Hubungan Pandemi Covid 19 Terhadap Tingkat Stres Dan Cara Manajemen Stres

  • Bagikan

Sejak Desember 2019, dunia dihebohkan dengan kemunculan virus corona yang mengakibatkan penyakit Covid-19 (Corona Virus Disease-19) dengan penyebaran sangat progresif, sampai menyebabkan kematian.
Kasus Covid-19 di Indonesia pertama kali terkonfirmasi pada Maret 2020, melalui kedatangan warga negara asing yang melakukan interaksi dengan warga negara Indonesia dalam sebuah acara.

Stres Dan Faktor Yang Mempengaruhi
Stres didefenisikan sebagai respon tubuh terhadap situasi dan kondisi yang menimbulkan tekanan, perubahan, ketegangan emosi, dan lain-lain. Stres merupakan masalah umum yang
terjadi dalam kehidupan seluruh manusia, juga reaksi fisik terhadap permasalahan kehidupan yang dialaminya dan apabila fungsi organ tubuh sampai terganggu dinamakan distress.
Akhir dari stres menghasilkan kecemasan atau emosi dan perasaan negatif lainnya seperti rasa sakit, kesedihan, serta mengakibatkan gangguan psikologis yang serius seperti gangguan stres pasca-trauma (PTSD) atau depresi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi stres adalah sebagai berikut:

  1. Faktor biologis
    Banyak penelitian telah melaporkan kelainan biologis pada pasien dengan gangguan mood.
  2. Faktor genetic
    Data menunjukkan bahwa jika satu orang tua memiliki gangguan mood, seorang anak akan memiliki risiko antara 10-25 persen untuk gangguan mood. Jika kedua orang tua terkena, risiko ini bertambah.

Jenis stres pada masa pandemi Covid
a) Stres Akademik
Stres Akademik adalah tekanan yang dialami oleh siswa atau mahasiswa berkaitan dengan kemampuan menguasai ilmu pengetahuan. Dengan demikian Stres Akademik merupakan suatu keadaan atau kondisi berupa gangguan fisik, mental atau emosional yang disebabkan ketidaksesuaian antara tuntutan lingkungan dengan sumber daya aktual yang dimiliki siswa sehingga mereka semakin terbebani dengan berbagai tekanan dan tuntutan di sekolah.
Masalah yang dihadapi siswa/mahasiswa ada masa pandemi Covid-19 ini selain tuntutan-tuntutan yang dibebankan dengan model belajar mengajar secara daring. Proses belajar menggunakan media online lebih melelahkan dan membosankan, karena mereka tidak dapat
berinteraksi langsung baik dengan guru maupun teman lainnya.


Dengan demikian mengakibatkan frustrasi bagi siswa/mahasiswa, dan bila terus berlanjut dapat menimbulkan stres.
Stres Akademik juga dialami oleh mahasiswa yang menyelesaikan studinya. Tugas-tugas lapangan tidak dapat dilakukan secara langsung, membuat mahasiswa harus mengganti topik pembahasan, bahkan tidak sedikit yang menunda untuk menyelesaikan tugas akhir.

  1. Stres Kerja
    Tidak adanya kepastian kapan masa pandemi Covid ini berakhir menimbulkan ketidakpastian bagi para pengusaha dan para pekerja. Tidak sedikit perusahaan yang melakukan PHK, karena mandeknya kegiatan. Sementara yang terus melakukan usaha mengalami penurunan
    produktivitas. Inilah antara lain yang menimbulkan Stres Kerja di masa pandemi Covid-19.
    Apabila melihat kondisi yang ada, Stres Kerja pada masa pandemi covid ini disebabkan social distancing yang mengakibatkan aktivitas masyarakat berkurang. Dampaknya adalah menurunnya produktivitas. Pada sisi lain, bagi pekerja yang mulai menerapkan WFO (Work From Office) juga diliputi kecemasan yang menimbulkan stres tersendiri, khawatir terkena virus corona, karena beberapa berita menyebutkan munculnya klaster baru di perkantoran.
    Kondisi demikian terjadi antara lain adanya karyawan tidak disiplin dalam menerapkan
    protokol Kesehatan.
    Manusia adalah makhluk sosial, yang biasa berinteraksi dengan orang lain akan mengalami ketidaknyamanan apabila harus terus menerus ada di rumah. Kondisi demikian apabila berlarut akan menimbulkan tekanan jiwa tersendiri.
    Pada sisi lain, banyaknya berita terkait pandemi Covid-19 yang sering tidak jelas sumbernya, membuat pekerja semakin khawatir dalam melaksanakan aktivitas di luar rumah. Sementara kebutuhan hidup dan desakan ekonomi keluarga mengharuskan beraktivitas di luar rumah. Kondisi demikian akan menimbulkan konflik.
    Kecemasan berpadu dengan konflik akan memperparah tekanan jiwa seseorang. Dari uraian tersebut, dapat dimengerti bahwa ketidakpastian situasi, masalah ekonomi, gaji yang dipangkas, atau bahkan terkena pemutusan hubungan kerja (PHK), menjadi faktor yang memicu terjadinya stres dalam kerja.

