Tiga Kekuatan Pribadi

Oleh M Ridwan Lubis

  • Bagikan
<strong>Tiga Kekuatan Pribadi</strong><strong></strong>

Ketika hendak melakukan pilihan maka sebaiknya didasari pertimbangan kearifan sehingga melahirkan kebijakan yang positif. Semakin besar sebuah langkah keputusan yang diambil tentu saja semakin luas cakupan pilihan yang merupakan rangkaian dari alternatif sebuah kebijakan. Karena sebuah pilihan tidak selamanya dapat mengandalkan situasi yang serba kebetulan

Kekuatan Pribadi adalah merupakan modal penting bagi seorang manusia. Tanpa kekuatan pribadi maka tentu saja seseorang kesulitan mencari tempat dalam perjalanan kehidupan. Menurut Ibrahim El Fiky dalam Terafi Berpikir Positif, ketiga kekuatan itu adalah keputusan, pilihan dan tanggung jawab.

Ketiga modal kekuatan tersebut berada pada posisi siklus yaitu yang satu mempengaruhi yang lain. Keputusan mempengaruhi pilihan dan pilihan kemudian mempengaruhi tanggung jawab. Langkah pertama untuk membangun sebuah kekuatan adalah keberanian seseorang untuk mengambil sebuah keputusan setelah melalui berbagai pertimbangan untung-rugi, positif-negatif dan plus-minusnya.

Hal itu menunjukkan bahwa tidak ada sesuatu keputusan yang semata-mata menguntungkan semua karena adanya berbagai faktor yang terkait dengannya. Karena itu, melalui keputusan yang diambil maka pertimbangan utama adalah mempertimbangkan sesuatu keputusan yang lebih banyak kebaikan daripada keburukannya.

Karena melalui pertimbangan tersebut maka seseorang yang mengambil keputusan tidak mengambil jalan yang lebih dominan dampak negatif kepada dirinya. Manusia sesungguhnya tidak perlu terlalu dalam dan lama memutuskan sesuatu yang akan dihadapinya karena pertimbangan yang terlali rumit justru akan tenggelam dalam keraguan mengambul sebuah keputusan. Karena itu, sebuah keputusan diambil dengan pertimbangan pada waktu yang tepat, suasana kejiwaan yang lapang serta didasari pertimbangan terhadap peluang dukungan sikap optimis.

Keputusan yang diambil seseorang terutama yang memperoleh amanah dari masyarakatnya hendaklah tidak melepaskan diri dari pandangan yang positif kepada lingkungan sekitar. Karena dengan demikian, sebuah keputusan yang diambil sama sekali didasari motivasi untuk mendatangkan kerugian kepada orang lain. Kalaupun muncul kerugian kepada orang lain akan tetapi hal itu muncul dari akibat sampingan yang tidak disengaja.

Misalnya seseorang yang memutuskan untuk mengambil alih sebuah tanggung jawab kemungkinan halk tersebut berdampak hilang atau tertundanya kesempatan bagi orang lain untuk melakukan hal yang sama. Akan tetapi sepanjang motivasinya didasarkan kepada niat baik maka hal tersebut tidak perlu menjadi bahan pemikiran.

Setelah dilakukan pengambilan sebuah keputusan maka keputusan tersebut bersumber dari pilihan dari berbagai kemungkinan baik karena pertimbangan situasi maupun kondisi serta berbagai faktor pendukungnya. Dalam perjalanan hidup selalu tersedia berbagai alternatif yang dijadikan sebagai dasar mengambil sebuah keputusan.

Kekuatan sebuah pilihan didahului oleh berbagai pertimbangan yang matang sehingga kalaupun yang muncul adalah akibat yang sifatnya negatif akan tetapi dampaknya tidak merembet kepada ruang lingkup yang luas dengan pengertian dapat dipersempit dampak yang muncul kemudian.

Dalam pada itulah, ketika hendak melakukan pilihan maka sebaiknya didasari pertimbangan kearifan sehingga melahirkan kebijakan yang positif. Semakin besar sebuah langkah keputusan yang diambil tentu saja semakin luas cakupan pilihan yang merupakan rangkaian dari alternatif sebuah kebijakan. Karena sebuah pilihan tidak selamanya dapat mengandalkan situasi yang serba kebetulan.

Dilihat dari pertimbangan rasionalitas dalam kehidupan tidak dipastikan terjadinya hukum sebab-akibat. Karena penentu terhadap nilai akhir sebuah keputusan bukanlah di tangan manusia akan tetapi Allah SWT. Manusia memang dianugerahi Allah potensi usaha (al kasb) dan pilihan (al ikhtiyar) akan tetapi keduanya tidak merupakan keputusan yang absolut.

