Kemendikbudristek Terbitkan Buku ‘Mendobrak Mitos Lama Pendidikan Vokasi’

  • Bagikan
Kemendikbudristek Terbitkan Buku 'Mendobrak Mitos Lama Pendidikan Vokasi'

JAKARTA (Waspada):Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha Dunia Industri (DUDI) meluncurkan buku berjudul ‘Mendobrak Mitos: 20 Kisah Inspiratif Pendidikan Vokasi’. Buku hasil kerja sama dengan Tempo Institute ini bercerita tentang peningkatan kepercayaan publik terhadap pendidikan vokasi yang sukses karena jalinan kerja sama harmonis antara satuan pendidikan vokasi dengan DUDI.

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim dalam peluncuran buku di Perpustakaan Nasional RI, Senin (26/6/2023) lalu mengatakan bahwa adanya buku yang berisi kisah inspiratif dari insan-insan vokasi memberikan optimisme akan masa depan kemajuan Indonesia. Pendidikan vokasi sebagai solusi menghadapi berbagai tantangan bangsa, memberikan bekal pengetahuan beserta keterampilan yang dibutuhkan oleh dunia kerja.

“Saya mengapresiasi hadirnya buku ini karena negara kita defisit inspirasi. Orang-orang yang selama ini memiliki persepsi yang negatif tentang sekolah di SMK atau Politeknik bisa mengerti bahwa perubahan masih sedang terjadi di Indonesia,” tutur Nadiem.

Nadiem menegaskan, perubahan secara masif pada pendidikan vokasi adalah sebuah momentum. Pasalnya, pendidikan vokasi menjadi salah satu strategi dalam pembangunan sumber daya manusia yang unggul. Nadiem yakin, masih banyak ribuan kisah inspiratif lainnya yang tersebar di berbagai sekolah dan kampus vokasi di seluruh penjuru Tanah Air.

Pada acara peluncuran “Mendobrak Mitos: 20 Kisah Inspiratif Pendidikan Vokasi”, Nadiem berkesempatan membaca nukilan kisah inspiratif di SMK Yapis Fakfak, Papua Barat. Seorang siswa bernama Dermina, anak Kampung Sakartemin, Distrik Fakfak yang dengan semangat menimba ilmu untuk dapat menggeluti bidang tata busana, dan menggapai cita-cita sebagai perancang busana.

“Kalau kita blusukan, ada ribuan kisah-kisah yang menunjukkan keberanian, daya inovasi, serta keinginan untuk kemajuan Indonesia,” sebutnya.

Direktur Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri, Kemendikbudristek, Uuf Brajawidagda mengungkapkan, pendidikan vokasi dibutuhkan untuk melakukan lompatan-lompatan ekonomi. Bahkan, negara dengan ekonomi yang maju pun adalah negara yang aware pada pendidikan vokasi.

“Seperti Singapura, memang yang terkenal adalah NTU dan NUS, tetapi Singapura juga memiliki lima politeknik yang besar. Kita sudah berada di jalan yang benar, dan jenis pendidikan yang paling singkat koneksinya dengan ekonomi adalah pendidikan vokasi. Pola-pola pembelajaran di vokasi itu selaras dengan kebutuhan industri,” terang Uuf.

Transformasi pendidikan vokasi di Tanah Air sendiri tidak terlepas dari kontribusi pelaku DUDI. Agustina Tutik selaku Ketua Tim Strategi dan Perencanaan Konsorsium Pengusaha Peduli Sekolah Vokasi mengatakan, industri ingin turut terlibat dalam pembangunan SDM melalui pendidikan vokasi. Saat ini, anggota konsorsium terdiri atas sembilan perusahaan besar, yaitu Sinarmas, Protelindo, Garudafood, Wingsfood, Indofood, Astra, Triputra Grup, Agung Sedayu, dan Barito Pacific.

Agustina menambahkan, upaya revitalisasi pendidikan vokasi, khususnya di SMK dilakukan melalui intervensi kurikulum. Konsorsium tidak terbatas membantu di sektor yang berkaitan dengan bidang usaha mereka, tetapi fokus kepada sektor-sektor yang memang dibutuhkan oleh Indonesia. Pada tahun 2021 terdapat enam SMK yang dibantu, dan tahun 2022 terdapat tujuh SMK.

“Tahun ini kami menargetkan ada enam SMK yang dapat dibantu, jurusannya bervariasi. Di SMKN 8 Surakarta misalnya, melalui Program SMK Pusat Keunggulan kami membantu untuk mengembangkan bidang seni pertunjukan. Untuk intervensi pada kurikulum di sana, kami menggandeng Garin Nugroho. Kami berharap ini nanti bisa menjadi cikal bakal Broadway,” ucap Agustina.

Namun demikian, Agustina mengungkapkan bahwa konsorsium tidak memiliki komitmen untuk merekrut lulusan. “Kami lebih memilih agar mereka didorong untuk mudah mencari pekerjaan di bidang yang memang sedang dibutuhkan di Indonesia,” tukasnya.(J02)

  • Bagikan