Memang Dunia Penuh Kepalsuan

  • Bagikan

Ada dokter palsu yang senang main dokter-dokteran, berpura-pura pandai mengobati tapi lain yang sakit lain diobati, serta berbagai kepalsuan lainnya… Kepalsuan ada di mana-mana dan betul kiranya jika dunia ini penuh kepalsuan

Dunia penuh kepalsuan begitulah kata orang dan memang begitulah kenyataannya. Bayangkan berapa banyak kepalsuan yang ada di sekeliling kita, termasuk berita palsu yang populer dengan sebutan hoax.

Bayangkan seorang anak muda yang ingin terlihat cantik dihiasi dengan yang serba palsu, karena ompong diberi gigi palsu, rambutnya palsu, kaki palsu, jam tangan merek palsu, bajupun merek KW yang artinya palsu juga. Sang pemuda ingin menjumpai pacarnya ternyata membuat janji palsu dan keterangannya juga keterangan palsu.

Pacarnya pun rupanya tidak mau kalah dengan sang pemuda, diapun menggunakan alamat palsu, sehingga ahirnya tidak ketemu. Akibatnya berperkaralah mereka ke pengadilan yang menggunakan saksi palsu, hakimnyapun memberi hukuman dengan vonis palsu karena telah menerima sogokan pakai uang palsu.

Padahal hakimnya baru saja menyelesaikan perkara surat palsu dan ijazah palsu. Kasusnya mirip dengan paspor palsu yang dulu menjadi berita berminggu-minggu atau kasus koruptor buron yang sampai menyeret jaksa tentang penggunaan dokumen palsu.

Begitu juga dengan kasus laporan palsu, akta palsu, sampai kasus tes covid palsu yang marak dengan berbagai kepalsuan, ada yang menggunakan alat tes palsu, ada yang terlibat surat keterangan palsu, ada pula petugas palsu.

Konon kabarnya dibekap juga oleh orang yang memiliki nurani palsu, akal palsu, dan pemuja kebenaran palsu. Kepalsuan di pengadilan rupanya lebih seru karena ada yang menjadi pelaku palsu dan tersangka palsu seperti pembunuh bayaran yang menyatakan pengakuan palsu sebagai debt collector yang juga mengarang cerita palsu.

Jika pemuda dan pacarnya menjadi korban dan sekaligus pelaku kepalsuan, lain lagi dengan orang yang menggunakan gigi palsu, mata palsu, tangan palsu, kaki palsu, atau bulu mata palsu yang merasakan manfaat dari sesuatu yang palsu tersebut dan proses transaksi pembeli dan penjual “barang palsu” ini juga sama-sama paham akan kepalsuan barang yang diperjualbelikan.

Mungkin hanya kasus palsu begini yang satu-satunya bersih dan legal dan terlepas dari saling menggugat. Lain lagi ceritanya dengan merek palsu yang sering dikatakan sebagai “KW”, mungkin barangnya memang asli tapi mereknya seolah-olah asli dan dibuat semirip mungkin dengan aslinya, sebagian besar pembeli juga menyadari kepalsuan tersebut.

Memang tujuannya menunjukkan kepada masyarakat seolah barang yang digunakannya asli. Entah bagaimana perasaan pemilik merek yang asli, mungkin saja sudah tak perduli, mungkin masih kecewa tapi tak berniat untuk memperkarakannya, atau bahkan mungkin merasa bangga karena karyanya ada yang tertarik meniru.

Memang dunia ini penuh dengan kepalsuan, perhatikanlah betapa banyak kebijakan palsu yang rupanya bukan untuk kepentingan rakyat tapi untuk memenuhi kepentingan diri dan kelompoknya.

Betapa banyak pula kebijakan publik yang asli tapi palsu, asli karena dikeluarkan oleh pejabat publik asli tapi palsu karena tidak dimaksudkan untuk memenuhi kepentingan publik. Ada pula produk palsu yang persis sama dengan aslinya sehingga banyak yang mempesona, menggoda, memperdaya, dan membuat tertipu orang yang tidak hati-hati atau gegabah atau sembrono dengan nama dan tampilan luarnya.

Akibat kesembronoan dan kehati-hatian ini, salah satunya membuat orang sering terjebak dalam kencan palsu. Ternyata kencan palsu tersebut dilakukan dengan perempuan palsu yaitu laki-laki yang berperilaku seperti perempuan, lengkap dengan make up sehingga terlihat sangat cantik, tak terlihat bahwa sesungguhnya alat rias yang digunakan adalah produk palsu yang menggunakan brand name palsu pula.

