Hak Perempuan dan Anak di Pengungsian Harus Tetap Terjaga

Menteri PPPA Bintang Puspayoga Kembali Sapa Pengungsi Cianjur

  • Bagikan
Hak Perempuan dan Anak di Pengungsian Harus Tetap Terjaga

Menteri PPPA Bintang Puspayoga saat meninjau kembali pelayanan psikososial bagi perempuan dan anak di lokasi pengungsian korban gempa Cianjur, Kamis (29/12/2022).

CIANJUR (Waspada): Perempuan dan anak korban gempa Cianjur menumpahkan perasaannya kepada Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Bintang Puspayoga, saat melihat langsung layanan psikososial perempuan dan anak di Saung Sahabat Perempuan dan Anak (SAPA) yang baru didirikan di salah satu titik pengungsian di Kelurahan Sukamulya, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Kamis (29/12). Menteri didampingi Deputi Perlindungan Hak Perempuan, Ratna Susianawati, Staf Ahli Titi Eko Rahayu serta sejumlah pejabat tinggi lainnya di lingkungan KPPPA.

“Tolong tenda kami atapnya diberi tambahan terpal, ibu menteri. Kalau hujan, rasanya seperti tidur disamping air terjun,” ujar Dela, salah seorang ibu yang hadir di Saung SAPA 129.

Dela mengucap syukur atas bantuan pemerintah yang sejak awal bencana tak pernah putus. Meski hanya tidur di dalam tenda, Dela sekeluarga merasa lebih aman ketimbang harus menempati rumahnya yang sudah hampir roboh.

Selain peralatan sekolah,  anak-anak juga menginginkan adanya arena permainan di lokasi pengungsian. Mereka juga butuh pendampingan psikologis karena rasa trauma masih ada.

“Kami masih takut kalau gempa datang lagi,” ujar Lia, salah seorang anak pengungsi yang duduk di kelas 6 SD.

Gempa Cianjur berkekuatan Magnitudo 5.6 terjadi pada 21 November 2022. Pemerintah Kabupaten Cianjur merilis jumlah korban jiwa yang mencapai 600 orang, ratusan orang luka-luka dan lebih dari 58 ribu rumah di 16 Kecamatan rusak ringan sampai rusak parah dan tidak dapat ditinggali kembali.

Trauma dan kesedihan memang masih kental mewarnai kehidupan para korban gempa Selain banyak yang rumahnya hancur, sebagian mereka juga kehilangan sanak saudara atau mengalami luka-luka.

Perempuan dan anak menjadi kelompok paling yang rentang mengalami trauma. Karena itu, kehadiran Saung SAPA yang dijalankan bersama antara Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindunga  Anak (PPPA), Dinas PPPA Kabupaten Cianjur sangat dibutuhkan.

“Para petugas maupun sukarelawan yang ada di Saung SAPA ini nanti diharapkan mampu melakukan asesmen tentang kebutuhan apa saja diperlukan pengungsi. Khususnya kebutuhan jangka panjang bagi perempuan dan anak,” kata Bintang.

Dalam sesi dialog bersama para ibu dan petugas sukarelawan, termasuk sukarelawan dari Muhammadiyah Disaster Manajemen Center (MDMC) , yang sangat dibutuhkan saat ini adalah pengelolaan sampah yang baik dan benar. Bahkan, bagaimana mendaur ulang sampah non organik menjadi bernilai ekonomis.

Menanggapi keinginan itu, Menteri PPPA Bintang Puspayoga sangat mengapresiasi. Meski di pengungsian, perempuan dapat berperan serta mengelola sampah dengan baik lewat sistem pemilahan antara sampah organik dan non organik. Bukan tidak mungkin, sampah daur ulang dapat dijadikan bahan baku kerajinan tangan yang dapat dijual ke masyarakat.

“Kalau memang seperti itu keinginannya, akan kami perhatikan,” ujar Bintang.

Selain meninjau Saung SAPA, Menteri PPPA juga mendatangi Posyandu Darurat di sekitar lokasi. Posyandu darurat berada di tenda darurat yang mampu menampung belasan ibu dan anak untuk melakukan penyuluhan kesehatan. Sementara di luar tenda, sejumlah ibu petugas posyandu melakukan penimbangan berat  dan pengukuran tinggi badan kepada puluhan bayi dan anak-anak di bawah lima tahun.

Euis, salah seorang ibu dengan dua anak balita, dengan semangat membawa kedua anaknya ke posyandu darurat. Euis menyadari, meski dalam kondisi terbatas, kesehatan anak-anaknya harus tetap dijaga.

“Apalagi musim hujan seperti ini, saya sekalian minta ibu bidan posyandu supaya anak saya dikasih vitamin biar tidak kena flu,” ujar Euis. Euis beserta suami dan dua anaknya tinggal di salah satu tenda hunian darurat yang dibangun MDMC. Rumah Euis yang berada tidak jauh dari tenda yang ditempati saat ini, sudah rata dengan tanah.

Pengamatan di lokasi pengungsian yang dibangun MDMC, terdapat puluhan tenda yang berfungsi sebagai hunian darurat (hundar). Satu keluarga menempati satu tenda yang cukup layak untuk ditempati empat orang sekaligus. Beberapa sarana seperti dapur umum, sekolah darurat, kamar mandi dan toilet serta arena bermain anak-anak telah tersedia meski sederhana. Keberadaan Saung SAPA dan posyandu daruratpun melengkapi, sambil menunggu para pengungsi mendapatkan rumah hunian tetap yang sedang dibangun pemerintah.

“Kami di Saung SAPA akan terus bekerja selama masa transisi pemulihan pasca bencana ini. Selain membuka layanan pengaduan serta pendampingan, sejumlah asesmen juga dilakukan guna menginventarisir terus apa saja yang dibutuhkan perempuan dan anak selama mereka berada di pengungsian,” pungkas Rizky, koordinator Saung SAPA dari Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak (DPPKBP3A) Kabupaten Cianjur.(J02)

  • Bagikan