Fenomena Sarjana Pengangguran Di Indonesia

  • Bagikan
<strong>Fenomena Sarjana Pengangguran Di Indonesia</strong>

Oleh Muhammad Iqbal, M.Pd

Makna kesenjangan dalam penjelasan tersebut yaitu lulusan yang dihasilkan perguruan tinggi tidak sesuai dengan yang dibutuhkan pengguna kerja, Alhasil mereka harus bersabar dalam mendapatkan pekerjaan. Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih, ternyata hal tersebut juga memberikan dampak terhadap peningkatan jumlah sarjana pengangguran di tanah air

Fenomena Sarjana Pengangguran Di Indonesia. Pengangguran merupakan permasalahan yang kerap terjadi di negara berkembang dengan jumlah penduduk yang padat, seperti Indonesia.

Pengangguran yang terjadi di Indonesia dan berbagai negara lain umumnya disebabkan karena jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia belum mampu memenuhi tenaga kerja yang ada.

Sehingga kesempatan memperoleh pekerjaan menjadi terbatas yang menyebabkan pengangguran terus bertambah.

Mengacu data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS), pada Februari 2022 tingkat pengangguran di Indonesia tercatat sebesar 5,83 persen dari total penduduk usia kerja sejumlah 208,54 juta orang. Meski terjadi penurunan, BPS menegaskan, tingkat pengangguran masih lebih tinggi dari kondisi sebelum pandemi.

Dilansir dari laman republika.id kondisi Ini menunjukkan bahwa situasi pasar tenaga kerja di Indonesia belum dapat dikatakan sepenuhnya pulih. Yang lebih parahnya lagi, tingkat pengangguran tertinggi berasal dari kalangan berpendidikan tinggi. Dilansir dari laman kompas.com Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) mengatakan tingkat pengangguran terbuka (TPT) saat ini banyak berasal dari jenjang pendidikan tinggi.

Hal itu bisa dilihat dari persentase penyerapan penduduk usia kerja yang terdiri dari, lulusan SD sebanyak 37,41 persen, lulusan SMP dan SMA sebanyak 37,34 persen, lulusan SMK 12 persen, dan lulusan pendidikan tinggi setingkat universitas dan diploma sebanyak 12 persen.  Data tersebut menunjukkan betapa rendahnya serapan penduduk usia kerja yang berasal dari lulusan pendidikan tinggi.

Fenomena Sarjana Pengangguran

Zaman dahulu menjadi sarjana merupakan kebanggaan tersendiri bagi setiap orang. Pasalnya jumlah sarjana sangat terbatas, sehingga kesempatan bekerja pun terbuka luas. Tidak ada istilah persaingan, semua sarjana pasti dengan mudah mendapatkan pekerjaan layak dengan pendapatan yang sangat memuaskan.

Namun sekarang kondisinya berubah. Menjadi sarjana tidak lagi menjadi suatu kebanggaan, bahkan hal itu telah menjadi sesuatu yang lumrah. Dikarenakan jumlah sarjana yang terus mengalami peningkatan. Dilansir dari laman lokadata.id Persentase penduduk yang menyelesaikan pendidikan Srata 1 (sarjana) hingga Strata 3 (doktoral) pada 2021 naik 2,2 kali lipat dibandingkan kondisi 10 tahun sebelumnya. Dimana hanya sebagian dari mereka yang mendapatkan pekerjaan, sebagian lainnya harus rela menjadi sarjana pengangguran.

Munculnya sarjana pengangguran di negara ini tidak terlepas dari beberapa faktor di antaranya jumlah lapangan pekerjaan yang terbatas, ketidaksesuaian antara skill yang dimiliki dengan kesempatan pekerjaan yang tersedia, kebiasaan memilih-milih pekerjaan tertentu. Selain itu berdasarkan  penelitian yang dilakukan oleh McKinsey, Unesco, dan ILO pada 2008 diperoleh hasil adanya kesenjangan antara sistem pendidikan dengan dunia kerja di Indonesia.

Makna kesenjangan dalam penjelasan tersebut yaitu lulusan yang dihasilkan perguruan tinggi tidak sesuai dengan yang dibutuhkan pengguna kerja, Alhasil mereka harus bersabar dalam mendapatkan pekerjaan. Selain berbagai faktor tersebut. Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih, ternyata hal tersebut juga memberikan dampak terhadap peningkatan jumlah sarjana pengangguran di tanah air.

Sebab suatu pekerjaan yang biasanya dilakukan oleh tangan manusia, sekarang sudah mengalami otomatisasi melalui pemanfaatan berbagai teknologi canggih. Selain proses yang cepat, hasil pekerjaannya pun jauh lebih berkualitas. Sehingga hampir sebagian besar industri atau lembaga lebih mengutamakan pemanfaatan teknologi tersebut daripada jasa manusia.

Tentu fenomena sarjana pengangguran ini tidak boleh terus dibiarkan, keberadaan sarjana pengangguran harus segera diatasi. Untuk itu Berbagai upaya mesti dilakukan agar jumlah sarjana pengangguran di tanah air semakin berkurang.

Mengatasi Sarjana Pengangguran

Dalam mengatasi tingginya jumlah sarjana pengangguran yang terdapat di Indonesia ini, ada beberapa upaya yang dapat dilakukan diantaranya, Pertama, menciptakan pendidikan yang mengutamakan peningkatan life skill daripada hal-hal yang bersifat teori. Sebab selama ini proses pembelajaran yang berlangsung dalam dunia pendidikan kita hari ini, selalu lebih mengutamakan terhadap hal-hal yang bersifat teori daripada life skill.

Padahal dalam dunia pekerjaan yang paling dilihat adalah skill atau kemampuan seseorang, bagi mereka yang memiliki kemampuan yang baik pasti akan mudah untuk mendapatkan pekerjaan yang layak, begitu juga sebaliknya.

Kedua, menjalin kerjasama antara institusi pendidikan dengan berbagai lembaga industri atau lembaga tempat bekerja. Langkah ini merupakan upaya link and match antara institusi pendidikan sebagai tempat memproduksi pekerja dan lembaga industri sebagai tempat bekerja. Upaya ini juga akan meminimalisir terjadinya ketidaksesuaian antara kemampuan yang dimiliki seseorang dengan pekerjaan yang tersedia. Oleh karenanya langkah kedua ini sangat penting untuk dilakukan.

Ketiga, menumbuhkan kesadaran setiap lulusan untuk selalu meningkatkan kemampuannya sebelum masuk kedalam dunia kerja. Sebab seberapa banyak usaha yang dilakukan oleh perguruan tinggi. Namun dari dalam diri seseorang tidak ada kesadaran untuk meningkatkan kemampuannya maka usaha tersebut tidak ada nilainya. Sebab yang menentukan seseorang berhasil atau tidak adalah dirinya sendiri. Karenanya sangat penting bagi setiap orang untuk menumbuhkan semangat dalam dirinya masing-masing untuk terus meningkatkan kapasitasnya sebelum masuk ke dalam dunia kerja.

Demikianlah beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk menekan jumlah sarjana pengangguran di Indonesia. Semoga dengan upaya-upaya tersebut kembali menyadarkan mereka untuk bangkit dari keterpurukan, bahkan diharapkan tidak sekedar mendapatkan pekerjaan, dari tangan mereka dapat tercipta berbagai lapangan pekerjaan baru. Sehingga persoalan pengangguran yang dihadapi bangsa ini, perlahan dapat segera terselesaikan. Semoga

Penulis adalah Guru SMP IT Al Kahfi, Pegiat Literasi FLP Sumbar

  • Bagikan