hotel seperti dikomando keluar dari kamar-kamar hotel dan bergerombol padat di depan lift antri turun ke lantai dasar hotel. Di lantai dasar bertemu dengan tamu hotel lainnya yang mempunyai tujuan sama salat berjemaah ke Masjidil Haram. Di lantai dasar hotel terdapat gerai-gerai menjual asesoris, busana, parfum, makanan, minuman ringan, obat-obatan yang setiap waktu dapat didatangi pengunjung hotel. Selesai dari masjid saat kembali pulang bisa singgah membeli souvenir untuk pemberian kepada handai tolan jika pulang ke kampung halaman.

Saat berbuka puasa tamu umrah memesan makanan dan minuman berbuka puasa di hotel. Restoran hotel acap penuh sesak dan antre makanan memanjang berbuka puasa. Namun jika memasuki sholat Magrib tamu umrah tanpa ada komando menggelar sajadah di dalam restoran mendirikan sholat Magrib. Imam salat berada di Masjidil Haram.

Suara Imam salat terdengar sampai ke restoran hotel lewat pengeras suara, sehingga tamu umrah dapat salat Magrib berjamaah. Tidak ada tamu umrah yang duduk sambil berbuka puasa sampai makan malam jika mendengar suara azan. Begitu terdengar azan tamu umrah dan pelayan hotel salat Magrib berjemaah. Tas atau bawaan lainnya ditinggal di kursi dan meja makan tanpa ada rasa cemas akan hilang. Keamanan barang yang ditinggal salat sangat tinggi dan nyaris tidak pernah ada pencurian atau barang hilang saat berbuka puasa di hotel sekitar Masjidil Haram. Di minggu terakhir tamu umrah terus mengalir ke Makkah.

Hotel dan penginapan penuh. Mereka ke Tanah Haram karena ingin beribadah dan mendekatkan diri ke Sang Pencipta Seru Sekalian Alam. Terutama di malam ke dua puluh tujuh, malam turunnya Lailatul Qadar, jutaan Pencari Tuhan itu tidak tidur, membaca Quran dan berzikir dan iktikaf di masjid sampai menjelang Subuh. Mereka telah menyiapkan diri beribadah umroh di tempat yang jauh. Tempat nun jauh itu adalah Masjidil Haram tempat Kaabah berdiri ribuan tahun lalu sampai sekarang tiada pernah berhenti dikunjungi jutaan manusia untuk mensucikan diri dari tindakan tak terpuji. Di bulan terbaik Ramadan inilah momen mendekatkan diri bersimpuh dan memuja Tuhan sekaligus mohon ampun agar dirinya menjadi suci, fitri, sesudah melaksanakan salat Idul Fitri.

Setelah menunaikan umrah banyak yang meninggalkan Makkah pulang untuk merayakan Idul Fitri di kampung halaman. Meski banyak yang pulang meninggalkan Makkah. Tetapi jutaan manusia masih berada di Makkah merayakan Idul Fitri. Satu hari menjelang Idul Fitri tamu umrah itu masih terus melakukan umrah mengelilingi Kaabah dan menjalankan tawaf. Pada Rabu 10 April 2024 dini hari sampai Subuh Masjidil Haram seperti biasa dipadati manusia beribadah. Masjidil Haram tidak pernah tidur sepanjang dua puluh empat jam dari aktivitas beribadah di bulan Ramadan.

Selesai salat Subuh lautan manusia bergerak hilir mudik menyaksikan tibanya Idul Fitri. Ada yang kembali istirahat, ada pula merangsek ke halaman Masjidil Harapan untuk menunggu salat idul Fitri. Lautan manusia yang menunggu salat Idul Fitri tentu saja diabadikan dengan merekam video atau memvidiokan panggilan dibagikan ke keluarga atau melakukan siaran langsung situasi Masjidil Haram dan menyebarkannya ke media sosial.

Salat Idul Fitri 10 April 2024 di Makkah mulai pukul 6.30. Pelataran halaman Masjidil Haram tak sanggup menampung lautan manusia. Hotel dan mal yang ada di sekitar Masjidil Haram dipakai tempat salat Idul Fitri. Sewaktu menunggu waktu sholat tiba beberapa perempuan dan laki-laki di bawah umur berkeliling menghampiri orang-orang menunggu salat membagi kurma dan makanan ringan. Selesai salat berkumandang bertalu-talu takbir Idul Fitri.

Kumandang takbir tidak lama karena jemaah salat Idul Fitri yang memenuhi ruangan dasar hotel yang juga berfungsi sebagai gerai komersial berteriak gembira Allahuakbar, Allahuakbar dan Allahuakbar.
Selesai salat Idul Fitri tamu umrah kembali ke hotel dan penginapan untuk makan pagi. Namun ada pula yang menyaksikan lautan manusia berjalan ke sana-sini sambil bertakbir kecil. Membanjirnya lautan manusia ke Makkah tidak lain untuk beribadah. Sesudah makan pagi tidak ada acara saling mengunjungi layaknya merayakan Idul Fitri di tanah air. Ketimbang berkumpul di kamar dan penginapan, mereka melanjutkan ibadah di Masjidil Haram mengelilingi Kaabah berdoa dan memuja muji Tuhan.

Umrah di bulan Ramadan dan Lebaran di Mekkah dipenuhi kegiatan ibadah. Tidak ada aroma makanan tradisi lebaran ketupat, lontong, ketup, rendang, dan opor ayam. Makanan tradisi Lebaran Idul Fitri hanya ada di Tanah Air.

Penulis adalah Guru Besar Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

  • Bagikan