Tafakur Pesan Taqwa Kepada Umat

Oleh Dr. Tgk. H. Zulkarnain, MA (Abu Chik Diglee)

  • Bagikan
Tafakur Pesan Taqwa Kepada Umat

Takwa merupakan kosa kata yang terdengar akrab di kalangan umat Islam, karena kata taqwa selalu disebut oleh khatib, di setiap khutbah pada hari Jumat. Wasiat atau pesan taqwa, merupakan salah satu dari rukun khutbah Jumat, yang jika hal itu tidak ada, maka khutbahnya menjadi tidak sah.

Selain itu, kata taqwa, dalam bentuk mashdar (akar kata atau kata kerja yang dibendakan), disebutkan di dalam Alquran sebanyak sembilan belas kali. Dua kali dalam bentuk tuqat (تقاة) dan tujuh belas kali dalam bentuk taqwa (تقوي).

Taqwa dalam pemaknaan etimologi, artinya takut. Secara lebih mendalam taqwa itu adalah khasyyah.Yaitu rasa takut yang mengandung rasa cinta. Taqwa juga merupakan haibah, yaitu rasa takut yang mendatangkan pengagungan. Dalam terminologi syari’at, taqwa bermakna menjalankan perintah Allah Swt dan menjauhi laranganNya.

Alquran, surat Al Maidah ayat 35 menyebut tentang taqwa sebagai sebuah perintah dari Allah Swt kepada para hambaNya yang beriman. Secara lengkap di dalam ayat tersebut Allah Swt berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepadaNya, dan berjuanglah pada jalanNya, agar kamu mendapatkan keberuntungan.”

Berdasarkan teks ayat ini, dapat disimpulkan beberapa makna, pertama, untuk dapat menjadi taqwa harus beriman, karena yang menjadi munada’ (objek yang diseru) untuk menjadi taqwa adalah orang yang telah beriman.

Kedua, untuk dapat menjadi taqwa,dibutuhkan upaya taqarrub(mendekatkan diri) kepada Allah Swt, dengan cara menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya.Ketiga, ketaqwaan akan diperoleh dengan berjuang di jalan Allah, melalui berbagai ibadah dan amal shalih yang mendatangkan ridha Allah Swt.

Taqwa tidak dapat dinilai hanya semata-mata dengan tampilan luar, karena Nabi Saw menyebutkan “Al Taqwa ha huna”, “taqwa itu ada di sini”, Nabi Saw menunjuk ke arah dadanya. Artinya, taqwa lebih pada pengendalian batin yang tidak terlihat, karena yang terlihat tidak selamanya mewakili apa yang ada di dalam hati.

Di dalam hadits yang bersumber dari Anas bin Malik,Abu Dzar al Ghifari dan Mu’adz bin Jabal, Nabi saw bersabda, “Bertaqwalah kepada Allah Swt dimanapun kamu berada, dan ikuti keburukan dengan kebaikan, niscaya kebaikan akan menghapus keburukan dan bergaullah dengan manusia dengan akhlaq yang baik.” (H.R.Imam Ahmad, Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Menurut Abdullah bin Abbas, sababul wurud dari hadits di atas, berkaitan ajakan Abu Dzar Al Ghifari kepada Nabi Saw dalam peristiwa Fathul Mekkah, untuk menetap di Mekkah agar menjadi taqwa. Maka Nabi Saw menolak ajakan Abu Dzar, karena siapapun yang telah hijrah ke Madinah tidak boleh kembali menetap di Mekkah.

Kemudian Nabi Saw menegaskaan, “bertaqwalah kepada Allah dimanapun kamu berada.” Artinya, untuk menjadi taqwa, tidak mesti bertempat tinggal di Mekkah,karena Islam itu rahmatan lil ‘alamin.Di belahan dunia manapun seorang hamba yang beriman bertempat tinggal, dia bisa bertaqwa kepada Allah, jika dia ingin bertaqwa.

Di dalam hadits riwayat Imam Abu Daud, NAbi saw bersabda, “Bertaqwalah kepada Allah Swt dan jangalah meremehkan kebaikan, sekecil apapun kebaikan itu.”

Menurut kitab Ainul Ma’bud, syarah dari kitab Sunan Abu Daud, Kebaikan kebaikan kecil, yang terkadang disepelekan, akan ikut menjadi penentu dalam timbangan amal pada kehidupan akhirat. Bisa jadi dengan kebaikan kecil itu, seorang hamba Allah akan selamat dari neraka.

Imam al Hakim di dalam kitab al Mustadrak ‘Ala al Shahihain, meriwayatkan hadits dari Anas bin Malik, dimana Rasulullah Saw bersabda, “Bertaqwalah kamu kepada Allah dan perbaikilah hubungan diantara kamu.” Hadits ini memberikan penekanan pada persoalan kedamaian dan ketentraman hidup.

Jika ada hal-hal yang berpotensi merusak ketentraman dan kedamaian agar segera diperbaiki dan didamaikan. Taqwa yang telah menjadi bahagian hidup hamba yang beriman, akan terpancar ke dalam realita kehidupan berbentuk kebaikan, kedamaian, dan kemulian hidup dunia serta akhirat.
Wallahu’alam. WASPADA.id

Penulis adalah Dosen Hadits Ahkam dan Hukum Keluarga Islam di Asia Tenggara Pascasarjana IAIN Langsa

  • Bagikan