Merayakan Hari Guru Yang Lebih Bermakna

  • Bagikan
Merayakan Hari Guru Yang Lebih Bermakna

Oleh Tabrani Yunis

Hari ini, Sabtu 25 November 2023, langit di atas kota Banda Aceh tidak seperti kemarin yang mendung. Hari ini mentari sudah menebarkan sinarnya sejak pagi mengantarkan subuh pulang untuk kembali lagi esok pagi. Hari ini para guru di tanah air dengan berbagai jenis baju seragam, sesuai dengan payung organisasi yang diusung, termasuk PGRI yang juga merayakan hari lahirnya yang ke 78, secara serentak merayakan “ Hari Guru Nasional”. Hari yang sangat bersejarah, bukan hanya bagi guru yang menjalankan profesi sebagai guru yang menyiapkan anak-anak bangsa membangun masa depan bangsa dan negara yang lebih baik, tetapi juga bagi pembangunan dunia pendidikan nasional yang berkualitas dan bermartabat.

Selayaknya, kita dan termasuk penulis yang pernah dididik oleh para guru sejak di jenjang. Pendidikan Dasar hingga Perguruan Tinggi, apalagi penulis sendiri yang pernah melakoni profesi guru lebih dari 40 tahun, mengucapkan Dirgahayu PGRI yang ke 78 dan Selamat Hari Guru Nasional. Bukan hanya atau sekadar mengucapkan Selamat atau Dirgahayu, dari hati yang paling dalam menyampaikan ucapan “Terima kasih banyak guru-guruku”. Sungguh semua jasamu yang begitu besar, tiada tara dan tetap dikenang sepanjang waktu, harus selalu menyala dalam jiwa. Maafkan bila kami tidak ikut dalam prosesi acara peringatan hari guru yang berlangsung hari ini.

Di hari guru ini, izinkan penulis mengekspresikan pikiran dan aspirasi sebagai wujud dari kesuksesan para guru mengantarkan penulis bisa membangun kehidupan yang lebih baik, dengan berbekal ilmu, ketrampilan dan sikap luhur yang Bapak dan ibu guru ajarkan sejak di jenjang pendidikan dasar, hingga akhirnya penulis menjadi guru dan kini mengakhiri tugas sebagai guru yang berstatus PNS pada Oktober 2022 lalu. Bukan hanya menjadi guru, tetapi juga menjadi guru yang penulis. Semua ini berkat dari asuhan para guru dan kemauan untuk melakukan pengembangan diri ( self-development).

Ada yang perlu penulis nukilkan di Har guru ini. Ya, menjelang tanggal 25 November 2023 ini penulis menyaksikan Bapak dan ibu guru, juga organisasi guru, khususnya PGRI, kelihatan lumayan sibuk menyiapkan persiapan perayaan hari guru nasional dan sekali gus peringatan HUT PGRI yang menurut catatan yang ke 78. PGRI yang usianya sama tuanya dengan usia kemerdekaan Negeri kita tercinta, Indonesia yang sudah merayakan HUT kemerdekaan yang ke 78 pada tanggal 17 Agustus 2023 lalu.

Penulis membaca kesibukan guru dan pengurus PGRI tersebut lewat cerita-cerita di warung kopi atau juga lewat media sosial, seperti grup-grup WA yang beranggotakan para guru atau praktisi pendidikan. Kesibukan pengurus PGRI dalam persiapan tersebut tentu tidak sama seperti yang dilakukan guru. Ya, sesuai dengan Tupoksi lah. Kalau pengurus PGRI selain menyiapkan segala hal mulai dari rencana kegiatan, anggaran dan pelaksana hingga pada kegiatan lobby dan audiensi dengan pada pejabat. Sementara guru sebagai anggota PGRI tentu hanya menunggu arahan dan perintah untuk ikut serta memerintahkannya, agar perayaan HGN dan HUT PGRI bisa berlangsung meriah. Idealnya, semua elemen masyarakat secara sadar mau ikut serta menyemangati para guru yang merayakan hari guru tersebut. Maka, maafkan kami, atas ketidakpedulian kami terhadap momentum yang sangat berharga ini, bila mungkin kurang peduli.

Namun, ada signal positif yang penulis saksikan menjelang puncak acara perayaan hari guru nasional selama ini. Ternyata, kesibukan menyambut HGN dan HUT PGRI, tidak saja menjadi kesibukan guru dan pengurus PGRI, tetapi di banyak tempat tampak kesibukan peserta didik yang didampingi oleh orangtua, mencari karangan bunga dan bahan-bahan lain serta sedikit hadiah untuk diberikan kepada guru di hari guru nasional ini. Ada anak-anak sebagai peserta didik, ingin memberikan sesuatu, memberikan hadiah, yang mungkin saja sebagai bentuk apresiasi terhadap guru mereka. Ini adalah sikap dan tindakan yang baik, sebagai apresiasi terhadap jasa guru.

