Kecerdasan Buatan dalam Karya Seni Perlu Perhatian

Dari Seminar Nasional Dies Natalis IKJ ke-53

  • Bagikan
Kecerdasan Buatan dalam Karya Seni Perlu Perhatian

JAKARTA (Waspada): Sejumlah pertanyaan besar tentang Kecerdasan Buatan (Artificial Intelegent/AI) dalam seni menjadi bahasan menarik pada Seminar Nasional yang diadakan Institut Kesenian Jakarta (IKJ).  Mengambil tema ‘Kecerdasan Buatan dan Seni’, seminar rangkaian Dies Natalis IKJ ke-53 ini digelar dalam jaringan (daring),  Jumat (15/12/2023).

Dimoderatori dosen IKJ,  Dr Martin Suryajaya menghadirkan sejumlah pembicara kunci memaparkan pandangannya. Prof. Dr. Yasraf Amir Piliang, seorang pemikir kebudayaan dan akademisi FSRD Institut Teknologi Bandung(ITB), hadir  dengan Judul presentasi Artificial Intelligence, Creativity and Arts.

Rektor IKJ,  Dr Indah Tjahjawulan memaparkan presentasi berjudul ‘Apakah Media Berbasis Kecerdasan Buatan Menghasilkan Karya Seni?’

Selanjutnya ada  Patrick Hartono, M.Mus, PhD (Cand) (Komposer) dengan judul presentasi ‘AI in Music: A Catalyst for Artistic Creativity and the End of Industrial’.

Ada juga pembicara lain yaitu Darlane Litaay, S.T.,S.Sn.,M.F.A. (Akademisi ISBI Tanah Papua) dan Dea Aulia Widyaevan, S.T., M. Sn. (Akademisi Universitas telkom).

Rektor IKJ, Indah Tjahjawulan mengingatkan bahwa IKJ dan Perguruan Tinggi Seni lainnya sedang berhadapan dengan suatu fenomena yang sudah sejak 10 tahun terakhir menjadi diskusi yang penting. Kemajuan teknologi informasi memengaruhi media yang tentunya berdampak terhadap ketiga sisi proses penyebaran karya seni, yaitu seniman, karya, dan penikmat seni; ketiga pihak ini mau tak mau akan turut berubah dalam hal bentuk, perilaku, dan cara mereka berinteraksi.

“Disrupsi yang terjadi di dunia IT mengubah cara masyarakat memandang kesenian beserta proses produksinya,” ujar Indah.

Diterima atau tidak, diakui atau tidak, Kecerdasan Buatan (AI) semakin menjadi kekhawatiran dan semakin serius menjadi pembicaraan di seluruh dunia mulai dari pemerintah negara-negara maju seperti Amerika Serikat sampai ke tingkat lembaga pendidikan tinggi seni seperti IKJ.

“Kecerdasan buatan tentu mulanya adalah untuk kebaikan manusia, tetapi dalam perkembangannya kecerdasan buatan justru mengancam nilai-nilai kemanusiaan yang selama ini dipegang kuat oleh manusia,” imbuh Indah.  

Kecerdasan buatan adalah kecerdasan yang ditambahkan kepada suatu sistem yang bisa diatur dalam konteks ilmiah atau bisa disebut juga intelegensi artifisial atau hanya disingkat AI.

Pembicara kunci dari ITB,  Yasraf Amir Piliang, menyoroti hal-hal yang menjadi pembeda antara kecerdasan buatan atau Artificial Intelegence (AI) dengan karya yang dilakukan oleh pelaku seni. Benang merahnya terletak pada adakah emosi dan jiwa yang mewarnai proses penciptaan karya seni itu sendiri. Meski demikian, Yasraf menjabarkan juga kelebihan dan kekurangan AI dan karya seni.

Ketua Panitia Seminar Nasional IKJ, Dr Yola Yulfianti mengatakan, ada sejumlah subtema dalam seminar ini, diantaranya kecerdasan buatan dalam media baru;  kecerdasan buatan dan seni pertunjukan; kecerdasan buatan dalam Fmfilm dan video  serta kecerdasan buatan, kreativitas, dan pendidikan .

Subtema-subtema ini telah menarik para pemakalah seminar yang berjumlah 45 orang. Sementara peserta seminar tercatat lebih dari 450 orang.

Seminar yang digelar seharian itu membagi sejumlah kelompok diskusi berdasarkan materi presentasi para pembicara utama dan pembicara tambahan. Ada empat kelompok dengan moderator berbeda.

Kelompok Kecerdasan Buatan dan Media Baru dimoderatori Yudi Amboro, M.Sn. Kelompok Kecerdasan Buatan dan Seni Pertunjukan dimoderarori Gideon Bima Maharesi, S.Sn., M.Pd. Kelompok Kecerdasan Buatan dan Film/Video dimoderatori Tri Widyastuti S. M.Sn. Kelompok Kecerdasan Buatan, Kreativitas, dan Pendidikan dimoderatori Bawuk Respati, S.Sn, M.Si. (J02)

  • Bagikan