Pada kesempatan lain, kita juga pernah temui laki-laki palsu yaitu perempuan yang menyamar menjadi laki-laki, tampang dibuat sangar dan macho, tubuh berotot bak binaragawan sejati, hilang sudah ciri khas perempuan yang mestinya lemah lembut dan halus tutur katanya.

Para perempuan palsu ini ingin terlihat macho muncul menjadi tentara palsu yang menggunakan pakaian militer palsu dan atribut yang palsu pula, bergayalah mereka ibarat prajurit sejati padahal tingkah lakunya lebih mirip dengan penari serimpi.

Ada pula sejumlah lelaki bepergian ke sana ke mari, pergi berkencan sampai ke luar negeri, kencannya asli tapi pasangan yang digandeng bukan istri yang asli, tapi yang dibawa istri yang palsu, yang tugas ispri palsu hanya untuk mendampingi sesuai transaksi, istri palsu ini tentu tidak dibawa untuk acara resmi, karena untuk itu memang sudah tugasnya istri yang asli.

Itulah memang yang terjadi jaman sekarang ini, suka dengan palsu yang satu tapi tidak suka dengan palsu yang lain, terpesona dengan palsu yang satu, tetapi tersiksa dengan palsu yang lain.

Lain lagi ceritanya dengan palsu jenis satu ini, biasanya banyak ditebar menjelang Pemilu, namanya janji palsu, janji ditebar agar mereka dipilih, namun sesudah terpilih, ternyata semua hanya sekedar bujuk rayu, mereka ingkar janji dan tak pula memiliki rasa malu.

Selain janji palsu ada pula alasan palsu dan argumentasi palsu. Ini sering kita saksikan saat juru bicara seorang penguasa berusaha mempertahankan setengah mati sesuatu yang keliru atau seperti kita lihat saat menonton debat seru.

Mereka berusaha membenarkan yang salah, menyalahkan yang benar, membuat yang menyimpang seolah lurus, menuding yang lurus seakan bengkok, merekayasa data palsu seolah fakta, atau sebaliknya membuat fakta seolah fiksi belaka.

Meski tahu bahwa dirinya sesungguhnya salah tapi muka dibuat serius untuk membuat orang lain menilai bahwa sepertinya dia benar, bahkan sesekali mengancam dan menggertak untuk meyakinkan bahwa dirinya betul-betul benar, entah merasa benar, entah pura-pura benar, inilah namanya kebenaran palsu.

Para buzzerRp juga diduga memiliki banyak kepalsuan, status palsu, identitas palsu, karakter palsu, atau mungkin juga akun palsu, tetapi yang paling sering tentunya adalah beritanya palsu, informasinya palsu, argumentasinya palsu, dan tuduhannya juga palsu. Hanya saja kalau penghasilannya tak dapat dipastikan apakah asli atau palsu.

Namun satu yang pasti, mereka ini punya ilmu nyinyir dan suka menyanyi serta sering membuat sakit hati bagi mereka yang diserang dengan penuh antipati. Kadang mereka seakan punya ilmu mengelak dan ilmu menghindari.

Apalagi kalau bukan dengan ilmu palsu, ditambah lagi dengan back up palsu, pengawal palsu, dan pembela palsu, dikatakan palsu karena tak ada bukti mereka menjadi backing, tapi para buzzerRp terlihat sakti bahwa mereka betul-betul seperti terlindungi dan terbentengi, kecuali mungkin bagi mereka yang hanya sekedar buzzeRp palsu.

Terkait langkanya minyak goreng dengan harga yang menjulang tinggi, ini juga mengandung banyak kepalsuan kecuali harganya yang memang asli dan melambungnya juga asli. Ada beredar minyak goreng palsu, banyak pernyataan palsu, kebijakan palsu, logika palsu, dan nurani palsu.

Bagaimana nggak palsu, di negara dengan produksi tertinggi kelapa sawit di dunia, minyak goreng bisa langka, beli minyak goreng pakai antri segala, beli minyak goreng harus pakai celup tinta, bahkan ada lagi harus pakai kartu vaksin segala.

Ada sebetulnya signal yang bisa ditelusuri dan dilacak kunci permasalannya, di berbagai tempat ditemukan tumbukan minyak goreng yang ditimbun di gudangnya, kalau ini tentu bukan minyak goreng palsu, meskipun ada saja pembelaan palsu untuk mereka. Susah dibayangkan di negara yang sudah lebih 75 tahun merdeka, kok seperti masa sebelum merdeka.

Semua keperluan harus antri dan dijatah jumlahnya, suatu hari beras yang harus diperoleh melalui antri, di lain hari minyak tanah yang membuat rakyat harus antri, sekarang minyak makan pula yang memaksa rakyat untuk antri.