Selayaknya semua yang pernah berguru atau menjadi murid, ikut serta merayakan hari guru dan memberikan apresiasi terhadap pahlawan tanpa tanda jasa ini. Karena sesungguhnya esensi dari Hari Guru Nasional adalah memberikan penghargaan terhadap jasa guru yang tentu saja tidak harus dalam bentuk benda, tetapi hadiah yang paling mulia adalah menunjukkan kepada guru bahwa hasil kerja keras guru, telah membawa perubahan yang lebih baik pada diri peserta didik. Namun, bila memberikan hadiah berupa benda, berupa kado kecil, seharusnya hal begini tetap tumbuh dan berkembang dalam diri peserta didik. Ini adalah salah satu cara mengajarkan atau mendidik anak-anak bisa berterima kasih kepada guru. Jadi jangan dikategorikan sebagai bentuk gratifikasi.

Oleh sebab itu, jangan pula menjadi kewajiban, karena tetap akan menjadi masalah. Guru juga tidak perlu berharap mendapat hadiah, karena hadiah yang tidak ikhlas, tidak akan membawa berkah. Yang penting, kita bersyukur, karena guru-guru di tanah air bisa memperingati hari guru setiap tanggal 25 November setiap tahunnya. Momentum yang sangat penting bagi guru dan bagi seluruh bangsa Indonesia dalam membangun dan mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia sesuai dengan cita-cita bangsa seperti termaktub dalam Pembukaan undang-undang dasar (UUD 1945) dan juga dioperasionalkan dalam Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional yang menjadi pijakan bagi guru dalam menjalankan proses pendidikan.

Lebih Bermakna

Selama ini, kita sudah menyaksikan adanya perayaan “ Hari Guru Nasional” yang dirangkaikan dengan HUT PGRI setiap tanggal 25 November yang memiliki payung hukum perayaan. Dikatakan demikian, karena pemerintah secara resmi dan legal telah menetapkan setiap tanggal 25 November diperingati sebagai hari guru nasional. Ya, peringatan hari besar ini ditetapkan oleh Presiden Soeharto yang dituangkan dalam Keputusan Presiden Nomor 78 tahun 1994.

Dengan demikian, perayaan hari guru nasional menjadi kegiatan rutin untuk dirayakan atau dimeriahkan setiap tanggal tersebut. Kita pun selama ini terus menyaksikan berlangsungnya perayaan hari guru tersebut dengan berbagai rangkaian kegiatan yang diinisiasi oleh para guru dan organisasi guru tersebut. Tentu saja, bila kita mencoba melihat dan memaknai perayaan Hari Guru Nasional dan HUT PGRI, selama ini lebih banyak atau sering menjadi kegiatan rutinitas selebrasi dan memeriahkan. Artinya, perayaan dan peringatan Hari Guru Nasional itu, kegiatan yang meriah dengan kegiatan -kegiatan yang sifatnya selebrasi dan entertainment. Ya, memeriahkan, kesenangan dan kegembiraan. Tidak menyentuh esensi yang lebih bermakna.

Padahal, momentum Hari Guru Nasional (HGN), idealnya tidak hanya sebagai momentum selebrasi dengan acara upacara dan acara main-main seperti tarik tambang, makan kerupuk dan sejenisnya yang tidak sesuai dengan esensi perayaan atau peringatan HGN dan HUT PGRI yang berbasis pendidikan. Momentum HGN sesungguhnya menjadi momentum reflektif bagi guru. Ya, pada momentum ini guru secara pribadi atau individu maupun secara organisatoris melakukan refleksi, untuk internal pribadi misalnya. Melihat ke dalam diri, seperti apa kapasitas atau kompetensi yang dimiliki sebagai seorang guru, apakah sudah cukup kompeten atau belum. Juga sekaligus melakukan identifikasi kelemahan atau kekurangan diri sebagai guru selama ini. Apa saja yang harus diperbaiki agar bisa menjadi guru yang ideal.

Ada banyak masalah internal guru yang harus diperbaiki atau dibenah. Terkait kualitas guru yang masih menjadi isu besar, harusnya menjadi bahan renungan. Rendahnya minat membaca atau kemampuan literasi di kalangan guru, juga masalah yang harusnya dibenah. Karena ketika kemampuan literasi guru rendah, akan membawa dampak pada kualitas pembelajaran. Bila ini menjadi perhatian di hari guru ini, tentu perayaan hari guru nasional akan sangat bermakna. Oleh sebab itu, peringatan hari guru yang mengangkat tema “ Bergerak bersama Rayakan Merdeka Belajar”. Tema yang diangkat berdasarkan surat edaran Kemendikbudristek bernomor 36927/MPK.A/TU.02.03/2023 tentang Pedoman Peringatan Hari Guru Nasional 2023, disebutkan tema Peringatan Hari Guru Nasional Tahun 2023.

