Refleksi: Guru “Wonderwoman”

  • Bagikan

Oleh Jubileser Sihite

Seorang guru tidak bisa lagi mengandalkan kualitas dirinya seperti sekarang. Ia harus memiliki keunggulan dalam kualitas pribadi, baik pribadi, sosial dan profesional. Guru yang tidak dapat menunjukkan kualitasnya tidak dapat membawa perubahan yang berarti

Guru sebagai ujung tombak mewujudkan keberhasilan tujuan pendidikan di suatu negara. Meskipun tidak menjadi aktor tunggal untuk tugas itu namun rasanya akan terasa hilang satu pilar utama pada penentu berhasilnya suatu sistem tanpa mereka yang terpanggil oleh jiwa mendidik. Seribu satu macam alasan banyak orang ingin menjadi guru. Tuntutan keluarga, ikut teman, biar terlihat keren dan hanya segelumit yang menjawab karena panggilan jiwa.

Mari refleksi kembali. Refleksi berarti kembali dan memikirkan apa yang telah terjadi dan dilakukan sebelumnya. Refleksi diri merupakan bagian dari proses introspeksi yang dilakukan dengan melihat ke belakang dan memikirkan berbagai hal yang telah terjadi dalam hidup, seperti pengalaman, kebiasaan, dan keputusan. Introspeksi dapat membantu Anda menjalani kehidupan yang lebih baik di masa depan. Refleksi diri adalah proses melihat kembali pengalaman masa lalu untuk dapat mengambil pelajaran bagi diri sendiri dan terus menyusun rencana tindakan untuk mengurangi kesenjangan yang tersisa antara harapan dan kenyataan. Refleksi pembelajaran merupakan kegiatan pembelajaran yang mengharuskan siswa memberikan umpan balik secara lisan dan tertulis kepada guru di kelas. Perilaku refleksif ini pada hakikatnya tidak dapat dikendalikan karena merupakan hal yang wajar. Seperti yang telah dijelaskan di atas, refleksi merupakan suatu gerakan yang berasal dari kesadaran atau kemauan luar. Refleksi dapat dipahami sebagai refleksi atau gambaran.

Berpikir reflektif adalah proses berpikir yang diperlukan seseorang untuk menyelesaikan suatu masalah dengan menggunakan informasi atau data dari dalam, mampu menjelaskan apa yang telah dilakukan, mengoreksi kesalahan yang ditemukan ketika memecahkan masalah dan mengkomunikasikan gagasan. Guru yang memiliki kemampuan reflektif akan menghargai usaha siswa, meskipun hasilnya tidak sesuai harapan. Hal ini akan terus mendorong siswa untuk berkembang hingga dapat memperbaiki kesalahannya saat menyelesaikan soal atau latihan sebelumnya.

Setelah Anda terbiasa menjadi guru yang lebih reflektif, tidak akan mudah bagi membuat penilaian negatif jika beberapa siswa tidak mempelajari suatu keterampilan tertentu. Karena itu mungkin bukan kesalahan mereka, tetapi dalam praktik pembelajaran mereka bawa. guru. Guru harus mampu melakukan refleksi diri terhadap permasalahan yang timbul selama proses pembelajaran dan mengevaluasi teknik dan model yang digunakan dalam pembelajaran. Kegiatan berpikir dan belajar ini praktis dapat dilakukan kapanpun dan dimanapun. Melakukan kegiatan belajar dan berpikir pada hakekatnya adalah kegiatan yang tidak membuang banyak waktu, oleh karena itu ada baiknya jika dilakukan secara terus menerus.

Refleksi bertujuan intinya meliputi memahami reaksi siswa terhadap pembelajaran atau penyajian materi. Agar guru dapat memahami apa saja kelemahan dan kesenjangan dalam suatu pembelajaran yang disajikan di kelas, memahami keakuratan model, pendekatan, strategi, taktik dan metode pembelajaran yang telah diterapkan, mecaritahu secara detail kebutuhan dan keinginan siswa, sehingga dengan hal ini memungkinkan guru untuk melaksanakan pembelajaran dengan lebih efektif di lain waktu.

