Cerita Karamnya Boat KM Annur Di Perairan Kuala Singkil

  • Bagikan
Cerita Karamnya Boat KM Annur Di Perairan Kuala Singkil
Seorang ibu bersama putranya yang berusia 4 tahun, setelah selamat dari kapal karam dan berhasil dievakuasi di dermaga Desa Ujung Singkil. Waspada/Ariefh

Suasana saat kapal (boat) karam di kawasan perairan berok Kuala Singkil sempat membuat penumpang panik yang luar biasa.

Para penumpang wanita tak henti-hentinya menangis dan ketakutan. Lantaran air yang perlahan masuk ke lambung kapal hingga setinggi dada orang dewasa dan nyaris menenggelamkan boat KM Annur.

Beruntung, sekitar 20 menit boat kayu yang mengangkut kebutuhan BBM PLN dari Pulau Banyak menuju Dermaga Singkil melintas dan langsung memberikan pertolongan kepada korban 15 penumpang yang seorang diantaranya anak berusia 4 tahun.

Ironisnya, yang menjadi perhatian seorang balita tersebut tetap tenang sambil tertawa saat peristiwa itu terjadi.

Saat air mulai merendam kapal balita tersebut malah mengajak ibunya mandi-mandi berenang di atas boat tersebut.

“Anak saya tadi digendong ayahnya, gak dia takut bilangnya, malah diajaknya aku mandi-mandi,” ucap salah seorang ibu penumpang boat yang karam tersebut.

“Alhamdulillah ada boat dari Pulau Banyak yang lewat dan langsung kami panggil minta pertolongan. Kami langsung naik ke atas atap boat dan langsung lompat ke boat KM Rico Karya II tersebut,” kisahnya.

Meski sudah selamat di atas boat KM Rico Karya II, namun penumpang wanita termasuk seorang gadis masih terlihat trauma dan tak henti-hentinya menangis, meski telah berlanjut evakuasi ke dermaga Desa Ujung Singkil.

Selang beberapa menit kemudian, sejumlah boat nelayan termasuk perahu nelayan sudah berada di lokasi berok membantu evakuasi korban dan barang-barang yang tenggelam.

Termasuk personel dari Pos TNI AL Singkil, Satpolairud Polres Aceh Singkil serta Tim BPBD Aceh Singkil, turut membantu melakukan evakuasi korban dan mengamankan sisa barang dagangan korban yang masih bisa diselamatkan.

Para korban seluruhnya selamat, masing-masing merupakan warga Singkil, Ujung Bawang dan Silatong Kecamatan Simpang Kanan.

Salah seorang wanita pedagang kain warga BRR Singkil, terlihat masih trauma saat ditemui Waspada.id. mengaku mengalami kerugian puluhan juta. Lantaran baru meminjam modal usaha KUR Rp20 juta.

Sayangnya barang dagangannya banyak yang tenggelam dan masih di dalam lambung boat tersebut.

Penumpang lainnya Supardin, berharap Pemkab Aceh Singkil bisa segera memasang rambu-rambu laut agar tidak terjadi lagi peristiwa yang sama, yang menyebabkan boat nelayan menabrak bekas patahan tiang mercusuar di kawasan berok depan Kuala Singkil.

Salah satu nakhoda speed boat Singkil-Pulau Banyak, Azwar Tanjung mengatakan, kapal kayu yang mengangkut sembako pedagang dari Singkil karam akibat menabrak patahan mercusuar di Kuala Singkil.

Biasanya mereka berangkat melalui Kuala Gabi, namun karena pasang sudah dalam kondisi surut sekitar pukul.09:00WIB, sehingga mereka berangkat melewati Kuala Singkil meski kondisinya lebih berbahaya.

Sayangnya, meski disinggung berulangkali soal keluhan untuk Kuala Gabi yang dangkal, baik Pemkab maupun anggota Dewan terkesan tidak perduli, cetus Azwar.

Pemkab harus segera menyelesaikan keluhan pendangkalan Kuala Gabi, sebab ribuan warga termasuk dari Pulau Banyak bergantung dengan kondisi keamanan lintasan Kuala Gabi tersebut.

“Baik hasil nelayan maupun pasokan sembako akan lancar ke Kepulauan jika Kuala Gabi aman dilalui,” ucap Azwar.

Terpisah, Plt Kepala Pelaksana (Kalak) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Singkil, Al Husni dikonfirmasi mengatakan, pihaknya bersama tim gabungan Pos TNI AL, Satpolairud turun langsung ke Kuala Singkil membantu evakuasi korban boat karam.

Beruntung saat peristiwa terjadi boat KM Rico yang mengantar pasokan BBM PLN dari Pulau Banyak melintas. Sehingga korban cepat mendapat pertolongan sebelum dilakukan evakuasi oleh tim gabungan.

Namun katanya, selama ini untuk evakuasi di laut BPBD masih kewalahan. Lantaran tidak adanya speed boat khusus untuk pencarian korban hanyut di laut. “Untuk di sungai ada 3 unit speed bantuan BNPB, untuk pencarian di laut belum ada,” ucap Husni.

Begitupun katanya, perlu dipasang rambu-rambu laut sebagai tanda penunjuk lintasan boat maupun perahu nelayan.

Tiang mercusuar itu menjadi tanda boat maupun perahu nelayan, karena menjadi tempat lokasi pendaratan darurat. Sebab ada terlihat lampunya berkedip saat malam hari.

“Tiang itu masih ada tahun 2020 setelah itu tidak terlihat lagi karena tumbang,” terang Husni.

Sebelumnya, peristiwa boat kayu KM Annur yang karam terjadi sekitar pukul 09:00 WIB, Senin (6/3) di kawasan berok depan Kuala Singkil. Akibat air surut dan Kuala Gabi dangkal, sehingga boat terpaksa melintas dari Kuala Singkil. (b25)

  • Bagikan