Fidiyani Nasution, Kepala Sekolah Penggerak yang Pantang Menyerah

  • Bagikan
Fidiyani Nasution, Kepala Sekolah Penggerak yang Pantang Menyerah

MEDAN (Waspada): Bagi Fidiyani Nasution, menjadi guru adalah panggilan jiwa. Kebahagiaan terbesar adalah saat melihat anak-anak muridnya tertawa dan senang belajar di sekolah. Begitu juga saat dirinya ditetapkan sebagai kepala sekolah salah satu SD Negeri di Kota Medan pada tahun ini, segenap kemampuan dikerahkannya supaya pembelajaran di sekolah yang dipimpinnya berjalan baik.

“Saya berupaya semaksimal mungkin untuk mengayomi siswa dan guru-guru saya. Bekal yang saya dapat selama pelatihan program Guru Penggerak, saya implementasikan semuanya untuk kebaikan sekolah,” ujar Fidiyani Nasution, saat ditemui di SMP Negeri 4 Kota Medan, Selasa (28/11/2023).

Lulus sebagai Guru Penggerak pada angkatan 5 akhir 2022 lalu, Fidiyani mengaku sangat beruntung ikut sebagai bagian dari program Guru Penggerak. Ada banyak ilmu dan wawasan yang didapat, seperti pembelajaran berdeferensiasi, komunitas praktik sampai pada pembelajaran sosial dan emosi.

Selama 6 bulan mendapat pendampingan di sela mengajarnya, Fidiyani pun makin yakin tentang makna guru sebagai pembelajar yang tak kenal lelah.

“Saya merasakan bagaimana ilmu yang saya dapat di Guru Penggerak telah memberi saya panduan untuk bergerak, pantang menyerah,” ujarnya, penuh semangat.

Fidiyani lantas bercerita bagaimana dirinya kini berjibaku menghidupkan suasana sekolah yang hanya berisi 20-an siswa, dari kelas 1 sampai kelas 6. Kondisi tersebut disebabkan lingkungan sekolah yang dipimpin Fidiyani memang sudah jarang penduduknya.

“Diminta bertugas di sana, saya terima. Sambil saya berpikir keras bagaimana supaya suasana pembelajaran tetap kondusif, aman dan menyenangkan buat siswa,” kata Fidiyani.

Usaha yang dilakukan Fidiyani untuk ‘menghidupkan’ suasana pembelajaran di sekolah, terbilang kreatif. Dia tanpa sungkan mengajukan kerjasama dengan berbagai pihak untuk meramaikan kegiatan-kegiatan sekolah. Saat ingin praktik memasak, Fidiyani mengajak chef atau koki hotel sekitar sekolah untuk membantu. Lalu untuk kegiatan menjaga kesehatan gigi dan mulut, dia tanpa segan meminta bantuan tim kesehatan Palang Merah Indonesia (PMI) Unimed.

“Saya sampai mengupayakan kehadiran pihak puskesmas untuk kegiatan pemeriksaan kesehatan bagi siswa dan orang tuanya. Demikian juga pembelajaran mitigasi bencana, saya minta tolong pada pihak yang kompeten,” tandasnya.

Fidiyani mengaku pernah pernah mengajar di sekolah perbatasan Indonesia Malaysia di Kinabalu. Pengalaman yang luar biasa selama di Kinabalu pun, telah menambah menempa keyakinan Fidiyani untuk terus mengabdi pada dunia pendidikan.

Begitupun ketika dia berhasil menambah ilmu di Guru Penggerak, Fidiyani merasa semakin yakin bahwa guru memang harus untuk terus belajar.

Kini, Fidiyani yang pembawaannya ceria, bersama sesama teman guru membentuk komunitas belajar bagi guru-guru di Kota Medan, supaya bisa sama-sama bergerak. Dia mengaku perlu untuk menularkan atau mengimbaskan ilmu dan pengalaman yang diraihnya sebagai Guru Penggerak, khususnya kepada para guru yang berminat untuk ikut mendaftar sebagai Guru Penggerak.

“Saya merasa kemampuan guru untuk menulis esai perlu ditingkatkan. Sebab teman-teman guru yang mendaftar program Guru Penggerak tapi tidak lulus, salah satunya kemungkinan karena kesulitan menulis esai,” cerita Fidiyani.

Fidiyani berharap Program Guru Penggerak terus dijalankan. Apalagi jika terus diangkat sebagai Kepala Sekolah ataupun pengawas. Dirinya yang kini diangkat sebagai Kepala Sekolah lewat Program Guru Penggerak, merasa sangat beruntung dan termotivasi.

“Kalau dulu mau jadi kepala sekolah itu berat dan sulit dibayangkan. Mungkin kalau kita sudah pakai tongkat baru bisa jadi kepala sekolah,” pungkas Fidiyani, seraya tertawa lepas. (J02)

  • Bagikan