Tujuan refleksi guru adalah untuk selalu meningkatkan profesionalisme dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Siswa sebagai peserta langsung dalam pembelajaran merupakan sumber informasi terbaik untuk memikirkan pembelajaran. Proses reflektif akan membantu pendidik mempertahankan rasa ingin tahu tentang kegiatan pembelajaran pribadi dan mengembangkan kebiasaan penyelidikan yang mendorong perubahan pribadi dan perbaikan berkelanjutan dalam praktik pengajaran. Manfaat utamanya adalah membantu guru mendapatkan pemahaman lebih dalam tentang diri mereka sendiri, profesi mereka, dan bagaimana mereka dapat menjadi guru yang efektif dan efisien serta membantu siswa sukses secara akademis.

Dalam pembelajaran, refleksi sangatlah penting namun sering kali terlupakan. Refleksi meliputi evaluasi, pemberian umpan balik setelah pelaksanaan atau pemantauan proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu. Refleksi juga berkaitan dengan pembelajaran di kelas antara guru dan siswa. Refleksi dilakukan pada saat proses pembelajaran untuk kembali lebih detail tentang pembelajaran yang telah dilakukan.

Dalam pembelajaran, refleksi adalah suatu kegiatan yang dilakukan dalam proses belajar mengajar berupa evaluasi tertulis dan lisan oleh guru kepada siswa dan oleh siswa kepada guru untuk mengungkapkan pendapat, kesan, pesan, harapan dan kritik yang membangun terhadap proses pembelajaran. Refleksi akan memberikan umpan balik yang positif tentang bagaimana guru dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, serta umpan balik mengenai sejauh mana hasil pembelajaran telah dicapai.

Dalam suatu refleksi, perlu menanyakan kepada diri sendiri apa yang terjadi, mengapa itu terjadi dan bagaimana mengatasinya. Namun pertanyaan itu bukan menjadi pola yang harus diikuti dalam melaksanakan refleksi. Banyak model pertanyaan yang dapat dijawab tergantung pada situasi yang dihadapi. Untuk situasi tertentu memang ada pertanyaan bentuk lain seperti hal apa yang telah dikuasai, apa yang sedang dipelajari dan hal apa yang belum dipelajari dan membingungkan.

Di antara sekian banyak model penerapan pemikiran berikutmodel berpikir 4F (Facts, Feelings, Findings, Futures) yang dikembangkan Dr Roger Greenaway. Model 4F dapat diterjemahkan ke dalam 4P, dengan pertanyaan-pertanyaan berikut, yang pertama peristiwa (events) berisi tentang pertanyaan seperti ceritakan kepada kami pengalaman saat terlibat dalam pembelajaran minggu ini atau mengambil tindakan nyata di kelas? Hal baik apa yang dialami selama proses? Sekaligus kendala dan kesulitan dalam proses pembelajaran minggu ini? Upaya yang dilakukan dalam mengatasi kendala?

Kedua, feelings (perasaan) berisi tentang pertanyaan seperti bagaimana perasaan selama pembelajaran berlangsung? Perasaan seperti apa ketika menerapkan aksi nyata ke dalam kelas? Ceritakan mengapa memiliki perasaan tersebut. Ketiga, findings (pembelajaran) berisi tentang pertanyaan seputar pelajaran apa yang saya dapatkan dari proses ini? Hal baru yang didapat mengenai diri setelah proses ini? Keempat, adalah future (penerapan) biasanya berisi tentang pertanyaan seperti hal apa yang dapat lakukan dengan lebih baik jika mengalami hal serupa di masa depan? Tindakan apa yang akan saya lakukan setelah belajar dari peristiwa ini?

Hidup seorang guru memang paradoks. Iya, paradoks. Harus tetap mendidik di tengah ketidakpastian terbukanya harapan di depan mata. Mendidik di tengah keraguan dan ketidakpercayaan oleh mereka yang penuh kuasa, mereka yang menggap diri anggota penguasa, dan mereka yang menganggap diri teman bahkan keluarga penguasa. Lalu mereka anggap guru “wonderwoman?”

Kendala yang umumnya dihadapi sekolah adalah kurangnya sarana prasarana pembelajaran dan ketersediaan media. Kendala-kendala tersebut membuat kondisi proses belajar mengajar menjadi kurang kondusif. Peran yang diberikan oleh sekolah mencakup persiapan pengajaran, manajemen guru, dan banyak lagi. Terkait dengan kondisi kelas, kurangnya perlengkapan sekolah dan terbatasnya penggunaan perlengkapan sekolah disebabkan kurangnya peralatan dan fasilitas di sekolah. Untuk itu perlu diterapkannya pendekatan interpersonal untuk mendorong siswa lebih aktif dalam belajar, menggunakan model pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif, menerapkan format gaya mengajar yang beragam agar siswa tidak bosan, menyampaikan materi dengan jelas, dan untuk memberikan lebih banyak perhatian khusus, terutama bagi siswa yang membutuhkan.

