Pentingkah Jalan Tol Aceh?

  • Bagikan
<strong>Pentingkah Jalan Tol Aceh?</strong><strong></strong>

Oleh Dr Ir Dandi Bachtiar, M.Sc.

Jalan tol bukan saja menjadi sekedar sarana perlintasan pengendara, namun malah menjadi sasaran utama para pelintas. Artinya masyarakat secara khusus melintasi tol sebagai objek tujuan parawisata itu sendiri

Jalan tol Aceh sudah terbangun. Meski belum selesai seluruhnya, namun sebagian ruas tol yang telah terbangun sudah dapat dinikmati oleh masyarakat Aceh. Ruas tol Sibanceh (Sigli – Banda Aceh) sudah dimulai pengerjaannya sejak 2019 yang meliputi 6 (enam) seksi. Seksi 1 (Padangtiji – Seulimeum), seksi 2 (Seulimeum – Jantho), seksi 3 (Jantho – Indrapuri), seksi 4 (Indrapuri – Blang Bintang), seksi 5 (Blang Bintang – Kutabaro) dan terakhir seksi 6 (Kutabaro – Simpang Baitussalam).

Saat ini masyarakat Aceh sudah dapat mencicipi jalur Blang Bintang sampai Seulimeum sejauh 36 km yang telah terhampar di lintasan tol Sibanceh. Direncanakan tol Aceh yang membentang dari Banda Aceh hingga kota Medan menjadi urat nadi utama transportasi darat Aceh. Walau itu masih belum terwujud, setidaknya progress Sibanceh yang mengawali proses pembangunan tol Aceh telah membuka peluang dan harapan besar akan terwujudnya tol Aceh. Yang lebih utama lagi, tol Aceh akan menjadi bagian dari jalur tol Sumatera yang menghubungkan semua kota-kota besar di lintasan Pulau Sumatera. Sebuah cita-cita besar yang sudah tergaung lama sejak zaman Orba dulu.

Memang bukan hal yang mudah untuk mewujudkan perhubungan darat yang modern lewat tol di Sumatera ini. Kita masih ingat bagaimana perjuangan para pihak yang berkepentingan akan ide pembangunan tol Sumatera. Berbagai gagasan dan strategi dijalankan untuk dapat mewujudkan cita-cita besar itu. Namun kebanyakan terjebak dengan berbagai rintangan dan kendala. Yang bahkan sampai kini pun masih tetap menghadang. Terutama dalam segi finansial atau pendanaan.

Kini setidaknya cita-cita besar itu sudah menampakkan wujudnya. Dan sebagian sudah mulai dinikmati oleh masyarakat Sumatera. Seperti salah satunya jalan tol Lampung-Palembang sejauh 371,5 km. Jika dulu jalur darat Lampung-Palembang perlu ditempuh dalam 10 sampai 12 jam, maka kini lewat jalan tol bahkan hanya butuh waktu 3 atau 4 jam saja. Sebuah penghematan waktu yang sangat signifikan.

Dampaknya pun luar biasa. Masyarakat Palembang semakin nyaman untuk bepergian ke wilayah Lampung, untuk berwisata misalnya. Kawasan wisata pantai Lampung menjadi tujuan favorit bagi masyarakat Sumsel. Kawasan pantai di Lampung Selatan memang menawarkan destinasi wisata yang menarik. Akses yang semakin mudah, cepat dan nyaman ke tempat-tempat tersebut telah memicu pertumbuhan ekonomi kawasan wisata di sana. Efek ganda bahkan tripel ekonomi semakin dinikmati oleh masyarakat Lampung dan sekitarnya. Hal inilah yang menjadi salahsatu tujuan terbangunnya jalan tol di sebuah kawasan. Terbinanya pertumbuhan ekonomi positif di kalangan masyarakat kawasan.

Tak dapat dipungkiri dampak positif yang dihasilkan oleh terbangunnya infrastruktur jalan tol di suatu kawasan. Hal ini sudah terbukti nyata dalam implementasi jalan tol di semua kawasan di Sumatera. Melihat dampak yang signifikan ini tentunya harapan besar yang sama disandarkan pada kebangunan jalan tol Aceh. Kita tentu sangat berharap ekonomi kawasan Aceh dapat tumbuh kuat dan mendorong perekonomian masyarakat Aceh secara signifikan pula. Jalan tol menjadi sarana penting yang membuka peluang-peluang besar dari potensi Aceh untuk menjadi pusat pertumbuhan ekonomi yang kuat dan menjadi tulang punggung kemajuan Aceh.

