Peran Guru Dalam Meningkatkan Regulasi Diri Dalam Belajar Siswa

  • Bagikan

Oleh : Fasti Rola

Pendidikan memegang peranan penting dalam meningkatkan keterlibatan manusia dalam menghadapi kemajuan teknologi pada masa revolusi industri saat ini. Pendidikan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Menurut data PISA (Program for International Student Assessment), tren hasil PISA di Indonesia dari tahun 2000 hingga 2018 menunjukkan sedikit peningkatan pada bidang membaca dan sains, namun mengalami peningkatan yang cukup signifikan pada bidang matematika. Namun, secara umum, skor Indonesia mengalami penurunan di semua bidang, terutama membaca.

Berdasarkan data ini, siswa Indonesia berada di peringkat yang lebih rendah dibandingkan dengan siswa dari negara lain dalam hal kemampuan matematika, sains, dan bahasa. Menurut Kristiyani dalam bukunya “Self Regulated Learning; Konsep, Implikasi, dan Tantangannya bagi Siswa di Indonesia”, sistem pendidikan Indonesia menciptakan sekolah yang kompetitif dimana terdapat evaluasi di setiap akhir semester sehingga pada praktiknya sekolah berusaha mempersiapkan siswa dengan berbagai latihan ujian sehingga siswa di Indonesia cenderung memiliki orientasi tujuan kinerja yang lebih tinggi (performance goal orientation). Namun, kenyataannya lingkungan sekolah yang kompetitif di Indonesia dan tujuan pembelajaran berbasis kinerja tidak menghasilkan prestasi akademik yang tinggi.

Banyak masalah yang dapat muncul selama proses belajar anak. Masalah-masalah tersebut dapat muncul dari sisi pembelajar, yaitu anak, dari lingkungan, dari sistem yang berlaku, atau dari pendamping belajar anak, yaitu orang tua dan guru. Dari sisi anak, masalah yang muncul adalah anak tidak terbiasa belajar secara mandiri dan terlalu bergantung pada orang tua atau guru. Saat seorang anak tidak berada dalam “pengawasan” orang tua atau gurunya, ia akan menghindari proses belajar dan memilih kegiatan yang lebih menyenangkan. Banyak anak percaya bahwa belajar itu sulit dan tidak menyenangkan. Belajar adalah proses yang membosankan bagi anak-anak yang hanya berkutat pada penyelesaian tugas, pekerjaan rumah, menghafal, dan kemudian diuji dengan mengikuti ujian.

Lingkungan sosial-budaya, menurut Vygotsky, seorang ahli teori belajar konstruktivis, akan menghadapkan anak pada berbagai tugas dan tuntutan. Pada tahap awal, seorang anak akan sangat bergantung pada orang lain, khususnya orang tuanya. Selanjutnya, anak memperoleh pengetahuan berdasarkan arahan yang diterima, yang kemudian diasimilasi dan diinternalisasi oleh anak sebagai nilai pribadi tambahan. Transisi dari ranah sosial ke ranah pribadi ditandai dengan transformasi hal-hal yang dipelajari melalui interaksi menjadi nilai-nilai pribadi. Vygotsky juga menyatakan bahwa hal ini berlaku di dalam kelas. Saat siswa berada di sekolah, mereka tidak hanya meniru kemampuan guru, tetapi juga mentransformasikan hal-hal yang diajak oleh guru selama proses pembelajaran.

Pengaturan diri yang kompeten dalam belajar sangat penting untuk kesuksesan akademis. Guru memainkan peran penting dalam membantu siswa mengembangkan keterampilan pengaturan diri dalam belajar. Beberapa penelitian telah menemukan bahwa mengajarkan siswa bagaimana menggunakan strategi pengaturan diri dalam pembelajaran mereka memiliki dampak yang signifikan terhadap motivasi akademik, efikasi diri, dan kinerja akademik mereka. Hal ini dimungkinkan karena siswa diharapkan untuk merencanakan, memantau, dan menilai proses belajar mereka sendiri. Agar berhasil dalam proses belajar, siswa juga akan mengatur pikiran, perilaku, dan emosi mereka. Satu hal yang dapat dilakukan guru untuk membantu siswa meningkatkan pengaturan diri dalam belajar adalah dengan menciptakan lingkungan yang mendukung di dalam kelas dengan membuatnya aman, suportif, dan kondusif.

Lingkungan yang positif dan saling menghormati mendorong siswa untuk mengambil alih tanggung jawab atas pembelajaran mereka. Menetapkan tujuan yang rinci dan terukur juga dapat membantu siswa menetapkan langkah-langkah yang harus diselesaikan dan siswa dapat melacak kemajuan mereka. Mengajarkan strategi belajar dan pembelajaran secara eksplisit dimana guru dapat membekali siswa dengan pengetahuan tentang cara belajar yang efektif, cara mengatur waktu belajar, dan strategi mana yang paling tepat untuk digunakan. Mendorong siswa untuk berpikir metakognitif, yaitu berpikir tentang berpikir, di mana siswa diharapkan dapat memahami kekuatan dan kelemahan mereka sendiri dan kemudian merencanakan strategi untuk mengatasinya.

Umpan balik yang konstruktif dapat membantu siswa dalam mengevaluasi kinerja mereka, menganalisis umpan balik dan membuat keputusan untuk memperbaiki diri. Doronglah siswa untuk memonitor diri mereka sendiri dengan mendorong mereka untuk melacak kemajuan mereka sendiri dan mengidentifikasi kelemahan mana yang masih perlu diatasi. Kemudian ada evaluasi diri, yang penting untuk diajarkan kepada siswa karena memungkinkan mereka untuk menilai kinerja mereka sendiri dan menetapkan kriteria keberhasilan, yang memungkinkan mereka untuk mengukur kemajuan diri sendiri.

Pada intinya, mendorong siswa untuk mengatur sendiri proses belajar mereka akan berkontribusi pada kesuksesan jangka panjang. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa keterampilan mengatur diri sendiri tidak hanya penting untuk pencapaian akademis, tetapi juga untuk pertumbuhan pribadi dan kemampuan beradaptasi. Guru dapat membantu siswa menjadi pembelajar dan pengatur diri yang mandiri dengan memberikan bimbingan, dukungan, dan kesempatan berlatih. Saat siswa memiliki pengaturan diri dalam belajar, mereka secara alami dapat mengatur proses belajar mereka dan, sebagai hasilnya, mempengaruhi hasil belajar yang diperoleh.

Peran Guru Dalam Meningkatkan Regulasi Diri Dalam Belajar Siswa
  • Bagikan