Entah mereka mengerjakan apa, bekerja dengan cara apa, pakai dalil apa dan rumus apa, kok dua pimpinan tertinggi negara, puluhan menteri, ratusan dirjen dan pejabat tinggi, ditambah lagi sejumlah staf ahli yang berpendidikan tinggi.

Dan katanya orang-orang bereputasi dan memiliki energi tinggi serta segudang prestasi, tapi tak mampu mengatasi harga-harga yang melambung tinggi, barangnya juga susah dicari, padahal merupakan barang kebutuhan pokok yang menjadi prioritas tertinggi.

Soal barang palsu, ternyata bukan hanya minyak goreng yang palsu, soal pupuk palsu dan pestisida palsu juga sudah lama menjadi issu, belum lagi daging palsu, oli palsu, telor palsu, air nimum palsu, dan buah-buahan palsu. Memang kadang-kadang bukan barangnya yang palsu tapi kualitasnya yang palsu, ditukangi dan direkayasa, seolah asli dan terlihat bermutu.

Jika kita melihat di televisi, soal kepalsuan ini selalu ditayangkan dalam beragam versi sebagai hasil investigasi, secara detail diungkap bagaimana mengemas palsu agar terlihat asli, tidak peduli mengandung racun atau bahaya bagi pembeli, keuntungan dan uang menjadi orientasi, jika ditanya kenapa tega membuat dan menjual benda palsu ini.

Jawabannya pastilah alasan ekonomi, untuk memberi makan anak dan istri. Anehnya perbuatan begini dibiarkan terjadi seakan tak ada yang perduli, apakah hal ini karena para pejabatnya memiliki komitmen palsu, menjalankan tugas secara palsu, tanggungjawabnya juga palsu.

Lain lagi dengan bantuan palsu yang seolah-olah bantuan tapi sesungguh adalah jebakan belaka dan karena ada maunya. Ini juga mungkin bisa dikategorikan sebagai dermawan palsu, kebaikan palsu, serta ketulusan palsu. Mereka ini sering terlihat betul-betul seperti membantu, nampak tulus.

Padahal tersembunyi akal bulus. Soal ketulusan palsu ini banyak juga dijumpai di kantor-kantor yang menawarkan jasa untuk membantu urusan, memberi proyek, menggolkan hasrat, mendapatkan jabatan, mempercepat urusan, ataupun membuat bebas dari hukuman, tapi semua dengan imbalan yang besarnya sering tak terbayangkan.

Banyak pihak yang tergelincir dalam bantuan palsu ini, bantuan tak didapat, jabatan tak terengkuh, proyek yang diharap malah melayang, urusan tak terselesaikan, badan malah terkurung dalam tahanan.

Masih banyak kepalsuan lainnya yang jika dituliskan akan membuat daftar semakin panjang, seperti surat-surat palsu mulai dari surat tanah palsu yang sering berbuntut perkara di pengadilan yang sering tak mencapai ujung.

Ijazah palsu yang merupakan salah satu bentuk kepalsuan yang selalu dicari banyak orang, jika didapat akan sangat bermanfaat untuk naik pangkat, untuk dapat jabatan yang diidamkan, atau untuk menjadi pegawai swasta apalagi pegawai negeri dambaan banyak orang.

Ada lagi pasangan yang nikah secara resmi tapi surat nikahnya palsu, entah bagaimana niat yang ada di hati pemiliknya, apakah cinta yang palsu, ikrar juga ikut palsu, atau keluarganya juga palsu.

Dunia memang penuh kepalsuan, sekarang ini sudah ada pula dukun palsu yang berpura-pura sebagai dukun tapi sesungguhnya tujuannya hanya menipu dan memperdaya, kawan sekongkolnya juga pastilah jin dan setan palsu yang berpura-pura jadi setan atau mungkin jin betulan hanya dalam wujud manusia.

Selain dukun, “profesi” lain yang muncul dalam wujud palsu adalah ustadz palsu yang berpura-pura jadi ustadz tapi tak mumpuni keilmuan agama dan perilakunya. Ada lagi dokter palsu yang senang main dokter-dokteran, berpura-pura pandai mengobati tapi lain yang sakit lain diobati, serta berbagai kepalsuan lainnya seperti tukang parkir palsu, pemain palsu, dan polantas palsu.

Waduh intinya kepalsuan ada di mana-mana dan betul kiranya jika dunia ini penuh kepalsuan. Asalkan anda tidak menuding bahwa tulisan juga merupakan tulisan palsu, tapi yang pasti penulisnya adalah asli bukan palsu. WASPADA

Penulis adalah Guru Besar dan Ketua Program Doktor UMA.

  • Bagikan