Bagaimana Pandemi Covid-19 Pengaruhi Kesehatan Gigi Dan Mulut

  • Bagikan

    Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) saat ini sudah mewabah hampir 2 tahun di Indonesia. Pada tanggal 15 Maret 2020, pemerintah resmi menyatakan pandemi Covid-19 ini sebagai bencana nasional non-alam. Tentu, hingga saat ini pandemi telah menimbulkan banyak efek dalam kehidupan. Mulai dari pekerjaan, pendidikan, hingga kesehatan, termasuk kesehatan gigi dan mulut.

    Sebuah survei yang dilakukan AAE, sebuah asosiasi endodontis menunjukkan bahwa lebih dari setengah peserta survei tidak rutin melakukan pemeriksaan gigi dan mulut. Survei tersebut melaporkan bahwa orang-orang yang beraktivitas dari rumah kurang menjaga kesehatan gigi dan mulut, tidak seperti masa sebelum pandemi.

    Sebanyak 31 persen dilaporkan lebih banyak makan permen, 21 persen tidak menyikat gigi di pagi hari, dan 24 persen mengakui frekuensi menyikat gigi mereka berkurang. Survei lain yang dilakukan di klinik-klinik gigi menyatakan bahwa terjadi peningkatan 30 persen untuk gigi berlubang dan penyakit gusi, 69 persen gigi retak, dan 76 persen untuk masalah rahang.

    Seiring bertambahnya usia, kebersihan gigi menjadi semakin penting karena orang dewasa yang lebih tua akan lebih rentan terhadap banyak masalah gigi dan mulut. Hal ini terkait dengan produksi air liur yang menurun pada orang dewasa, sehingga mulut akan lebih rentan terhadap asam.

    Asam ini akan menyebabkan gigi lebih sensitif dan mudah untuk busuk. Selain menyebabkan orang tua lebih rentan terhadap masalah gigi dan mulut, perubahan fisiologis gigi dan mulut ini juga mengakibatkan masalah-masalah yang terjadi akan cenderung mengalami perburukan kondisi.

    Semakin muda usia seseorang mulai mengalami masalah gigi dan mulut, maka semakin besar kemungkinan masalah tersebut untuk semakin parah. Hal ini menimbulkan kekhawatiran di tengah masa pandemi yang belum diketahui kapan akan berakhir.

    Seperti diketahui, pada masa pandemi ini berbagai kegiatan harus dibatasi, termasuk pemeriksaan dan perawatan gigi dan mulut di Puskesmas, Rumah Sakit, maupun Praktik Dokter Gigi. Karena itu, pemeliharaan gigi dan mulut secara pribadi harus lebih ditingkatkan.

Upaya Pencegahan Masalah

Gigi dan Mulut

    Berikut adalah hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah masalah kesehatan gigi dan mulut.

1. Menyikat gigi dengan teratur.

    Untuk menjaga kebersihan gigi dan rongga mulut, disarankan menyikat gigi setidaknya dua kali sehari setelah makan di pagi hari dan sebelum tidur di malam hari. Selain itu, untuk mencegah gigi berlubang sebaiknya penyikatan dilakukan dengan pasta gigi yang mengandung flouride.

2. Mengganti sikat gigi setiap tiga bulan sekali.

    Sikat gigi yang tidak pernah diganti dan dipakai terus menerus hingga tiga bulan, justru menjadi tempat tumbuhnya bakteri. Alih-alih membersihkan gigi dan mulut, sikat gigi yang tidak diganti ini justru memindahkan bakteri ke dalam rongga mulut.

3. Menggunakan dental floss (benang gigi).

    Untuk memaksimalkan kebersihan gigi, terutama celah antar gigi, sangat disarankan untuk menggunakan benang gigi. Gusi menyusut seiring bertambahnya usia, sehingga menyisakan lebih banyak ruang bagi makanan untuk terjebak di antara gigi yang berpotensi menjadi tempat berkembang biak bakteri.

4. Mengurangi makanan manis.

    Makanan manis yang tertinggal di mulut akan menajdi tempat tumbuh bakteri streptococcus yang dapat membentuk plak pada gigi. Plak pada gigi ini akan dapat menjadi karang gigi, yang megakibatkan gangguan seperti radang gusi.

5. Menghidari konsumsi rokok dan alkohol.

    Kebiasaan merokok dan minum alkohol terbukti meningkatkan risiko terjadinya masalah gigi dan mulut, seperti gigi sensitif.

    Dengan melakukan kebiasaan-kebiasaan tersebut, maka risiko terjadinya masalah gigi dan mulut akan semakin kecil dan kemungkinan untuk harus melakukan kunjungan ke dokter gigi juga menurun. Akan tetapi, apabila memang ada kondisi gangguan gigi dan mulut memerlukan bantuan, jangan ragu untuk datang ke dokter gigi terdekat. Selama pasien sudah tervaksinasi dan pemeriksaan dilakukan dengan protokol kesehtan yang ketat, maka risiko penyebaran dapat diminimalisasi.

  • Bagikan