Belajar Dari Crazy Rich Medan

  • Bagikan

Oleh Budi Agustono

Pelajaran dari Crazy Rich Medan, buang sejauhnya mimpi besar menjadi kaya raya dengan cara instan dan merugikan orang lain. Meraih sukses dan menjadi kaya harus mampu menyiasati peluang melalui proses panjang

Beberapa tahun terakhir sebutan Crazy Rich dengan cepat menyebar menjadi perbincangan hangat. Sebelumnya kata Crazy Rich tak pernah terdengar manalagi berbahasa Inggris menyulitkan memahami artinya.

Perlahan bersamaan bermunculannya orang disebut Crazy Rich yang pemberitaannya memborbardir publik membuatnya makin hari makin dekat ke telinga kelas menengah atas.

Crazy Rich artinya super kaya. Sebutan ini pertama kali dikenal dari novel Crazy Rich Asian kemudian diangkat menjadi film layar lebar. Crazy Rich Asian dapat ditonton di kanal berbayar Netflix.

Kemudian sebutan Crazy Rich kian melambung tinggi selain lantaran film juga didongkrak media sosial yang tiada hentinya memomulerkan orang super kaya di republik ini. Crazy Rich alias orang super kaya dengan keberlimpahan harta sebagian di antaranya orang muda. Usianya di bawah empat puluhan.

Di Medan, ibu kota provinsi Sumatera Utara, banyak orang berpunya kekayaannya berasal dari jabatan di pemerintahan,pengusaha, kontraktor, berbisnis, berdagang, bekerja di perkebunan negara-swasta, memiliki tanah luas, dan mengelola perkebunan (sawit dan karet) atau beroleh warisan warisan keluarga.

Mereka kaya tetapi tidak super kaya. Punya harta tapi tidak pamer terbuka di depan publik. Kaya terlihat dari kepemilikan kendaraan mewah, rumah besar (luas), dan tentu saja lokasi tempat tinggal. Dari kepemilikan ibenda tulah mereka disebut kaya.

Demikian pula dengan para pejabat tinggi daerah. Mereka menjadi kaya lantaran pososinya di pemerintahan. Jabatan mengalirkan kekayaan. Namun kekayaan pejabat pemerintahan masih tertinggal jauh dengan kekayaan pengusaha swasta.

Juga kekayaan yang diturunkan dari warisan keluarga seperti pembagian tanah keluarga. Jika tanah dijual akan menjadi kaya. Pemilik kekayaan warisan hidupnya tampak biasa-biasa saja, apalagi asetnya tak bergerak meski kaya jika tidak ada asset produktif akan menjual tanahnya guna menopang kehidupan keluarga.

Orang kaya waktu itu tidak memamerkan propertinya lantaran belum ada teknologi digital. Jika bepergian ke luar negeri sebagai pertanda orang kaya foto-fotonya hanya tersebar di kalangan keluarga dan kawan terdekat.

Sebelum masa teknologi digital informasi kekayaan tersebar dari mulut ke mulut, tapi harta dapat terlihat darin kepemilikan fisik seperti gedung, hotel, sekolah, universitas, pertokoan, bisnis, perusahaan bis antar kota antar provinsi dan sebagainya.

Jika anak keluarga kaya ke sekolah mengendarai mobil yang sedang laku di pasaran. Di tahun 1970-an hanya sedikit siswa ke sekolah bermobil. Siswa bermobil dianggap keluarga kaya.

Baru di akhir tahun 1990-an siswa berkendaraan mobil semakin meningkat. Hal sama juga di kalangan mahasiswa yang bermobil terus membesar. Siswa dan mahasiswa bermobil berasal dari keluarga kaya.

Masa lalu berbeda dengan era teknologi digital. Sebagai lanjutan dari teknologi digital jenis-jenis bisnis baru bermunculan. Berbagai aplikasi digital dalam berbisnis saling berganti bermunculan.

Sebelumnya berbisnis lebih mengandalkan cara manual-tradisional, menggunakan kalkulator, bertatap muka dan menggunakan telepon rumah (kantor). Namun sesudah teknologi digital bisnis rintisan yang digawangi kaum muda (milenial) bertaburan.

Bisnis rintisan berkembang cepat, instan dan berbasis aplikasi digital, terutama lagi setelah kehadiran media sosial instagram, tiktok dan aplikasi bisnis lainnya promosi bisnis disalurkan dan diiklankan lewat media (sosial) digital.

Kerja Keras

Bisnis rintisan dan bisnis baru lainnya dengan topangan teknologi digital membiakkan bisnis kaum muda (milineal). Melalui aplikasi teknologi digital tanpa perlu kantor mewah dan luas mereka menjalankan bisnis dari rumah dan menjalankan kerja bersama di tempat kerja yang sama (coworking space) mereka mengelola bisnis melampau jarak geografis kecamatan, kabupatan, provinsi dan negara.

