Warung Kopi, Ide Bahasa Dalam Berkomunikasi

  • Bagikan

*Sabriandi Erdian M.Hum. (Cand. Dr) & Arianda Tanjung S.Ikom., M. Kom.I

BAGI sebahagian orang, secangkir kopi yang diseruput di warung kopi memberikan suatu filosofi dan perspektif berkomunikasi dalam mempergunakan bahasa. Bahasa yang dipergunakan manusia di warung kopi memiliki tujuan dan maksud dalam berkomunikasi yang berbentuk verbal ataupun non verbal kepada lawan bicara.

Begitu juga halnya jika dipergunakan di dalam lingkungan rumah, kantor, dan tempat lainnya. Dari secangkir memiliki identik dengan warung kopi dan sekarang mengenai warung kopi yang lagi marak di kota berkembang dan sebagai wadah dalam pertemuan atau janjian banyak memberikan pelayanan yang membuat bagi yang duduk merasa aman dan nyaman.

Ketersedian ruangan yang boleh merokok, AC,wifi yang menyala 24 jam, pembayaran dengan menggunakan e-money, lahan parkir yang luas dan jika perlu gratis menjadikan warung kopi tersebut menjadi pavorit.

Seperti halnya dalam diplomasi kopi yang ditulis oleh Saidul Alam dkk (2021) menyebutkan bahwa melalui diplomasi kopi sebagai wadah diskusi bebas oleh masyarakat tentang kondisi yang terjadi di masyarakat baik dalam bentuk sosial, politik, budaya, dan juga topik-topik yang menarik untuk dibicarakan. Pentingnya membangun komunikasi melalui bahasa yang dibangun sebagai wacana membentuk suatu jati diri dan identitas pada masyarakat tersebut.

Hal ini, terbukti bahwa warung kopi dapat menerima untuk segala kalangan dari masyarakat dan juga tidak memandang status sosial yang melekat dari masyarakat tersebut. Jika diamati dari perkembangan suatu kota yang terletak di ibukota provinsi maka, warung kopi ini menjadi kompetisi bisnis dalam suatu dunia usaha dan dunia industri (DUDI) bagi yang mengeluti di bidang interprenership.

Cerita sejarah kopi berasal dari benua Afrika dengan asal negara Ethiopia dan terus berkembang keseluruh penjuru dunia. Karena kopi memiliki cita rasa yang tinggi dari segi kualitas maka, kopi itu mudah ditiru tapi susah dipahami (belajar) menurut Sujonsen (2022). Ciri khas pada biji kopi memberikan suatu identitas daerah yang menunjukkan bahwa kopi tersebut berasal. Seperti halnya pada daerah Mendheling (Mandailing, Madina) Lintong (Humbahas, Sumatera Utara), Sidikalang (Kabupaten Karo), Gayo (Aceh) dan juga daerah yang lainnya memiliki varian yang tersendiri.

Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI) yang eksistensinya dari tahun 1979 memiliki pengurus daerah di Sumatera Utara merupakan organisasi yang bergerak di bidang ekspor, pelatihan, pemasaran dan lainnya yang bergerak di bidang perkopian. Fadli Hazmi (2022) dalam keterangannya bahwa kopi arabika yang terdapat di Sumatera Utara memiliki karakteristik cita rasa, aroma yang unik karena letak geografis, iklim dan proses pasca panen yang berbeda dengan Negara lain.

Ide Dari Warung Kopi

Bebasnya masyarakat bercerita di warung kopi menjadikan warung kopi tanpa batas dan banyak melahirkan ide-ide dalam berwacana. Dari berbagai topik yang dibahas akan lahir suatu hipotesis dan bahkan menjadi antithesis dalam menyelesaikan berbagai fenomena sosial.

Peristiwa yang terjadi di masyarakat secara alamiah merupakan suatu problematika yang harus ada solusinya (jalan keluarnya) dan kelebihan yang duduk dari kalangan terdidik akan menyampaikan suatu teori dan bahkan metodologi sebagai perbandingan. Itulah kekayaan yang dimiliki oleh orang yang berlatar belakang pendidikan.

Semakin tinggi tingkat pendidikan yang diraih maka, semakin tajam pembahasan yang diutarakan dalam diskusi tersebut. Oleh karena itu, melalui warung kopi sebagai tempat, wadah, ataupun tempat untuk berbagi cerita (sharing session) akan banyak memberikan kontribusi yang produktif.

Dari kontribusi tersebut terdapat tiga dimensi perilaku dalam durasi, frekuensi dan intesitas dalam Asri dan Suharni (2021:2) melihat dari teks dan konteks yang terjalin dalam ide-ide yang dikembangkan bahwa semakin banyak seseorang melakukan pertemuan dalam diskusi dan semakin tinggi tingkat perilaku membentuk karakter yang dibangun. Membangun suatu karakter yang berakhlak, berpikir akademis dalam suatu pertemuan yang tidak formal akan melahirkan suatu peradaban yang tinggi yang menjunjung nilai-nilai kemanusiaan.

Dimulai dari sapaan, menanyakan informasi dan juga berkontribusi dalam menyelesaikan suatu konflik. Adat dan budaya yang dijunjung dalam berkomunikasi diantara sesama dalam satu wadah membentuk suatu pola pikir (Mindset) yang bermanfaat dan berguna bagi mereka dan juga jika memiliki kebaikan maka, orang sekitarnya akan menyatakan bahwa kebaikan akan melahirkan kebenaran,

Kesimpulan

Warung kopi yang berkembang selama ini menjadikan komunikasi informal menjadi formal dengan ada kebutuhan dan juga kepentingan dalam hal-hal tertentu. Seperti halnya dalam mengadakan rapat oragnisasi. Perkembangan dan pertumbuhan warung kopi pada era sekarang ini menjadi peranan komunikasi massa yang sangat bermanfaat dan berguna bagi masyarakat perkotaan untuk meningkatkan jalinan silaturrahim. `

  • Bagikan