Tema ini, sesungguhnya mengajak para guru untuk bergerak bersama membangun kualitas diri. Sebab bagaimana bisa merayakan merdeka belajar, bila guru belum bisa memerdekakan diri dari belenggu masalah literasi, masalah rendahnya kompetensi? Bagaimana guru akan bisa bergerak bersama merayakan merdeka belajar, apabila saat ini masih belum mampu beradaptasi dengan kemajuan teknologi yang berubah begitu cepat?

Nah, ketika tahun berganti, usai pesta perayaan hari guru, menghadapi tahun 2024 pada malam tahun baru, alangkah indahnya bila guru sudah ada resolusi diri yang ingin dicapai dalam memberikan pelayanan pendidikan kepada peserta didik, kini dan esok. Bukan hanya guru secara individu, begitu pula halnya dengan PGRI yang mengklaim diri sebagai organisasi guru. Lakukanlah refleksi organisasi, melihat atau berkaca, sejauh mana membawa manfaat bagi anggota selama ini. Apakah organisasi guru memang untuk memperjuangkan nasib dan perbaikan posisi guru? Atau jangan-jangan hanya dijadikan sebagai kendaraan oleh pengurus untuk kepentingan pribadi.

Tak dapat dimungkiri bahwa secara eksternal, para guru saat ini dihadapkan dengan perubahan-perubahan gaya hidup, kemajuan teknologi yang mengancam dan memberi peluang, yang harus dihadapi oleh guru dan organisasi guru. Segala kelemahan, kekurangan, tantangan dan ancaman terhadap eksistensi guru dan organisasi guru, harus mampu diantisipasi dan dimanfaatkan. Oleh sebab itu, momentum HGN dan HUT PGRI tahun ini menjadi momentum untuk menyiapkan guru yang mampu beradaptasi dengan kemajuan dan perubahan gaya hidup peserta didik dan juga orientasi pendidikan di masa depan.

Selain itu, agar perayaan HGN dan HUT PGRI lebih bermakna, para guru dan PGRI juga perlu membaca kualitas solidaritas guru dan organisasi guru, PGRI saat ini. Bukan saja solidaritas sesama guru yang berstatus PNS, tetapi juga terhadap guru non PNS yang nasib mereka tidak sebaik nasib guru PNS. Nasib guru non PNS yang kita sebut dengan sebutan guru honorer, guru bakti yang begitu pilu, hendaknya juga menjadi bahan renungan yang mendorong terbangunnya solidaritas guru terhadap mereka.

Semua hal yang disebutkan menjadi bermakna di atas, kiranya sejalan dengan tujuan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, Dan Teknologi (Kemendikbudristek) mengusung tiga pesan kunci yang ditulis di laman www. Kemendikbudristek.go.id yang disampaikan oleh Dirjen, Nunuk bahwa HGN menjadi sarana dalam mengapresiasi, semangat belajar, berbagi, dan berkolaborasi antar sesama guru. Kemendikbudristek memberikan apresiasi dan penghargaan kepada para guru semangat belajar, berbagi, dan berkolaborasi dalam memberikan pembelajaran berkualitas bagi peserta didik. 

Bukan hanya itu, menurut Kemendikbudristek bahwa HGN juga menjadi sarana untuk saling bercerita tentang capaian dan dampak Merdeka Belajar bagi guru maupun bagi peserta didik, khususnya dalam mengusung pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan. “Hal ini dapat memberikan inspirasi kepada guru lain untuk terus belajar, berbagi, dan berkolaborasi dengan melalui berbagai program Merdeka Belajar serta menunjukkan kepada generasi muda bahwa jadi guru itu sangat keren dan membanggakan,”
 
Bahkan yang ke tiga, terkait dengan keberlanjutan. Pada kesempatan ini, Kemendikbudristek mengimbau seluruh ekosistem pendidikan untuk terus bergotong royong dan saling menguatkan. Dengan demikian, belajar dan berbagi akan menjadi gerakan pendidikan bagi para guru. “Siapapun presiden, menteri, kepala dinas atau apapun perubahan struktural yang terjadi, keberpihakan kepada murid, budaya untuk terus belajar, berbagi, dan berkolaborasi tidak akan pernah berubah dan padam,”

Akhirnya, sebagai penutup kata, penulis percaya bahwa perayaan HGN ini memang harus membawa banyak makna bagi guru, organisasi guru, dan masyarakat sebagai stakehoders pendidikan yang membutuhkan pelayanan pendidikan yang berkualitas dan memerdekakan seperti yang dicanangkan oleh Mendikbudristek saat ini. HGN dan HUT PGRI yang bermakna adalah HGN dan HUT PGRI yang bermakna. Ini menjadi harapan yang sesungguhnya bukan saja menjadi harapan para guru, organisasi guru, sehingga perayaan hari guru nasional (HGN) tersebut mengena pada esensi yang seharusnya. Selamat Hari Guru Nasional dan Selamat Ulang Tahun PGRI.

Penulis adalah Pemerhati Pendidikan, Pegiat literasi dan Pensiunan Guru

  • Bagikan