Di samping kesulitan pengelolaan kelas, kesulitan mengelola kedisiplinan peserta didik, kesulitan mengendalikan tingkah laku peserta didik dan kesulitan mengatur alat-alat pengajaran, guru juga memiliki masalah lain yang dihadapi. Di era modern saat ini, guru menghadapi tantangan yang besar dalam menjadikan siswanya menjadi manusia yang cerdas. Tantangan tersebut bisa datang dari guru itu sendiri (internal) maupun dari luar (eksternal).

Meningkatkan kualitas diri sendiri. Kebutuhan akan guru di abad ini adalah kualitas pribadi yang luar biasa. Seorang guru tidak bisa lagi mengandalkan kualitas dirinya seperti sekarang. Ia harus memiliki keunggulan dalam kualitas pribadi, baik pribadi, sosial dan profesional. Guru yang tidak dapat menunjukkan kualitasnya tidak dapat membawa perubahan yang berarti. Kualitas pribadi harus selalu dijaga dengan budaya belajar. Artinya, tantangan pertama bagi guru adalah memiliki budaya belajar.

Guru harus selalu menjaga rasa percaya diri yang kuat. Apa yang dilakukannya merupakan perbuatan mulia di hadapan Tuhan Yang Maha Esa. Tanpa rasa percaya, guru akan rapuh dan tidak mampu eksis sebagai sosok ideal dalam keadaan sulit dan penuh ketidakpastian seperti saat ini. Akibatnya semangat belajar akan hilang dan upaya mencapai pembelajaran pendidikan yang bermutu tidak lagi berkesinambungan. Akibatnya pembelajaran tidak akan menghasilkan manusia yang berkualitas.

Metode, pendekatan, strategi dan model pembelajaran yang digunakan guru tidak cukup hanya menggunakan model tradisional saja tetapi harus berubah sesuai dengan kebutuhan global. Untuk itu, sekali lagi guru harus mempunyai budaya belajar yang kuat. Guru hendaknya tidak berhenti belajar dan merasa puas dengan ilmu yang diperoleh dalam pembelajaran. Segala keterampilan yang harus dimiliki guru harus terus terus ditingkatkan.

Kedua, mengembangkan demokrasi dan hak asasi manusia. Kedua konsep ini berkembang sangat cepat dan masif di dunia ini, tidak hanya di dunia politik. Kini setiap orang bebas mengutarakan pemikirannya, termasuk memberikan komentar dan penilaian mengenai dunia pendidikan, khususnya tentang profesi guru. Menghadapi kenyataan tersebut, guru harus beradaptasi dengan perkembangan kedua cara pemahaman tersebut.

Metode pembelajaran dan pelayanan pendidikan harus memperhatikan kedua hal tersebut. Jika tidak, guru akan dilecehkan masyarakat. Jika beberapa guru menerapkan metode pembelajaran yang tidak sesuai persyaratan hak asasi manusia, maka mata seluruh dunia akan tertuju pada guru tersebut. Oleh karena itu, guru mempunyai kewajiban untuk meneliti peraturan baru terkait layanan pendidikan ramah anak sesuai dengan pemahaman hak asasi manusia.

Ketiga, gaya hidup konsumeris dan mencolok. Guru harus memperhatikan dua gaya hidup ini. Penghasilan seorang guru tidak akan cukup untuk menutupi dua gaya hidup tersebut. Karena itu, guru dituntut untuk menjaga sikap rendah hati dalam menjalani kehidupan, yang merupakan bagian dari nilai pendidikan. Memang tidak mudah untuk hidup sederhana di lingkungan yang konsumeris dan mentereng. Namun inilah tantangan yang dihadapi guru saat ini. Jika guru tidak menjadi teladan hidup rendah hati, maka pendidikan tidak akan menghasilkan manusia rendah hati.

Penulis adalah Mahasiswa S3 Ilmu Pendidikan Bahasa Pasacasarjana Universitas Negeri Semarang.

  • Bagikan