Mereka ini tidak saja mempromosikan produk-produk bisnisnya di media sosial, juga selalu memberi tips dan peluang bisnis mendapatkan penghasilan dari maksimalisasi teknologi digital.

Digitalisasi aplikasi ragam bisnis menghasilkan kaum muda (milenial) kaya baru. Dalam usia muda mereka menjadi kaya. Di Jakarta, Surabaya, Semarang, Bandung dan sebagainya bermunculan kaum muda (milenial) kaya dengan mobil mewah, rumah besar, dan tentu saja berlibur ke luar negeri.

Karena cepat meraih keuntungan berbisnis mereka acap memamer jerih payahnya dengan mengendarai mobil mewah, keluar masuk mal, dan nongkrong di tempat-tempat bergengsi. Mereka mencari lokasi nongkrong mahal untuk menaikkan gengsi sosialnya.

Berbeda kaum muda (millennial) kaya baru bekerja keras melipatgandakan penghasilan, orang muda yang mulanya biasa-biasa saja tiba-tiba bagaikan meteor tanpa melalui proses waktu panjang berubah menjadi super kaya (crazy rich).

Tidak ada terendus rekam jejak Crazy Rich menjalankan bisnis dalam jagad perbisnisan. Yang terekam sebelum bertukar diri menjadi super kaya pekerjaannya biasa-biasa alias datar yang tak memerlihatkan cepat mengalirkan kekayaan.

Namun demikian sebagai Crazy Rich menguasai teknologi digital bertujuan memasarkan dan memomulerkan dirinya di hadapan jutaan warga dunia maya. Ini dilakukan guna mencari pengikut-pengikut baru untuk dipengaruhi, ditiru, dan dihipnotis agar mengikuti jejaknya menjadi super kaya.

Beberapa tahun belakangan bersahut-sahutan hadir orang muda super kaya dari berbagai daerah sepert Crazy Rich dari Malang, Jakarta dan Medan. Orang super kaya, Crazy Rich di Medan, Indra Kenz tiba-tiba mencorong ke publik lantaran kegiatan bisnisnya, meskipun tak meninggalkan jenis berbinis besar di kota tempat kelahirannya.

Sebelumnya mengaku pernah pengamen, peserta audisi perlombaan, dan pemengaruh. Sebagai pemengaruh lelaki bersuia 25 tahun ini menyihir warga jagad maya bergabung ke bisnis investasi trading Binomo.

Mendadak sontak Indra Kenzs menjadi orang muda super kaya dari Medan. Popularitasnya menjulang tinggi dan karir bisnisnya secara ajaib melesatkan dirinya menjadi orang muda super kaya.

Sebagai penanda kesuksesan berpenghasilan besar ia pamer mobil miliaran rumah mewah, busana dan tas bermerk dunia papan atas, gaya hidup ekstravagan, menabur uang dan sebagainya.

Mulanya publik terkesima atas harta orang super kaya ini. Namun kekayaan yang sumbernya tidak wajar membuat kepolisian mengendus orang superkaya Medan ini. Ternyata kekayaannya bersumber dari investasi trading bodong Binomo.

Dari sinilah tuan besar Medan ini menambang kekayaannya dengan menjerat dan menipu orang banyak. Korban berjatuhan dengan kerugian milyaran. Crazy Rich dari Medan ditangkap dan ditahan kepolisian.

Saat ini orientasi masyarakat sangat pragmatis, hedonistik dan berperilaku ingin cepat kaya. Konsumerisme dan kenikmatan sesaat merajalela dan kian tak terkendali. Pamer kekayaan dari kalangan sosialita, artis dan sebagainya terus dipompa dalam berbagai kanal media konvensional dan daring yang dipola menjadi pegangan hidup masyarakat.

Ditambah lagi Crazy Rich pamer kekayaan semakin membuat masyarakat bermimpi cepat menjadi kaya dengan menempuh berbagai cara ilegal asal lekas menjadi kaya.

Dapat dimaklumi jika ada tawaran atau pengaruh godaan bisnis digital yang mendatangkan uang berlipat dengan kilat bagaikan orang kalap menginjeksi modalnya guna meraup keuntungan besar.

Setelah terhipnotis menginjeksi modal besar di tengah jalan sesudah dibongkar kepolisian barulah diketahui kalau itu bisnis investasi trading tipu menipu. Masyarakat bukannya untung tapi malah buntung karena rendahnya literasi pengetahuan dan informasi bisnis keuangan.

Pelajaran dari Crazy Rich Medan, buang sejauhnya mimpi besar menjadi kaya raya dengan cara instan dan merugikan orang lain. Meraih sukses dan menjadi kaya harus mampu menyiasati peluang melalui proses panjang, merawat kepercayaan, berliku, menghadapi risiko, membangun jejaring, dan kerja keras.

Penulis adalah Guru Besar Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

  • Bagikan