Karena terbukti bahwa setiap seseorang melakukan usaha dan menetapkan pilihan pada akhirnya harus ditutup dengan sebuah kesimpulan yang disebut tawakkal. Karena melalui tawakkal menjadi indikator seseorang menjadi orang yang tahu diri sehingga mampu mengukur kemampuannya. Dalam proses melakukan tawakkal itulah seorang manusia akan menjemput taqdir yaitu keputusan dari Allah SWT.

Setelah melalui proses keputusan dan pilihan, yang terakhir adalah keberanian seseorang pribadi untuk mengambil sepenuhnya sebuah tanggung jawab atas keberhasilan atau kegagalan sebuah gagasan. Sebenarnya apabila dipelajari secara cermat tidak ada keputusan dan pilihan yang tidak berhasil. Bisa jadi keberhasilan itu diperoleh dengan segera, ditunda atau gagal.

Dalam pandangan agama setiap taqdir yang datang kepada manusia itu semuanya adalah bentuk keberhasilan akan tetapi makna keberhasilan itu bukan dalam konteks pemikiran manusia akan tetapi dalam skenario ketuhanan. Karena Allah menyatakan bahwa ciri manusia yang arif dan bijak, ketika selesai melakukan sebuah agenda kehidupan supaya segera mengingat (zikr) dan berpikir (tafakkur) dan selanjutnya menutup rangkaian proses kegiatan dengan sebuah pernyataan sikap: Ya Tuhan kami, tidak ada yang Engkau jadikan sia-sia, Mahasuci Engkau maka peliharalah kami dari siksa Neraka (Q.S. Ali Imran [3[: 191).

Hal itulah yang dimaksudkan sebagai wujud dari tanggung jawab sebagai rangkaian penutup dari keputusan dan pilihan. Oleh karena itu, dilihat dari sudut filosofi ketuhanan tidak selayaknya manusia memilih sikap apatis dalam menjalani seluruh rangkaian kehidupan.

Penulis adalah Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Inflasi Jangan Cuma Jadi Basa-Basi

Oleh Rizka Nurlina Damanik, M.Pd

Meskipun ringan bukan berarti tidak bisa menjadi parah. Apabila kita cermati hasil inflasi tahunan pada bulan Oktober 2022, memang masih jauh dari kata hiperinflasi. Hiperinflasi pada ilmu ekonomi diartikan sebagai inflasi yang tidak bisa terkendali, dimana keadaan harga-harga barang mengalami kenaikan begitu cepat dan nilai uang mengalami penurunan secara drastis

Setiap kehidupan di dunia ini pasti menyimpan maksud yang baik. Termasuk situasi sulit yang sekarang kian dirasakan masyarakat. Ya sebuah situasi yang mau tak mau harus dihadapi. Perekonomian rakyat yang semakin krisis. Harga bahan pokok serba naik tanpa peduli hati ibu-ibu bisa menangis.

Rakyat tak ada ubahnya seperti pegulat yang harus terlatih kuat mengangkat banyak beban. Seolah seperti pendengar yang setia dan baik, nyatanya kita hanya bisa mendengar di televisi bahwa rakyat itu harus pandai berhemat. Kuat dan Hemat. Untuk saat ini rakyat bagaikan sedang mendalami peran seorang tokoh yang kuat dan hemat.

Sebuah prestasi yang membanggakan, ini artinya rakyat dipercayai oleh pemerintah kalau rakyat itu sebenarnya kuat-kuat dan hemat-hemat. Padahal sudah seyogianya perekonomian bisa sehat, jika pemerintah bisa merakyat. Perekonomian bisa tumbuh kuat, jika rakyatnya mau hidup sehat.

Pada kenyataanya kita tidak bisa berharap banyak seluruh keluhan kita didengarkan oleh para petinggi negara sebab mereka yang terpilih sebagai pekerja itu yang menduduki lantai perekonomian. Namun bukan berarti hidup ini tidak adil. Tenanglah. Adakalanya orang-orang yang hari ini diremehkan bisa suatu masa menjadi orang yang paling dicari semua orang. Akan tetapi ada satu hal yang perlu kita ingat.

Belajarlah dari rasa sakit yang kita alami. Sebagai orang yang memiliki hati nurani untuk tidak memberikan rasa sakit yang kita alami itu sebagai wujud pembalasan. Jadilah kuat pada hal-hal yang sering membuat kita menyerah. Jadilah Tangguh pada semua masalah yang membuat kita menjadi rapuh. Jadilah orang yang selalu optimis meski kenyataan hidup sering kali membuat kita menangis.

Dunia ini memang tempatnya panggung sandiwara. Tenanglah. Bukan hanya kita yang saat ini sedang bersandiwara memainkan peran seorang tokoh yang kuat dan hemat. Ada banyak manusia-manusia lainnya yang sedang mendalami perannya. Sebagai contoh seorang yang memainkan peran seorang manusia yang baik dihadapan orang sekitarnya padahal sebenarnya mempunyai hati yang licik.