b) Stres dalam keluarga
Saat diterapkan WFH di masa pandemi Covid-19, maka seluruh anggota keluarga setiap hari dan setiap saat berkumpul dalam rumah. Dengan demikian, ibu rumah tangga yang mendapatkan beban terbesar dalam melakukan pekerjaannya.
Selain mengerjakan pekerjaan rutin mengurus rumah tangga, ibu juga harus mendampingi anaknya belajar di rumah. Dan, tidak jarang ibu rumah tangga mengambil peran sebagai guru bagi putra putrinya. Beban yang ditanggung oleh ibu rumah tangga tidak hanya double birden, akan tetapi bisa banyak beban yang ditanggungnya.


Dapat dikatakan tiba-tiba semua urusan dibebankan kepada ibu rumah tangga. Inilah potensi yang dapat menyebabkan stres dalam keluarga.
Stres dalam keluarga bisa dialami oleh anak yang bosan dengan model pembelajaran secara online, tanpa dapat bermain dan berinteraksi dengan temannya. Demikian juga dengan suami
sebagai kepala keluarga yang harus bekerja dari rumah atau bahkan tidak bekerja, menganggur di rumah, berdampak pada penurunan produktivitas dan pemasukan, dapat pula memicu stres dalam keluarga.

Manajemen Stres Pada Masa Pandemi Covid
1. Melakukan aktivitas fisik, seperti olahraga ringan dengan gerakan sederhana untuk menjaga kebugaran, atau sekadar berjemur di pagi hari.
2. Melakukan aktivitas rutin yang bermanfaat untuk menghilangkan rasa jenuh, bahkan bisa juga mendatangkan peluang usaha (contohnya berkebun, dan memasak)
3. Menghilangkan kebiasaan buruk. Masa pandemi adalah waktu yang tepat untuk
menghilangkan kebiasaan-kebiasaan buruk (begadang, minuman alkohol, merokok, dll), sehingga dapat lebih peduli pada kesehatan diri.
4. Mengkonsumsi makanan bergizi lengkap, yang mengandung protein, lemak sehat, karbohidrat, vitamin, mineral dan serat. Jangan melupakan buah-buahan, sayuran, makanan laut, daging, kacang-kacangan, serta susu. Hal lain yang tidak kalah penting adalah asupan suplemen dan vitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
5. Tetap menjalin interaksi dan komunikasi dengan orang-orang terdekat. Melakukan
komunikasi berkala dengan keluarga, teman dan sahabat menggunakan perangkat elektronik yang ada. Dengan bantuan teknologi, kita dapat memanfaatkan momen ini untuk saling
menguatkan dan memberi motivasi agar bisa melewati pandemi tanpa stres.
6. Mencari dan mengakses informasi dengan lebih bijak. Memulai untuk lebih selektif terhadap informasi-informasi yang diterima, dan selalu mengisi kognisi dengan hal-hal baru yang lebih menyenangkan dan membahagiakan.
7. Menerapkan perilaku hidup bersih sehat (PHBS) pada diri sendiri, keluarga, dan orang sekitar. Upaya ini dapat dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan yang sesuai dengan ketentuan pemerintah jika terpaksa keluar rumah.
8. Tetap bersyukur, berbagi dan berdoa. Jika memungkinkan, berupaya untuk berbagi pada sesama, terutama pada pihak-pihak yang terdampak oleh pandemi ini.
9. Menghubungi tenaga profesional. Mencari bantuan tenaga professional seperti bantuan layanan psikologis untuk mengurangi ketakutan, kekhawatiran hingga kecemasan yang dialami bukanlah suatu hal yang memalukan. Layanan-layanan psikologis atau profesional
yang terpercaya dapat membantu, seperti rumah sakit atau biro-biro layanan psikologi.
10. Mengenali penyebab stres di masa pandemi Covid-19. Di saat pandemi ini yang menjadi sumber stres (stressor) adalah berita mengenai Covid-19. Mencari informasi dari sumber yang terpercaya, adalah salah satu solusi, tidak gampang percaya berita-berita yang mengakibatkan semakin cemas, khawatir dan gelisah.

  • Bagikan