Tafakur Al Tarikh Al Kabir Magnum Opus Imam Al Bukhari

Oleh Dr. Tgk. H. Zulkarnain, MA (Abu Chik Diglee)

  • Bagikan
Tafakur Al Tarikh Al Kabir Magnum Opus Imam Al Bukhari

Kitab al Tarikh al Kabir (كتاب التاريخ الكبير ) adalah kitab yang paling monumental atau magnum opus dalam bidang Ilmu Rijalul Hadis. Kitab tersebut buah karya imam al Bukhari atau lengkapnya imam Abu Abdillah Muhammad Ibn Ismail Ibn Ibrahim al Ja’fi al Bukhari (Lahir tahun 194 H dan Wafat tahun 256 H). Imam al Bukhari lahir di Bukhara, yang saat ini Bukhara menjadi kota terbesar ke 7 di negara Uzbekistan dengan jumlah populasi penduduk mencapai 280.187 jiwa.

Bukhara kota yang terletak di bagian tengah Uzbekistan dan mengalami masa kejayaan di era abad ke-9 Masehi sampai abad ke-13 Masehi, yaitu sebagai pusat ilmu dan peradaban Islam serta pusat perdagangan yang sangat maju di kawasan Asia Tengah. Sejak tentara Mongol di bawah Pimpinan Jengis Khan pada tahun 1220 Masehi menaklukkan Bukhara dan membakar kota tersebut, maka sejak itu Bukhara tidak lagi menjadi pusat perdagangan di Asia Tengah, meskipun masih tetap menjadi pusat ilmu dan peradaban Islam.

Selain itu, kota Bukhara sampai hari ini masih terus menjadi kota situs warisan dunia UNESCO. Kitab al Tarikh al Kabir terlahir disaat imam al Bukhari harus menyeleksi 100 ribu hadis yang akan beliau masukkan ke dalam kitab Shahihnya. Sebagai imam besar dalam bidang hadis, imam al Bukhari telah melakukan upaya pengumpulan hadis dari banyak guru melalui pengembaraan ilmiah yang panjang ke daerah Khurasan, Iraq Mesir, Syam, Mekkah dan Madinah.

Kitab al Tarikh al Kabir termasuk kitab dalam Ilmu Rijalul Hadis periode pertama, yang membuat rasa ta’ajub bagi sebahagian besar ulama pada zamannya dan pada zaman sesudahnya. Kitab al Tarikh al Kabir memuat 13.308 biografi para periwayat dari 4000 hadis dan Kitab al Tarikh al Kabir karya imam al Bukhari tersebut terdiri atas 9 jilid.

Kitab ini telah dicetak dengan menggunakan pola kitab al Mu’jam yaitu disusun berdasarkan nomor urut huruf alphabet berdasarkan huruf pertama nama perawi dan sekaligus disertai nama ayah para perawi tersebut. Khusus nama Muhammad oleh imam al Bukhari ditempatkan diurutan pertama dalam kitab al Tarikh al Kabir untuk memuliakan nama Nabi Muhammad Saw.

Di samping itu juga, imam al Bukhari mendahulukan penyebutan nama-nama para sahabat tanpa memperhatikan nama nama ayahnya (Abu Abdillah Ismail al Bukhar, al Tarikh al Kabir, jilid 1, 1986, hal 11). Kitab al Tarikh al Kabir ditulis oleh imam al Bukhari di saat beliau berumur 18 tahun, dan pada saat itu ia belum menulis kitab Shahihnya. Imam Khatib al Baghdadi menulis di dalam kitab Tarikh Baghdad, jilid 2, halaman 7, imam al Bukhari mengatakan, ketika usiaku menginjak 18 tahun, mulailah aku menulis perihal tentang para sahabat, tabi’in, dan ucapan ucapan mereka, serta akupun menulis kitab al Tarikh al Kabir ketika itu.

Ulama yang paling banyak mendalami kitab al Tarikh al kabir karya imam al Bukhari ini adalah Syekh al ‘Allamah Abdurrahman bin Yahya al Mu’allimi al Yamani, lahir tahun 1313 H, Wafat tahun 1386 H. Latar belakang lain yang mendorong imam al Bukhari menulis kitab al Tarikh al Kabir adalah kekhawatiran terhadap munculnya orang-orang yang meriwayatkan hadis dan isnadnya, namun tidak mengetahui biografi tentang isnad tersebut.

Imam al Bukhari menulis kitab al Tarikh al Kabir rangkap tiga, salah satu kitab itu dibawa oleh imam Ishaq Ibn Rahawaih yang kemudian menyerahkannya kepada Ali Abdullah Ibn Thahir yang menjadi Amir pada masa itu. Dan ia sangat mengagumi kitab al Tarikh al Kabir karya imam al Bukhari tersebut.

Di samping itu, kitab al Tarikh al Kabir banyak dirujuk oleh ulama hadis dari generasi yang lebih belakangan seperti imam Muhammad Ibnu Hiban pada saat beliau menulis kitab al Tsiqaat (كتاب الثقات), Imam Ibnu Abi Hatim al Razi pada saat ia menulis kitab al Jarh wa Ta’dil (الجرح و التعديل), imam Ibnu Hajar al Asqalani pada saat ia menulis kitab al Ishabah Fi Tamyiz al Shahaabah (الاصابة فى تمييز الصحابة) dan lain lainnya.

Kitab al Tarikh al Kabir karya imam al Bukhari ini menggunakan bahasa bahasa yang sangat santun dan lembut dalam hal penilaian kualitas negatif para sanad dan perawi. Misalnya fihi nadharun atau sakata ‘anhu (mendiamkan daripadanya). Sedangkan untuk jarh yang terlalu berat imam al Bukhari menggunakan istilah munkarul hadis (hadis yang diinkari).

Metode yang digunakan oleh imam al Bukhari di dalam kitab al Tarikh al Kabir berbentuk pemaparan lengkap nama perawi, disusul dengan uraian silsilah perawi yang terkait dengannya, dan di sisi tertentu ada penambahan penilaian kualitas perawinya.

Melihat perkembangan zaman yang semakin canggih dan sibernetik, diharapkan akan terus ada generasi Muslim yang berkemampuan lebih maju, untuk dapat mengembangkan pensyarahan, pelengkapan data yang lebih luas, dan analisis yang lebih mendalam terhadap kitab al Tarikh al Kabir karya imam al Bukhari tersebut. Dengan demikian, kitab al Tarikh al Kabir karya Magnum Opus imam al Bukhari itu, akan tetap terus mengalir dalam arus sejarah Ulumul Hadis dan lebih khusus dalam Ilmu Rijalul Hadis, yang tentunya sangat bermanfaat bagi kemajuan Islam dan umatnya. Wallahu’alam. WASPADA.id

Penulis adalah Dosen Hadits Ahkam dan Hukum Keluarga Islam di Asia Tenggara Pascasarjana IAIN Langsa

  • Bagikan