Rumah Bekas Warung 2 x 3 Meter Dan Anak Sakit Butuh Operasi

  • Bagikan
Rumah bekas warung 2 x 3 meter bersama empat anak, tanpa listrik. Miris rasanya. Waspada/Irham Hagabean Nasution
Rumah bekas warung 2 x 3 meter bersama empat anak, tanpa listrik. Miris rasanya. Waspada/Irham Hagabean Nasution

MIRIS rasanya. Melihat hidup di rumah bekas warung 2 x 3 meter bersama empat anak, tanpa listrik, rasanya mau menangis.

Kesedihan ini makin bertambah, setelah menatap si anak bungsu berusia 11 tahun. Dia menderita benjolan di wajah kian membesar, menanggungkan, meringis kesakitan, butuh segera dioperasi.

Rumah Bekas Warung 2 x 3 Meter Dan Anak Sakit Butuh Operasi
Nasaruddin, 11, meringis kesakitan menderita benjolan makin membesar bersama ibunya Yusniar dan adiknya, di rumah bekas warung 2 x 3 meter. Waspada/Ist

Wartawan waspada.id bersama jurnalis lain, Selasa (4/7), berdialog dengan suami-istri Amri Mulyadi, 36, dan Yusniar, 35, warga Desa Tanjung Jae, Kec. Panyabungan Timur, Kab. Mandailing Natal.

Susah membayangkan kondisi keseharian mereka di rumah bekas warung bersama empat anak. Dalam kondisi memprihatinkan, Amri Mulyadi, tetap tak patah semangat. Dia terus mengais rezeki sebagai pedagang asesiris keliling.

Diperbincangkan mengenai rumah mereka, Amri mengungkapkan, rumah bekas warung 2 x 3 meter ini pernah didata untuk bedah rumah, tapi sampai saat ini belum ada realisasinya.

“Kami melihat pernah didata, katanya mau bedah rumah. Tapi, kami juga tak tahu kapan dilakukan untuk bedah rumah,” ujar Amri Mulyadi, tanpa menyebut lembaga mana — pemerintah atau swasta — melakukan pendataan untuk bedah rumah.

Rumah Bekas Warung 2 x 3 Meter Dan Anak Sakit Butuh Operasi

Selain kondisi rumahnya, suami-istri terus memikirkan si anak bungsu, Nasaruddin, 11, bergelut dengan penyakit benjolan di wajah bagian kiri yang terus membesar.

Penyakit diderita anaknya berawal dari tahi lalat di bagian wajah sejak ia lahir. Benjolan ini terus membesar dan sekarang menanggungkan sakit luar biasa.

“Benjolan ini, awalnya tahi lalat di wajah. Tahi lalat itu terus membesar. Sekarang, anak saya sering merasa sakit di tenggorokan, bahkan merusak pita suara, saraf otaknya pun semakin lama semakin melemah. Dia sering mengeluh sakit kepala,” kata Yusniar.

Dijelaskan, bermodalkan BPJS, beberapa tahun lalu anaknya masih duduk di bangku SD pernah dibawa berobat ke rumah sakit umum di Kota Medan, 10 hari sempat dirawat namun biaya hidup selama di Medan habis dan penanganan pun terputus.

“Sebenarnya, kalau biaya berobat gratis karena ada BPJS. Cuma, biaya hidup sehari-hari menjadi kendala utama,” tutur Yusniar.

Rumah Bekas Warung 2 x 3 Meter Dan Anak Sakit Butuh Operasi

Amri Mulyadi, ayah Nasaruddin menceritakan, pada 2019, mereka sudah pernah berobat dua minggu di RSUP Adam Malik Medan. Anaknya tidak dapat berobat karena jam operasi terbatas pada saat covid kemarin.

Sekarang, mereka menjalani hidup dalam kondisi seperti itu. Mereka hidup bersama empat anak di rumah bekas warung 2 x 3 meter. Si sulung terus meringis kesakitan.

Amri Mulyadi berusaha mengais rezeki sebagai pedagang asesoris keliling; dari satu tenpat ke tempat lain. Suami-istri terus berdoa mengharap bantuan Ilahi. WASPADA.id/Irham Hagabean Nasution

Baca juga:

  • Bagikan