Akses jalan tol Aceh akan membuka jalur distribusi barang dan jasa baik keluar maupun masuk ke wilayah Aceh. Produk-produk andalan hasil wilayah ini dapat disalurkan dengan lebih mudah, cepat dan aman ke pasar di luar Aceh. Sehingga memberi nilai tambah bagi pendapatan dan kesejahteraan masyarakat Aceh. Jalan tol juga membuka akses masuk para wisatawan luar daerah untuk menuju destinasi wisata dalam wilayah Aceh.

Sepanjang kabupaten Aceh terhampar destinasi wisata yang beragam dan menarik. Mulai dari Aceh Timur, Aceh Utara, Bireun, Pidie, Takengon, Aceh Besar sampai Banda Aceh, serta terus ke Aceh Barat dan pesisir Barat-Selatan. Setidaknya dengan adanya jalur tol utama Aceh yang membelah wilayah Aceh ini, akan membuka akses lebih mudah ke dalam wilayah-wilayah tujuan wisata yang selama ini agak sukar dimasuki jika belum ada jalan tol.

Untuk itu perlu dirancang dari sekarang di saat pembangunan jalan tol sedang dikerjakan, secara paralel pembangunan semua kemungkinan pusat pertumbuhan ekonomi. Seperti pusat-pusat pertumbuhan ekonomi kawasan, perkebunan, hasil pertanian, peternakan, serta juga kawasan destinasi wisata baru. Pihak pemerintah Aceh sudah selayaknya memikirkan program apa saja yang dapat memanfaatkan efek berantai atas kehadiran jalan tol Aceh yang sudah muncul di depan mata ini.

Pihak swasta pun bisa mulai tergerak dan memikirkan peluang investasi apa saja yang memungkinkan untuk ditumbuhkan. Kita bisa saksikan sendiri di kiri kanan jalan tol terhampar lahan kosong yang belum dimanfaatkan. Perlu pemikiran yang cerdas dan jitu untuk memanfaatkan lahan-lahan kosong tersebut sebagai pusat produksi pertanian yang bernilai ekonomi. Pencanangan ide dan gagasan ini sudah harus dimulai sedari sekarang,  di saat pembangunan jalan tol sudah mulai berjalan. Begitu selesai keseluruhan jalan tol dan pengoperasiannya, geliat ekonomi pun dapat segera hidup dari rangkaian aktifitas produksi lahan-lahan yang termanfaatkan tersebut.

Bisnis rest area juga patut dipikirkan untuk dikembangkan. Beberapa wilayah lahan yang dilalui oleh jalan tol Sibanceh menampilkan view yang sangat indah dan menarik. Dengan lanskap gunung Seulawah indah menjulang diselimuti dengan panorama perbukitan kawasan Aceh Besar yang begitu indah menjadi tempat yang sangat sesuai untuk menikmati keindahan alam. Jika dapat dibangun rest area ataupun tempat persinggahan yang layak dan nyaman, tentu menjadi target kunjungan yang sangat menjanjikan bagi para pelintas jalan tol Sibanceh.

Rest area bisa disulap menjadi destinasi wisata lokal yang baru dan menarik. Dengan hidangan masakan kuliner Aceh yang khas dan menggiurkan tentu akan menjadi daya tarik tersendiri bagi para pelintas jalan tol. Sehingga jalan tol bukan saja menjadi sekedar sarana perlintasan pengendara, namun malah menjadi sasaran utama para pelintas. Artinya masyarakat secara khusus melintasi tol sebagai objek tujuan parawisata itu sendiri. Menikmati perjalanan di jalan tol dan sekaligus menikmati rest area kuliner khas yang ditawarkan oleh pengelola jalan tol itu sendiri.

Dan kadar pentingnya kehadiran tol Aceh di sepanjang wilayah Aceh menjadi semakin nyata dan tinggi nilainya. Untuk itu perlu dukungan sepenuhnya dari semua lapisan masyarakat, golongan dan kalangan yang berkepentingan di Aceh untuk bersama-sama memusatkan perhatian bagi pemanfaatan yang optimal akan kehadiran jalan tol di Aceh. Fungsi jalan tol semakin bertambah beragam, yang tadinya untuk mengurai kemacatan di jalan arteri, mengurangi beban jalan nasional yang ada, mempercepat akses ke wilayah antar kota, mendorong arus barang yang bernilai ekonomi, kini bertambah menjadi sasaran destinasi wisata yang baru.

Sehingga jika semua fungsi pembangunan jalan tol Aceh dapat memenuhi semua sasaran yang disebut di atas, tak perlu lagi ada pertanyaan Pentingkah jalan tol Aceh dibangun? Kita sudah dapat menjawabnya dengan gamblang.

Penulis adalah Dosen Jurusan Teknik Mesin dan Industri – USK.

  • Bagikan