Sebagai contoh untuk menggambarkan kehidupan yang saat ini kita hadapi, saya akan memberikan ilustrasi. Mari sejenak kita bayangkan seandainya kita hidup di hutan rimba. Segala jenis binatang ada disana. Analoginya ada si singa ganas yang kapan pun siap memangsa mangsanya ketika sudah lapar. Ada si ular berbisa yang siap mematikan mangsanya ketika bisa itu sudah masuk.

Ada si kelinci pintar dan bijak yang mampu menyelamatkan teman-temannya di hutan. Belajar dari secangkir kopi, bahwa kopi tidak pernah berdusta soal rasa. Jika kita renungi soal kehidupan ini, bukan tidak pernah rakyat itu jujur. Justru terlalu jujur pun. Lihat saja harga barang pokok naik, kelompok masyarakat miskin apa masih sanggup untuk membeli kebutuhan hidup?

Boro-boro memikirkan lauk makan, sekadar untuk bertahan hidup di kondisi yang sangat sulit ini saja sudah sakitnya luar biasa. Mirisnya masih ada juga kita temui orang-orang kaya yang tidak mau menolong orang miskin. Makan di restoran tidak habis. Ada banyak sisa makanan yang terbuang sedangkan diluaran sana masih banyak orang-orang miskin yang makan pakai nasi dicampur garam dan yang sedihnya masyarakat yang tak mampu beli beras harus memakan nasi aking.

Dilansir dari sebuah situs berita online liputan6.com melaporkan kepiluan dirasakan masyarakat Desa Karang Patihan, Jawa Timur, yang Sebagian warganya rela makan nasi tiwul atau nasi yang sudah basi diolah kembali untuk makan. Nyatanya kenaikan harga bahan pokok maupun harga bahan bakar minyak menyulitkan kehidupan rakyat miskin. Jika sudah seperti ini apa kami masih dituntut menjadi orang yang kuat dan hemat lagi bapak?

Bukan masyarakat tidak memiliki telinga untuk mendengar. Ya rakyat mendengar kenaikan harga barang  yang terus menerus akan membuat terjadinya inflasi. Ini sebuah pemberitaan yang dikabarkan kepada rakyat bukan untuk basa-basi. Ini sebuah kabar yang menuntut adanya aksi dan solusi.

Inflasi membutuhkan solusi. Dampak inflasi yang tidak bisa dikendalikan akan membuat masalah menjadi lebih besar terutama dalam perekonomian negara itu sendiri. Harga barang atau jasa yang ditawarkan akan memicu produsen untuk menimbung barang yang dibutuhkan sehingga harga barang yang dijual di pasar menjadi semakin tinggi. Dampak inflasi bukan main-main. Siapa yang mau harga barang maupun jasa mengalami kenaikan terus menerus?

Inflasi sangat rentan pengaruhnya terhadap kelompok masyarakat miskin. Badan Pusat Statistik telah mencatat jumlah penduduk miskin pada bulan Maret 2022 mencapai 26,16 juta orang. 26,16 bukanlah angka yang sedikit, mengingat situasi kemiskinan yang terjadi selama pandemi bisa terus mengalami peningkatan. Terlebih lagi virus Covid-19 yang tak kunjung pulang kampung dari Indonesia.

Rakyat tak ada ubahnya bagaikan seorang pengendara yang sedang melakukan perjalanan sulit sehingga dituntut untuk mengencangkan ikat pinggang. Jumlah penduduk miskin sangat berpeluang untuk bertambah, mengingat pendapatan masyarakat mengalami penurunan hingga yang paling terparahnya masyarakat banyak yang kehilangan pekerjaan di masa pandemi. Selain dipicu dari pendapatan masyarakat, harga bahan pokok yang naik berdampak pada peningkatan jumlah masyarakat miskin.

Jika harga bahan pokok terus naik dalam waktu yang cukup lama, ini akan membuat permintaan suatu barang maupun jasa di pasar akan mengalami kenaikan secara terus menerus. Sebagaimana ketentuan hukum pada fungsi permintaan, dimana jika harga produk yang ditawarkan murah maka permintaan produk akan meningkat. Begitu juga sebaliknya, jika harga produk yang ditawarkan mahal maka permintaan produk akan mengalami penurunan.

Permasalahannya sekarang sudahkah seluruh lapisan masyarakat terutama kelompok masyarakat miskin dibantu terbebas dari jeratan kemiskinan? Situasi yang seperti ini, jika dibiarkan terus-menerus, negara kita akan dinilai sebagai negara yang tak mampu menjaga keseimbangan pasar.

