Kisah Sukhairi Di Tengah 3 Anak Penderita Buta

  • Bagikan
Kisah Sukhairi Di Tengah 3 Anak Penderita Buta

SECARA mengejutkan, Bupati Mandailing Natal HM Jafar Sukhairi Nasution muncul di rumah lima anak bersaudara penderita katarak juvenil — yang tiga di antaranya penderita buta dan dua [maaf] juling berat — di Kel. Pidolidolok, Kec. Panyabungan, Senin (19/6).

Kehadiran Sukhairi di Pidolidolok, mengejutkan banyak orang. Bupati berjalan kaki ke rumah Muksin Rangkuti, orangtua lima bersaudara penderita katarak. Si ayah mencari nafkah ‘mangguris’ (menderes karet, biasanya kebun milik orang lain — red).

Terlihat, Bupati Madina memasuki rumah sangat sederhana, yang sebagian dindingnya belum diplester. Kelima anak bersaudara menyalami bupati seraya mencium tangan.

Bupati mengusap tangan anak malang ini dengan tertunduk, mungkin sangat terharu. Sedangkan Sukhairi terlihat matanya nanar, matanya nampak berkaca-kaca.

Terlihat, Bupati Mandailing Natal HM Jafar Sukhairi bersama Kepala Dinas Kesehatan dr Faisal M Situmorang mengunjungi lima bersaudara penderita katarak juvenil.

Bupati Madina HM Jafar Sukhairi Nasution di tengah lima anak bersaudara penderita katarak juvenil, yang tiga di antaranya buta dan dua [maaf] juling berat. Waspada/Ist
Bupati Madina HM Jafar Sukhairi Nasution di tengah lima anak bersaudara penderita katarak juvenil, yang tiga di antaranya buta dan dua [maaf] juling berat. Waspada/Ist

Dalam kunjungannya tersebut, selain memberikan motivasi bagi keluarga, Sukhairi juga memberikan bantuan berupa modal usaha dan biaya transport pendidikan kepada keluarga Rp500 ribu setiap bulan.
“Tetap semangat, dan rajin beribadah,” pesan Sukhairi, kembali mengusap kepala anak-anak ini.

Sukhairi menyampaikan, pemerintah daerah sudah melakukan upaya bagaimana menangani kelima anak mengalami gangguan pengelihatan.

“Sudah pernah kita lakukan operasi katarak, namun karena ini faktor genetika butuh penanganan khusus, dan besok akan diantar ke RSUD Panyabungan untuk dilakukan observasi,” ujarnya.

Dikatakan, pemerintah sendiri tidak akan mampu melihat kondisi sosial masyarakat. Untuk itu, dia mengajak seluruh komponen masyarakat agar lebih peka dan perduli terhadap lingkungan masing-masing.

“Diharap kepada camat dan kades agar lebih peka melihat kondisi sosial ekonomi masyarakat kita. Tidak dengan jumlah, namun dengan perhatian,” katanya.

Dikatakan, kondisi sosial yang dialami lima orang bersaudara itu diketahuinya dari media. Untuk itu, dia menyampaikan terimkasih kepada media yang telah memberitakan kondisi lima orang bersaudara.

“Terimakasih media. Saya tahu kondisi ini dari media dan saya langsung saksikan kondisinya memprihatinkan,” ungkapnya.

Dokter interensif Kemenkes, dr Asrul menyampaikan, jika penyakit tersebut merupakan katarak lembek yang terdapat pada orang muda dan mulai terbentuknya pada usia tiga bulan sampai sembilan tahun.

Dijelaskab, katarak kongenital dan infantile secara umum terjadi dalam setiap 2000 kelahiran hidup, yang terjadi akibat gangguan pada perkembangan normal lensa. “Prevalensi pada negara berkembang sekitar 2-4 tiap 10.000 kelahiran hidup,” ujar dr Asrul. WASPADA.id/Irham Hagabean Nasution

Baca juga:

  • Bagikan