AS-Israel Negara Kanker

  • Bagikan
AS-Israel Negara Kanker

Oleh Ahmad Muda Harahap

Di saat sikap Dunia yang semakin melemah di hadapan AS, justru posisi zionisme samakin kuat, meskipun ideologi ini adalah rasialis yang anti-kemanusiaan. Didukung dengan dolar dan persenjataan dari Amerika Serikat, Israel Zionis sebenarnya adalah kanker politik bagi Dunia internasional

Sudah berlangsung tiga bulan lebih sejak serangan pertama pada 7 Oktober tahun lalu, serangan Israel terhadap Palestina masih belum berakhir, bahkan semakin membabi buta. Tagline Waspada pada Selasa (16/1) yang memberitakan bahwa tentara Israel dengan sadis membunuh wanita hamil, suatu kebrutalan yang membabi buta. Suatu yang amat nista bagi seorang manusia yang memiliki hati, untuk membunuh perempuan tak berdosa yang sedang mengandung. Semoga saja para tentara itu, tersadar dan menyesali perbuatannya.

Nasib rakyat Palestina memang selalu dirundung malang, sejak hadirnya Israel pada bulan Mei 1948 di tanah mreka. Ratusan ribu telah tewas dalam mempertahankan hak hidup di buminya sendiri yang dirampok kaum Zionis. Entah berapa ribu pula yang terpaksa jadi imigran ke berbagai pojok bumi dengan segala penderitaan yang menyertainya.

Sementara itu, negara-negara Arab dan bahkan Iran dan Turki yang sama-sama berada di kawasan itu tidak pernah serius dalam membela rakyat tertindas ini. Ironisnya lagi, dengan alasan diplomasi antar Negara, Negara-negara Islam tidak rundung malu untuk menjalin hubungan diplomasi Negara dengan Israel.

AS-Israel Kanker Politik

Joe Biden, presiden Amerika, dengan pengakuan barunya sebagai bagian dari Israel telah semakin membuyarkan harapan perdamaian antara Palestina dan Israel. Bagi Biden, apa yang bernama resolusi Dewan Keamanan PBB tentang gencatan senjata pada 27 Oktober 2023 lalu dianggap angin lalu saja. Sepertinya, PBB telah keropos jika berhadapan dengan politik jingoisme buta Amerika Serikat.

Protes dunia atas serangan brutal Israel yang biadab itu, nyaris tidak ada dampaknya bagi nasib Palestina. Sangat ironis, demokrasi Amerika telah memunculkan sikap Israel yang bringas dan tuna-kemanusiaan. Sementara, negara-negara Eropa yang telah mengakui hak kemerdekaan Palestina juga tidak mampu menekan Amerika sebagai kekuatan imperialis kesiangan agar bersikap lebih beradab dalam menjalin hubungan antarnegara.

Sikap Amerika dan Israel yang tidak pernah peduli dengan suara protes internasional, tanpaknya telah menggiring opini dunia pada suatu kondisi dan situasi yang amat mencemaskan. Dengan segala daya dan kekuatan, kedua Negara ini telah menjadi Negara kanker di kawasan Asia Barat Daya, Afrika Utara, dan Timur Tengah.

Di saat sikap Dunia yang semakin melemah di hadapan AS, justru posisi zionisme samakin kuat, meskipun ideologi ini adalah rasialis yang anti-kemanusiaan. Didukung dengan dolar dan persenjataan dari Amerika Serikat, Israel Zionis sebenarnya adalah kanker politik bagi Dunia internasional.

Negara manapun di Dunia, jika berhadapan dengan kepentingan kedua negara ini (AS-Israel), akan menjadi remuk tak berdaya diluluh lantakkan oleh sel-sel kankernya. Amerika akan secara brutal menyerang Negara yang dianggap melawan kepentingan mereka. Kita mungkin belum lupa dengan Negara Irak dengan pemimpinnya Saddam Husein, yang habis diserang oleh Amerika atas tuduhan penggunaan senjata pembunuh massal.

Adapun Turki di bawah kuasa Erdogan yang semula memberi harapan untuk turut mencerahkan kebangkitan dunia Muslim, kini telah mulai membisu dengan seribu retorikanya. Sekarang hampir tidak ada lagi sebuah Negara Muslim pun yang dapat menolong Palestina, termasuk Indonesia.

PBB Yang Keropos

Ketidakberdayaan PBB dalam menyelesaikan konflik Palestina dan Israel semakin mengomfirmasi bahwa organisasi tertinggi di dunia itu memang benar-benar menjadi keropos tidak berdaya. Apa yang dialami oleh Palestina saat ini tidak lain adalah perbuatan anarki Israel dalam geo-politik global. Namun tindakan tegas untuk menghentikan anarki itu tidak dapat dilakukan oleh PBB. Bahkan dalam konflik ini, PBB sebagai bagian dari representasi sistem internasional saat ini nampaknya semakin tidak berdaya menghadapi Israel yang dibekingi oleh AS.

Dari perspektif teori hubungan internasional, khususnya realisme, fenomena Israel dan AS ini menunjukkan bahwa jelas terjadi kondisi dimana terdapat tidak adanya otoritas tertinggi dalam komunitas politik internasional. Anarki berarti kondisi tanpa adanya aturan yang mengikat, ataupun kekacauan.

Menguatnya kembali konflik dan persaingan dalam kancah politik global, termasuk kondisi “anarki” Israel terhadap Palestina, semakin mempertegas kegagalan PBB dalam menata hubungan internasional.

Harapan dunia, kehadiran PBB menjadi wadah utama sebagai pembawa perdamaian serta peningkatkan kerjasama antar negara di berbagai aspek kehidupan. PBB yang sejatinya diharapkan sebagai organisasi internasional yang dapat berperan sebagai otoritas tertinggi dalam berbagai permasalahan di tingkat global, kini hanya menjadi bagian dari alat kepentingan negara-negara kuat dalam meraih kepentingan geopolitiknya, termasuk AS dan Negara sekutunya.

Pada akhirnya, kekuatan Israel yang didukung oleh Amerika sebagai penguasa yang ditentang oleh sebagian besar dunia Internasional, nasib Palestina semakin tidak pasti, sementara negara-negara Muslim di kawasan Asia Barat dan Afrika Utara sibuk dengan masalah domestiknya masing-masing yang berketiak ular, tidak jelas ujung-pangkalnya.

Dunia memang belum berakhir. Sekalipun percobaan peluru balistik Rusia terus saja mengancam Ukraina atau bahkan Dunia, namun harapan bagi terciptanya sebuah tatatan baru bagi umat manusia juga belum tampak. Tetapi, orang tidak boleh patah harapan. Sebab, di tengah kabut gelap manusia gila kuasa, masih saja ada manusia lain yang masih waras, tempat dunia mengadu dan bertanya.

Penulis adalah Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Tapanuli (STAITA) Padangsidimpuan.

  • Bagikan