Sebagaimana konsep dari keseimbangan pasar itu sendiri, dimana keseimbangan pasar terjadi apabila ada kesamaan antara harga suatu barang atau jasa yang ditawarkan oleh pelaku produsen dengan produk yang diminta oleh konsumen. Jika keseimbangan pasar tercapai maka semua harga akan stabil. Ketercapaian keseimbangan pasar sangatlah penting sebab tanpa keseimbangan pasar maka harga cenderung tidak stabil.

Indonesia masih belum bisa bernafas lega, meskipun hasil inflasi tahunan (year on yearly/yoy) pada bulan Oktober mengalami penurunan. Bedasarkan data statistik dari Bank Indonesia pada bulan Oktober 2022, tercatat inflasi tahunan sebesar 5,71 persen, turun dari bulan September  sebesar 5,95 persen. Meskipun mengalami penurunan, angka 5,71 masih tergolong inflasi.

Jika diinterpretasikan berdasarkan parah tidaknya inflasi, angka 5,71 persen masih tergolong inflasi ringan sebab di bawah 10% (single digit). Meskipun ringan bukan berarti tidak bisa menjadi parah. Apabila kita cermati hasil inflasi tahunan pada bulan Oktober 2022, memang masih jauh dari kata hiperinflasi. Hiperinflasi pada ilmu ekonomi diartikan sebagai inflasi yang tidak bisa terkendali, dimana keadaan harga-harga barang mengalami kenaikan begitu cepat dan nilai uang mengalami penurunan secara drastis.

Inflasi digolongkan telah mengalami hiperinflasi jika besar suatu inflasi sudah di atas 100%. Kondisi yang tepat untuk menggambarkan ini ialah nilai rupiah keok dan rakyat makin terseok-seok. Saat ini yang diperlukan ialah menjaga kestabilan perekonomian negara sebab kecolongan sedikit saja, bisa saja Indonesia mengulang masa kelam saat inflasi terjadi pada tahun 1966. Sejenak kita mengingat masa-masa sulit pada tahun 1966, dimana laju inflasi sebesar 653,3%.

Saat itu bisa dikatakan Indonesia dihajar habis-habisan dengan kondisi perekonomian yang memburuk. Mari sejenak kita intropeksi dan beraksi agar masa kelam ini tidak kembali kita hadapi. Untuk itu perlunya kita semua dan petinggi negara terutama yang bertanggung jawab di bidang perekonomian negara agar kiranya mengingat kembali penyebab Indonesia mengalami inflasi tinggi di zaman era 1960-an. Penyebab Indonesia mengalami inflasi tinggi diantaranya disebabkan oleh pembangunan proyek mercusuar yang banyak menghabiskan pendapatan negara.

Proyek mercusuar adalah proyek besar yang membutuhkan biaya yang sangat besar. Pengeluaran membengkak sampai buat harga barang naik melonjak. Bayangkan saja untuk satu pembangunan kompleks olahraga Senayan saja mengeluarkan harga yang sangat fantastis. Biaya tersebut sebesar 12,5 juta dollar As atau dalam nilai rupiah sebesar 15,6 miliar.

Selain faktor dari pembangunan proyek mercusuar, Indonesia mengalami inflasi tinggi disebabkan karena saat itu Indonesia belum punya mata uang yang resmi sebagai alat pembayaran sehingga menggunakan mata uang negara lain. Akibatnya pemerintah tidak sanggup mengendalikan peredaran jenis tiga mata uang itu. Berkaca dari inflasi pada tahun 1966, keuangan negara babak belur akibat pengeluaran pembangunan yang tidak lagi teratur.

Alih-alih mengambil pembelajaran dari inflasi di tahun 1966, lihat saja biaya pembangunan infrastruktur mencapai 6.445 triliun dan kabarnya menurut situs berita online di ekonomibisnis.com Menteri Keuangan hanya dapat menyediakan 37% dari kebutuhan pembangunan infrastruktur. Hidup di zaman pembangunan yang serba elit, nyatanya tak ada jaminan rakyat bisa bebas dari rasa sakit.

Hidup di dunia yang dipenuhi orang-orang elit bagaikan sedang memegang bom waktu. Bom waktu tersebut ialah kebijakan-kebijakan pemerintah yang cenderung membuat rakyat miskin semakin sulit bertahan hidup. Saat ini memang negara kita masih cukup aman sebab baru mengalami inflasi ringan saja. Namun siapa yang bisa memprediksi kejadian apa yang terjadi besok hari? Pemerintah perlu menyiapkan strategi untuk menjaga perekonomian negara agar tetap stabil. Jangan sampai kebijakan sanering dirasakan rakyat baru berkata mencegah inflasi itu penting.

Penulis adalah Dosen di Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.

  • Bagikan